Kakak Manis Siapa Yang Punya Pt. 1 [JM]

5.2K 691 60
                                    

Jimin Putra Trilaksono

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jimin Putra Trilaksono. Si pemilik senyum manis bagai gudeg asli dari Yogyakarta. Hidupnya selama delapan belas tahun ia habiskan di Yogyakarta, maka tidak heran Jimin masih suka mencampur aduk bahasa Jawa atau logatnya ketika ia bicara.

Kini Jimin duduk di semester lima. Siapa yang tidak mengenalnya? Jimin yang sudah mengharumkan nama kampus melalui berbagai ajang lomba tari bahkan hingga tampil di acara kenegaraan adalah satu dari sekian alasan yang membuat namanya di kenal satu fakultas bahkan hampir sepenjuru kampus.

"Kak Jimin!"

Jimin menghentikan langkah kakinya saat mendengar namanya dipanggil. Disusul derap langkah yang setengah berlari menghampirinya.

Jimin baru saja selesai kelas siang itu dan hendak mengisi perut di kantin fakultas karena ia tidak sempat sarapan tadi pagi.

Sesosok perempuan manis yang sudah cukup Jimin kenal karena merupakan adik tingkat sekaligus anggota ukm dance kini sudah berdiri di hadapan Jimin. "Ya ampun kak jalannya cepet-cepet banget, sih!" keluhnya sambil mencoba mengatur nafas.

Jimin tertawa hingga matanya menyipit gemas. "Maaf, Nayla, kakak nggak denger kamu manggil-manggil. Kenapa kamu nggak chat aja kalau mau ketemu."

Nayla menepuk jidatnya sendiri. Bagaimana bisa dia lupa kalau kini mereka bukan lagi tinggal di zaman purba. Sudah ada teknologi yang membuatnya bisa menghubungi orang lain tanpa harus mengeluarkan tenaga. "Ya ampun nggak kepikiran!" Nayla merutuki dirinya sendiri. Lalu ia teringat akan tujuannya menemui Jimin.

"Kak, kakak jadi ikut nggak acara makrab UKM kita tahun ini?" tanyanya.

Bukannya menjawab, Jimin malah tersenyum. "Kita sambil makan siang di kantin aja, yuk? Kakak laper nih belum makan."

Mata Nayla langsung berotasi. Tetapi akhirnya ia mengangguk dan mereka pun berjalan bersisian menuju kantin.

"Kamu mau makan apa, La?" tanya Jimin sesaat mereka menempati salah satu tempat kosong di kantin. Sepertinya lelaki bersenyum manis itu hendak memesankan makanan untuknya dan Nayla.

Nayla bergegas bangun dari duduknya, merasa tidak enak. "Ih kak, nggak usah biar aku pesen sendiri aja!" Sebagai adik tingkat tentu saja Nayla merasa tidak sopan apabila membiarkan seniornya itu yang memesankan makanan dan bukan sebaliknya.

Tetapi sepertinya Jimin tidak berpikir demikian karena lelaki manis itu malah terkekeh. "Santai aja kan sekalian. Kamu duduk aja jagain tempat. Aku lagi mau soto ayam, kamu mau apa?"

"Eung, samain aja deh kak." Nayla menjawab cepat. Nggak mungkin juga dia minta Jimin pesenin makanan ke kios lain, semakin merasa tidak enak saja yang ada. Sebelum Jimin melangkah, Nayla menarik ujung kemeja flannel lelaki itu. "Kak aku nggak pake--"

"Bihun, kan? Iya aku tau kok kamu nggak suka bihun." Jimin tersenyum manis. Senang sekali orang ini menebar senyum, tidak sadar kalau senyumnya bisa memicu diabetes kepada yang melihat.

Rumah Bangtan | BTS LokalWhere stories live. Discover now