About Me and You

5 1 0
                                    

Ingui POV

Cowok itu enggak penting.

Flashback on~

Aku adalah putri tunggal dari grup YK, konglomerat terkaya ketiga. Semua iri karena aku terlahir dalam kemewahan di sekelilingku. Sejak lahir, aku sudah di persiapkan untuk menjadi pewaris perusahaan ini. Aku di didik sebagai cowok, bahkan namaku pun nama cowok. Aku baru sadar bahwa aku cewek setelah aku berumur 5 tahun.

Aku mempelajari semua hal untuk bisa menjadi pemimpin perusahaan ini. Aku di didik untuk bisa lebih baik dalam segala hal, mengalahkan anak cowok.
Lalu suatu hari, adik cowokku lahir. Mendadak kehidupanku sebagai cowok pun berakhir.

Aku kasihan pada adikku karena menanggung beban tanggung jawab itu, tapi aku akhirnya bisa hidup sebagai anak cewek. Aku bisa memanjangkan rambut dan juga memakai rok.
Sebenarmya saat itu...
Aku sedang menyukai anak cowok dikelasku.

Aku bersekolah disekolah umum hanya 10 hari setiap bulannya, jadi aku jarang sekali melihatnya.
Suatu hari, dia berulang tahun dan mengundang teman sekelas.
"Enggak mau! Ngapain aku harus mengundangmu? Kamu, kan, nyaris enggak pernah masuk sekolah dan kita juga bukan teman!" Ucapnya, dan sungguh! Itu sangat menyakitkan.

Jaeho Yoo, dia benar-benar melukai perasaanku.
"Eh, memangnya kamu itu cewek, ya? Kamu kelihatan aneh memakai rok itu. Pakai celana kayak biasanya sajalah! Hahaha!" Tawanya.
"Kenapa...? Padahal...aku sudah pakai jepit rambut bunga..." ucapku lirih, dan dengan sekuat tenaga, aku menahan air mataku agar tidak keluar.

"Hehehe~ ya, sudahlah. Sampai jumpa!" Ucapnya dan kemudian meninggalkanku.
Begitu dia sudah tidak terlihat lagi, aku menjatuhkan kotak kado yang rencananya akan kuberikan padanya.

Dimobil...

"Oh, nona muda~ jangan menangis lagi~ cup... cup...~" hibur supirku.
"Dia melihatku seolah-olah aku ini monster..." ucapku dengan air mataku  yang mengalir dengan derasnya.

Lalu saat aku kelas 1 Smp...

Aku yang sedang menunggu supirku ditepi jalan pun akhirnya mobil itu datang.
"Maaf, nona, saya terlambat. Lalu lintasnya macet parah." Ucap supirku dengan rasa bersalahnya.
"Tak apa." Balasku singkat.
"Bagaimana? Suka dengan sekolah barunya?" Tanya supirku lagi.

"Membosankan, nanti aku minta papa pindahkan aku lagi, deh." Balasku lagi. Namun, dari ekor mataku, aku dapat melihat seseorang yang kukenal.
"Masuklah nona." Ucap supirku.
"....Jaeho...Yoo?" Aku mengabaikan supirku itu dan menatap Jaeho.
"Wow! Dia cantik ya~ lihat mobil itu!" Ucap salah satu sahabatnya.

Cukup lama membuatnya ingat padaku.
"Benarkah?! Jadi kamu itu Ingui Yoon?! Ya ampun..." kagetnya.
"Iya, itu aku." Jawabku.
"Aku dengar putri grup YK bersekolah disini, tapi aku tidak nyangka itu kamu." Ucapnya lagi.
"Ya, itu..." ucapanku terpotong.

"YK???? Astaga!! Dia kaya raya!!" Seru temannya.
"Aku pergi dulu, ya." Ucapku pamit.
"Tunggu dulu, Ingui! Boleh aku minta nomor teleponmu?" Tanyanya.
"Maaf?" Bingungku.
"Kau tahu....minggu depan ulang tahunku. Apa kau masih ingat? Maukah kau...datang kepesta ulang tahunku?" Tawarnya.

"Maafkan kata-kataku yang dulu, ya?" Ucapnya dan tangannya itu menyentuhku.
"Apa...?" Bingungku bertambah jadi.
"Sebenarnya...dulu...aku...juga naksir kamu, sih...hehe..." ucapnya lagi dengan wajah tanpa dosanya itu.
Saat itu, aku jadi merasa jijik.

Plak!!!

Aku menamparnya didepan sahabatnya itu.

Flashback off~

Plak!!!

Aku menampar pria dihadapanku ini. Moonyoung sepertinya juga kaget dengan reaksiku.
"Aih, kenapa kamu melakukan itu?" Tanya Moonyoung.
Pria itu, hanya diam saja.
"Hei, Jaegu! Ayo, minta maaf!" Seru Moonyoung kepada pria itu.

Monster? Dia akan jadi seperti cowok itu, jika dia tahu siapa aku.
Aku mengeluarkan dompetku, dan kemudian melemparkan cek sebesar satu juta won kepadanya sambil berkata.
"Ini untuk ongkos berobat. Ambil dan pergilah!" Ucapku dan kemudian melenggang pergi.

"Tunggu! Kau mau kemana?" Teriak Moonyoung yang tak kuhiraukan lagi.
"Ini aku. Aku mau pulang! Jemput sekarang, ya." Ucapku ketika supirku mengangkat panggilan dariku.
"Kamu kenapa? Hei, Jaegu! Ini enggak pernah terjadi sebelumnya! Jangan diulangi lagi, ya!" Peringat Moonyoung, dan berlari menyusulku.

Ingui POV end
==================================================================
Jaegu POV

Aku terdiam sembari menatap cek yang ia buang begitu saja.
"Tuh, kan...? Kamu itu monster..." ucapku.
Aku enggak tahu bagaimana upacara penyambutannya berlangsung.
Aku bahkan ragu, apa aku perlu meneruskan sekolah ditempat aneh ini?

Tempat cuci mobil...

Aku enggak punya kesempatan untuk berfikir.
"Halo tuan..." sapaku.
"Jaegu~kamu datang lebih awal dari biasanya." Ucap pemilik pencucian itu.
"Ya, ini, kan, hari pertamaku sekolah. Aku akan kerja setelah ganti baju." Ucapku, dan menggandi pakaianku.

Buatku, hidup itu penuh perjuangan. Aku enggak sempat memikirkan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, mungkin akan lebih baik untuk adik-adikku. Kalau aku berhenti sekolah.
Tapi, kalau aku nggak sekolah, aku nggak biaa dapat kerja yang bagus. Aku semakin susah juga untuk menghidupi mereka.

Aku dapat beasiswa penuh disekolah itu, jadi nggak ada pilihan lain.

Malam harinya....

"Makasih, ya~ selamat malam..." ucapku, dan kemudian pamit.
"Ya, hati-hati dijalan..." balas pemilik pencucian itu.
Aku berjalan menaiki jalan menanjak itu menuju rumahku.

01.00 am

Setiap hari aku pulang jam segini.
"Jaehyung~ Jaesom~ aku pulang~" ucapku pelan ketika aku membuka pintu rumahku.
Rumahku ini memang sangat minimalis. Dapur, toilet, dan kamar menjadi satu didalam 1 ruangan.

Ketika kubuka pintu, aku lihat Jaehyung dan Jaesom telah tidur pulas. Aku melirik kearah wastafel, dan ternyata mereka telah memakan bubur cepat saji itu.
Aku tahu....aku tak bisa mengabaikan mereka seperti ini, makan fast food setiap kali aku belum pulang juga berbahaya...

'Maaf, ya...aku akan berusaha sebaik-baiknya agar kalian bisa hidup lebih layak...' batinku sambil menyelimuti kedua adikku.

....

Aku mengeringkan kepalaku dengan handuk, dan mengambil cek yang diberikan Ratu didalam kantung jas sekolahku.
Aku menatap nominal uang tersebut dalam diam.
Sekaya apa sih dia, sampai bawa duit sebanyak ini kemana-mana?

Dengan uang sebanyak ini, biaya hidup 3 bulan sudah cukup, tapi dia tanpa ragu melemparkannya padaku...
"Monster" aku ingat kata-kata yang kulontarkan padanya tadi siang.
Ini salahku, sih. Seharusnya aku tidak berfikir tentang ibu...
Aku harus mengembalikan uangnya....

"Blah~blah~ibu..." ngigau Jaesom.
"Jaesom, jangan....aku tahu kamu kangen sama ibu. Tapi, aku..." ucapku terhenti.
'Aku tidak mau ada ibu dalam mimpiku malam ini.' Sambungku didalam hati.

Tbc...

The WildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang