Chapter 8

234 44 1
                                    

"Kau mengancam Jihoon?" seru Soonyoung tak percaya setelah ia mengganti pakaiannya dan bergabung dengan Eunsoo di kamar Jihoon yang masih tak sadarkan diri.

Eunsoo menghela nafas panjang dan menjawab dengan lesu, "Aku panik dan satu-satunya cara yang terlitas di dalam kepalaku hanyalah itu."

"Apa yang kau katakan padanya?"

"Aku memberikannya pilihan," jawab Eunsoo ragu.

"Pilihan? Pilihan seperti apa?" tanya Soonyoung ccuriga.

Eunsoo memasang ekspresi canggung dan berujar dengan suara yang semakin lama semakin mengecil, "Kau tahu, beberapa hal yang mungkin aku lakukan."

Soonyoung menatap Eunsoo tak percaya sebelum bergumam, "Apa kau serius? Kau benar-benar menakutinya?"

"Maaf, aku hanya panik," ujar Eunsoo sebelum menatap Jihoon dengan tatapan bersalah.

"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Soonyoung. "Apa kau akan memanipulasi ingatannya?"

Eunsoo terdiam seraya menatap Soonyoung. "Entahlah, aku tidak tahu Soon. Aku tidak yakin bahwa menghapus ingatannya adalah cara terbaik. Kurasa kita harus menjelaskan situasi ini padanya dan membiarkan Jihoon yang menentukannya. Seperti katamu waktu itu, akan tiba saatnya dimana kita harus memberitahu Jihoon mengenai rahasiaku ini bukan?"

"Aku tahu, tapi apa kau sudah siap dan yakin dengan reaksi yang akan Jihoon tunjukkan?"

"Aku percaya bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan yang kita punya." Eunsoo menatap Soonyoung seraya menyunggingkan senyum tipis, membuat Soonyoung menghela nafas panjang dan mengangguk tanda ia mengerti maksud dari perkataan Eunsoo. "Kau akan membantuku kan?" tanya Eunsoo yang langsung dibalas dengan anggukkan dari Soonyoung.

"Menurutmu kapan Jihoon akan sadar?" tanya Soonyoung setelah mereka menunggu cukup lama.

"Entahlah, apa mungkin ia akan bangun nanti pagi?" balas Eunsoo bertepatan dengan suara erangan yang berasal dari mulut Jihoon.

Eunsoo dan Soonyoung segera menatap khawatir pada Jihoon yang sedang mengerjapkan matanya.

"Sudah sadar?" tanya Eunsoo selembut mungkin.

Jihoon segera bangun dan menoleh pada Eunsoo dan ia menghela nafas lega.

Eunsoo rasanya tahu arti dari helaan nafas Jihoon sehingga ia puun bertanya, "Kau baik-baik saja Hoon?"

Jihoon terdiam sebelum menjawab, "Tentu? Tapi, kenapa kalian di sini? Ah... apakah aku berteriak atau semacamnya hingga kalian berada di kamarku? Karena aku baru saja mengalami mimpi buruk jadi..."

Soonyoung yang awalnya diam di belakang Eunsoo mendekat pada Jihoon dan bertanya, "Jihoon, apa maksudmu dengan mimpi buruk?"

Jihoon menatap Eunsoo dan Soonyoung bergantian, ada keraguan terpancar dari sorot matanya. "Um... aku tahu ini terdengar aneh tapi dimimpiku aku melihatmu Soonyoung, aku melihatmu bersama dengan wanita yang mirip dengan Eunsoo yang memiliki mata berwarna silver, dan Eunsoo menggigit lehermu hingga berdarah," ujar Jihoon. "Lupakan saja, itu mimpi yang aneh."

Eunsoo dan Soonyoung saling berpandangan dan saling mengangguk. Soonyoung menarik nafas panjang dan menatap Jihoon dengan tatapan serius sedangkan Eunsoo menatap Jihoon dalam diam. "Jihoon, itu bukan mimpi," ujar Soonyoung pelan sebelum menunjuk bekas gigitan Eunsoo di lehernya .

"Apa itu? Soonyoung, apa kau digigit ular?" ujar Jihoon dengan suara tercekat, otaknya seakan-akan menolak perkataan Soonyoung yang mengatakan bahwa mimpinya tadi adalah kenyataan dengan mencari sesuatu yang lebih masuk akal, walaupun pemikiran bahwa Soonyoung digigit oleh ular juga tidak dapat dibilang masuk akal.

Blood of LoveUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum