6

3.8K 584 26
                                    


Tidak hanya makan siang, Kim Taehyung bahkan membuatkan Jimin makan malam sebagai bentuk terima kasih atas bantuan yang ia beri.

Terima kasih, katanya. Jimin mendecih sambil menatapi punggung Taehyung yang baru saja selesai merebus sayuran sebagai pendamping steik yang chef itu buat. Dengan pipi tertangkup sebelah tangan, ia amati kegiatan memasak Taehyung sedari tadi.

Entah kenapa tapi Jimin rasa, melihat Taehyung begitu luwes mondar-mandir dan mendengarkan suara yang dihasilkan dari pekerjaan pemuda itu terasa menyenangkan. Belum lagi wangi yang tercium, beuh... menciumnya saja bisa membuat tergiur dan seketika mengosongkan isi perut. Jimin memejamkan mata sambil meringis senang, mulai mengira-ngira akan seperti apa tampilan dan rasa dari olahan Taehyung kali ini.

Kalau dinilai dari baunya sih... ia siap memberi nilai 10 dari 10. Sempurna. Sepertinya Jimin mabuk karena mulai membayangkan bagaimana empuk dan juicy-nya daging sapi yang tengah berdesis di atas grilling.

Hhh, Jimin mengusak rambut kelabunya yang jatuh saat ia menunduk. Sial, sepertinya dia sudah positif kecanduan makanan enak karena dimasakkan terus oleh tetangga barunya. Bagaimana ini? Bagaimana jika Kim Taehyung tengah bekerja? Jimin harus membayar mahal demi itu?

Kenapa rasanya sedih sekali ya..., Jimin menatap permukaan hitam kitchen island dengan hampa. Mulai berpikir kalau pengelolaan keuangannya perlu dihitung ulang.

Renungannya terhenti seketika saat merasai usapan di puncak kepala. Jimin mematung, pelan ia lirik Taehyung yang tengah meletakkan segelas jus jeruk untuknya lalu kembali ke depan wajan.

Tercenung, Jimin ganti memandang kosong pada figur belakang Kim Taehyung. Ada apa dengan pemuda itu...? Kenapa mendadak jadi manis sekali?

Mungkin Taehyung merasa sedang diperhatikan, karena tak lama kemudian dia menoleh. Mereka bertatapan sejenak lalu kepala Jimin terdistraksi senyum miring di wajah lawan bicaranya.

Rasanya jadi lebih membingungkan. Jimin merengut pada seringai Taehyung yang kian meninggi. "Lo kenapa, Tae?" pungkasnya.

"Gemes sama lo, Jimin." Taehyung terkekeh, wajahnya jadi lebih baik daripada saat memasang senyum miring seperti tadi. Diam-diam Jimin mencatat dalam hati kalau bariton Taehyung kala tertawa amat menyenangkan untuk di dengar.

Tanpa kata, Jimin semakin mengerutkan alis menatap Taehyung yang mengulum senyum lalu kembali bekerja. "Maaf ya, Jim, sebentar lagi masakan gue selesai."

Pemuda itu menghidangkan sepiring steak lengkap dengan sayuran rebus sebagai pendamping. Puncak kepalanya diusak lagi sebelum Taehyung berlalu. "Jadinya lo enggak bisa lihatin punggung gue lagi gitu."

"Ish." Spontan, Jimin memalingkan mukanya yang memanas karena malu. Kim Taehyung ini apa-apaan, ia kan hanya tidak sabar menunggu makan malamnya selesai dibuat.

Kebetulan saja yang memasakannya seorang pemuda tampan yang punya tampilan belakang enak dipandang. -

dear [VMIN]Where stories live. Discover now