0.1

19 2 1
                                    

Tiba bandara Soekarno-Hatta. Alena merasakan segalanya sedikit berubah, hal yang ia lakukan pertama kali adalah mencari papanya yang mungkin sudah menunggunya. Sudah tiga puluh menit Alena mencari papanya tampaknya papanya memang belum tiba. Alena menarik sebuah senyum ketika melihat salah satu tokoh makanan kebetulan ia sangat lapar selama di perjalanan, menarik koper yang ada ditangan kirinya menuju tempat tersebut.

"Kenyang juga..." ucap Alena sendiri. Ia mengambil handphonenya dari tas dan mengecek sudah jam berapa ini, ternyata Alena sudah menunggu papahnya satu jam, Alenapun memilih untuk menelpon papahnya. Berkali kali Alena menelponnya namun tidak ada jawabanny dari papanya itu.
"Sibuk mungkin ya..." kata Alena sedikit mengeluh.
Tiba tiba seorang pria datang dan menghampirinya
"Akhirnya disini juga, tahu ga gue nyari lo Dimana mana" Andra menarik satu kursi di hadapan Alena.
"Lo ngapain sih disini kan udah dibilang..."
"Bokap lo nelpon gue suruh gue yang jemput," potong Andra "cepetan, gue lagi Nungguin Aura di salon tadi" Andra menarik tangan  Alena menuju parkiran.
Andra mengendarai mobilnya dengan cepat sambil melirik ke jam tangannya bahkann ia menerobos lampu merah di setiap jalan
"Lo udah gila ya???," bentak Alena
"Iya gue udah gila!" Jawab Andra tanpa memikirkan penumpang yang di sampingnya ini.
"Kalo lo mau mati jangan ngajak gue,"
"Ini udah hampir satu jam Alena,mangkanya nunggu orang di bandara jangan klayapan" sanggah Andra "Aura bakal marah ke gue Kalo dia nunggu lama" sahut Andra lagi. Alena tidak menjawab ucapan terakhir dari Andra ia memilih untuk pasrah dengan apa yang di lakukan Andra terhadapnya. Bahkan selama perjalanan pun Alena tidak berbicara sedikitpun.

"Ga Terimakasih?" Sindir Andra yang telah mengantar Alena. Namun tidak ada jawaban dari Alena "ya udah nanti malam kita dinner" lanjut Andra. "GAK MAU!" Alena meninggalkan Andra dan menutup pagar dengan kuat hingga membuat Andra sedikit terkejut "pokoknya gue ntar jemput lo," teriak Andra dari luar pagar karena Andra tahu sahabatnya ini tidak akan marah dengan waktu yang lama.

***
Tidurnya terganggu oleh suara handphone yang begitu berisik, ia meraba raba mencari handphonenya dengan menyipitkan mata untuk melihat siapa yang menelponnya, sudah ia duga yang menelponnya wanita itu lagi ia memilih bungkam dan lanjut tidur dari pada melanjutkan pembicaraan dengan wanita itu. Satu bantal melayang ke mukanya sontak membuat matanya terbuka "mbaaaak..., kok mukul saya sih," kata pria ini yang langsung membalikan tubuh. "Mas.. maaf sebelumnya ini disuruh nenek" wanita separuh baya ini sedikit mengguncang tubuhnya. "Iya iya, bangun ni" akhirnya pria ini duduk namun dalam mata tertutup. "DEAN........!!!" Sontak matanya terbuka paksa karena ia melihat neneknya sekarang sudah di depannya. "Ini udah siang kamu masih tidur, Pantasan papa kamu marah terus sama kamu" ocehan neneknya memang tidak ada habisnya.
Dean keluar dari kamarnya dan duduk dimeja makan sudah terdapat beberapa makanan yang sudah di buat oleh mbak yang menemani neneknya di rumah, dengan singgap wanita separuh baya itu menyiapkan makanan untuk Dean "saya ambilkan sup yang masih panas dulu ya mas.." Dean hanya mengangguk sambil duduk manis menunggunya.
"Kemarin tunangan papa dan calon mama kamu lancar," ucap nenek yang baru saja tiba dan duduk di depannya. "Ya udah, Nek ... tolong jangan panggil dia mama" Dean memalingkan wajahnya.
"Kamu itu harus hargai pilihan papa kamu,"
"Nek, nenek ini di pihak siapa sih" gerutu Dean.
"Nenek tahu, ibu kamu kan anak kandung nenek tapi kita harus hargai pilihan papamu"
"Nek, aku deluan udah ga selera makan lagi," Dean meninggalkan meja makan, untuk pertama kalinya ia bertindak seperti ini kepada neneknya.
***
"Mama udah nyiapin makan yang kamu suka" Alena tersenyum lebar bahkan mungkin ini kebahagiaan pertamanya selama tiga tahun yang lalu masalah yang menimpanya.
"Waaa... aku mau makan ini itu terus yang ini" ocehan kecil dari Alena membuat mamanya dan papahnya tertawa. "ya udah makan yang banyak nanti papa yang bawa koper kamu ke kamar" dengan spontan Alena menarik tangan papanya "papa makan dulu bareng aku, kangen ni" tingka manja Alena langsung muncul apa bila dekat dengan orangtuanya. Tiga puluh menit waktu berjalan selama mereka makan siang.
"Aduh ini udah paling kencang perutnya.." ucap Alena kekenyangan bahkan hiperbolanya Alena tidak bisa bergerak.
"Papa udah daftarkan kamu di  highlights school ,belajar yang baik..." ungkap papa sambil menghelus rambut Alena yang indah itu.
"Ma, koper ku dimana??" Alena mengelilingi kamarnya sendiri.
"Mama letak di kamar dekat loteng " suara keras mama yang terdengar dari dapur. "Dekat loteng???" Ucapnya dalam hati.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Why are you here?Where stories live. Discover now