10

3.2K 490 27
                                    


Kenapa Kim Taehyung mematung waktu ia bilang begitu? Memangnya ada apa dengan saus itu? Resistansi yang Jimin miliki cukup bagus menahan rasa pedas, kok. Tapi mata Taehyung saat kaget tadi lucu sekali....

"Yakin mau tabasco?" Satu alis Taehyung terangkat. "Orang Asia jarang yang suka ini loh, Jim, karena rasanya pekat banget."

"Mau, dong." Jimin mengangguk-angguk lalu mengambil suapan. Matanya tak berhenti mengikuti Taehyung yang kembali membuka saus tabasco, meneteskannya sekali di potongan daging terluar milik Jimin.

Benar-benar hanya satu tetes.

Pada steik miliknya sendiri juga hanya beberapa tetes saja, sepertinya lima. Alis Jimin mengerut sambil menatap pada Taehyung. "Emang pekatnya kayak gimana?"

"Ya gitu," Taehyung tersenyum mencurigakan, ada kerlingan jail di matanya, "cobain deh, makanya." Lalu dia mengiris steik dan mengunyahnya tanpa perubahan raut yang berarti, seakan tidak ada perbedaan dari saus tambahan ini.

Jimin mendengus, pekat apanya?  Ia gegas menyuapkan sepotong daging yang sudah dilumuri saus tabasco itu. Bahkan tidak ada sedetik sampai Jimin mengernyit dan melanjutkan kunyahan dengan wajah merengut.

Lucu. Tawa Taehyung menyembur begitu Jimin meringis sehabis menelan steiknya. Ia mengangsurkan gelas yang segera Jimin tangkap. "Aneh ya, Jimin?"

"Banget, sumpah deh. Gila, kayak cuka!" Jimin menjawab menggebu-gebu, membuat Taehyung tanpa sadar menggerakkan kepalanya mengikuti respon antusias Jimin. "Cuka pedes kali ya?" Mereka terkekeh bersama. "Kaget guenya, Tae, abis langsung kena ke lidah banget lagi sisi yang pake saos itu. Tapi dagingnya tetep enak sih...."

"Ya, gitu deh." Taehyung mendorong mangkuk berisi saus black pepper ke arah Jimin begitu pemuda di depan mengoleskan banyak-banyak ke irisan steiknya. Sepertinya Jimin termasuk ke golongan orang yang tidak cocok dengan saus tabasco karena ia kelihatan sekali sedang berusaha menghapus rasa sepat yang tersisa.

Kenapa tingkah laku Jimin menggemaskan sekali? Taehyung menyimpan garpu dan pisaunya di tepi piring, fokus memperhatikan Jimin yang tampak semakin semangat mengunyah. Senang sekali masakannya disukai seperti ini.

"Saus tabasco lebih ke buat netralin bekas panggangan gitu sih, Jim. Jadi biar si dagingnya tetep kerasa otentik." Taehyung melanjutkan penjelasan tanpa diminta, karena netra Jimin sudah menyuarakannya tanpa kata. "Karena kalo pake saus tambahan kayak black pepper, mushroom, dan lainnya, bakal nutupin rasa si daging."

Jimin membelalak, Taehyung bisa melihat irisnya membesar. Dia mengangguk sambil bergumam mengiyakan dengan pipi tersumpal steik. Membuat Taehyung tak kuasa melarikan tangannya ke puncak kepala Jimin.

Ia kembali mengambil garpu dan pisaunya, mereplikasi Jimin yang masih melanjutkan makan.

"Jadi kayak bulgogi, ya," tutur Jimin begitu ia selesai minum. "Berarti ini masalah selera, Tae? Preferensi aja."

"Yup, betul. Memang gak ada pakem khususnya gitu. Tapi ya kebiasaan konsumsi juga ngaruh." Taehyung mencelupkan sepotong steiknya ke saus black pepper, mengangsurkannya ke depan mulut Jimin yang terlihat sedang berpikir serius. "Cobain lagi, Jim, rasanya bakal beda juga."

Kebiasaan, ya? Jimin membatin, berkedip polos sehabis mengambil daging yang Taehyung sodorkan padanya. Ia mengunyah sambil memperhatikan Taehyung dengan kosong. Mereka baru bertemu hari ini... tapi kenapa Jimin merasa amat nyaman berada di sekitar Kim Taehyung?

"Jimin,"

Tidak ada kecanggungan yang selama ini selalu dia rasa tiap berkenalan dan berinteraksi dengan individu baru.

"Park Jimin,"

Kenapa ia bisa membaur sangat cepat dengan tingkah laku Taehyung... seakan sudah terbiasa dengan hal itu?

"Jimin, udah, jangan nangis lagi."

Jimin tersentak begitu merasai hangat dari dua telapak tangan Taehyung yang menangkup rahangnya, menghapus likuid di pipinya dengan ibu jemari. Pelan, lembut. Sorot khawatir pada cokelat terang di netra Taehyung membuat atensinya terkunci. Oksigen di sekitar terasa menghilang dan Jimin hanya bisa mencari alasan di manik Taehyung dengan sesak.

Kenapa ia bisa begini?

Kenapa rasanya seberantakan ini, jika Kim Taehyung kebetulan sosok yang memenuhi preferensinya akan pasangan hidup?

Semuanya terlalu aneh dan tiba-tiba, Jimin lelah dirundung kebingungan yang sama sejak pagi. Ada apa dengan Kim Taehyung?

Apa yang salah dengan dirinya... sehingga candaan Taehyung membuatnya berharap jika pemuda itu mau menjadi pasangannya?

"Habisin dulu makannya, Jimin, baru kita bicara." Ia memejamkan mata, fokus merasai usapan Taehyung di sebelah pipinya. "Bakal gue jelasin semampu dan sebisa gue, is it okay?"

Ada terlalu banyak perasaan yang dapat Jimin tangkap dari mata Taehyung. Begitu banyak sampai rasanya tak bisa ia pilah lalu terjemahkan satu demi satu. Bisakah... ia berharap ke sana?

Senyum Taehyung yang perlahan hadir membuat Jimin menjawab tanpa banyak tanya. "Oke," pungkasnya pelan. -

dear [VMIN]Where stories live. Discover now