0.0

38 1 0
                                    

Bertahun tahun ia selalu di hantui bayang bayang yang tak ingin ia lihat. Masalalu.
Masalalu membuat ia kembali , ia sendiripun tak mengerti akar dari permasalahan ini, yang ingin ia tahu hanya penyebabnya.
Terjebak di masalah yang rumit membuat kekesalan di dalam dirinya.
Namun , ia menyadari masalah ini bukan bagian darinya tapi awal hidup menjadi sosok yang misterius.

Pagi begitu terik hingga ia lupa hari ini keberangkatannya ke kota kelahiran , Jakarta. Kota yang sudah lama ia tinggali sejak ia sekolah 3 tahun di Bandung sekaligus untuk menemani neneknya.

"Ah...." Hela nafasnya yang riuh mengemas bajunya sendiri di dalam koper.
"Al...., Alena" Ya, itu namanya, begitulah cara bibinya memanggil alena dari lantai bawa.
Alena segera turun dari tangga dan menghampiri bibinya lebih tepatnya ia juga ingin berpamitan kepada neneknya.
"Nek...." sahut Alena yang berjalan pelan menuju neneknya
"Udah ga usah khawatir kan udah ada bibi lagian orangtua kamu pasti kangen " bibinya mempercayakan diri agar Alena tak khawatir mengenai neneknya.
Alena berbalik arah menuju ruang tamu dan meninggalkan kamar neneknya, mendengar ucapan bibinya membuat hati Alena sedikit lega lagipula ia tak ingin tidur neneknya terganggu.

Ring....ring...ring

Sontak Alena terkejut karena handphonenya berbunyi, Alena tak heran lagi pria ini menelponnya pagi pagi.
"Hallo.... , Lek lo mau pulang ke Jakarta hari ini?,"
Suara pria yang tak asing di telinga Alena,siapa lagi Kalo bukan sahabatnya Andra.
"Iya kenapa?, retoris amat sih lo udah dibilang dari jauh hari juga," jawab Alena.
"Aelah ngode mau jemput ini ga peka amat,"
Andra memang perhatian kepada Alena,bahkan perhatiannya dua kali lipat dari pacarnya sendiri.
"Nanti papa gue yang jemput, lo tenang tenang aja dirumah" senyum kecil muncul di wajah Alena. "Ya udah, tapi Kalo lo udah nyampe telpon gue" pinta Andra
"Iya ....."
"Ok, bye Alek sayang"

Begitulah setiap pagi Alena, kehadiran Andra membuat Alena tidak mersa kesepian. Alena tipe perempuan yang malas dengan keramaian, meskipun ia sekolah di Bandung tiga tahun ia tetep hanya berteman dengan Andra, ketika liburan Andra sering mengunjungi Alena di Bandung dan bertukaran cerita bahkan curhatan Andra mengenai pacarnya.
Alasan kenapa Alena kembali bukan karena kehendak orangtuanya namun keinginannya sendiri, ia ingin mencari tahu sesuatu yang janggal dalam kehidupan keluarganya.

Dua jam sebelum keberangkatannya, Bibi Marsha mengajak Alena untuk pergi membeli beberapa oleh oleh untuk orang tuanya. Alena mengambil beberapa makanan favorit mama papanya ia juga melihat-lihat pernak pernik yang unik dari limbah . Bibi Alena juga membeli pakaian untuk dirinya.
"BI.. aku boleh kesana" Alena menunjuk arah tokoh seberang. Kemudian bibi Marsha mengizinkannya.

Alena terlalu terkesima melihat kerajinan dan hiasan disana hingga ia menabrak seseorang.
*bruk..
"Eh lo tu Kalo jalan pake mata jangan pake dengkul" suara keras dari wanita ini membuat keramaian berhenti sejenak.
"Maaf teh, eh mbak" ragu Alena sepertinya orang yang ia tabrak bukan orang asal Bandung.
Tiba-tiba datang seorang pria yang meredahkan suasana
"Udah kita study tour disini jangan berperilaku buruk," "maaf ya mbak" sahut pria ini lagi.
"Ah.. i..iya" Sontak membangunkan Alena dari lamunan.
"Apaan sih kamu sok baik banget" jengkel wanita itu.

Alena pergi dan meninggalkan tempat itu. Bibi Marsha juga sudah menunggu Alena di mobil , mereka pun bergegas pulang kerumah.

Pukul 13.30 WIB tepat Alena bersiap siap untuk keberangkatannya.

"Nek , nanti Kalo libur Alena bakal pulang kok jadi jangan khawatir" Senyum manis Alena membuat siapapun yang lihat bakal luluh.
"Iya, kamu juga kan baru masuk SMA ni jangan nakal nakal ya" pesan nenek Alena sambil mengelus rambutnya yang menjuntai sebahu.

Alena berpamitan kepada neneknya dan berjalan menuju bibinya yang sudah menunggu di mobil. Perjalanan menuju bandara membuat Alena tertidur sejenak
Suara suara keramaian bandara membuat ia terbangun ternyata ia telah tiba di bandara banyak sekali yang ingin ia lakukan ketika tiba dirumah, menunggu di bandara adalah hal yang kurang disukai Alena.

"Lek nanti Kalo udah nyampe jangan lupa telpon" pesan dari Andra membuat Kebosanannya sedikit berkurang.
"Iyaaa, jangan gini terus entar pacar lo marah" bukan satu atau dua kali Alena menghadapi pacarnya Andra bahkan yang sebelumnya ada yang niat menghampiri Alena jauh jauh ke Bandung.
"Hehehe ,mangkanya cepetan cari pacar jangan kayak anak kecil terus" ledekan Andra yang selaku bikin Alena jengkel.
"Lo nya aja yang Playboy putus langsung nyari , gue sih Kalo jadi tu cewek ogah sama lu" sindir Alena yang menbuat Andra tertawa terbahak.

"Kamu kenapa?" Senggol bibinya "andra ya?, sadar ga Kalo kamu sama Andra kayak orang pacaran." timpal bibi Marsha.
"Apaan sih Bi engga mungkin lah" Alena memalingkan mukanya dan memperhatikan jam. Bibi Marsha hanya tersenyum apa yang di katakan Alena kepadanya.

Alena mendengar keberangkatan dari Bandung ke Jakarta akan dilaksanakan, Alena langsung masuk pintu menuju dalam bandara tanpa rasa ragu ia juga sudah berpamitan kepada bibinya, ia menaiki tangga pesawat kemudian menuju dalam pesawat. Alena sedikit senang karena bangku sebelahnya kosong karena itu akan terasa canggung bersebelahan dengan orang yang tak dikenal.

Kedatangannya akan menjadi awal baru dalam hidupnya. Alena masih tak percaya apakah ia mampu mengungkapkan masalah yang telah terpendam selama tiga tahun ini bahkan orang terdekat pun berusaha menutupinya. Ia membuka dompet di tasnya dan mengambil sebuah foto yang membuatnya tak berhenti menangis jika melihatnya. "Aku benci dan sedih melihatmu, berhentilah memberi senyum palsu"









Assalamu'alaikum
Jadi ini cerita pertama aku maaf ya jika banyak salah danc kurang menarik, dengan senang hati aku menerima komentarnya :). Btw komen ya jika menarik
Terimakasih

Why are you here?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora