Du-a

2 0 0
                                    

"Lo yakin mau nunggu disini?" Tanya arka yang tak yakin.

"Iya ka." Ada rasa bimbang di relung hatinya.

"Dia bakal kesini atau enggak?" Tanyanya lagi.

"Iih kesel deh gue liat elo. Pergi sana!" Usirnya rada sewot yang langsung dibalas helaan nafas arka.

"Iye pergi nih ya. Bye rarameyong." Ejeknya diakhir kalimat.

"Ish."

Setelah arka pergi dengan sepedanya, rara menunggu di halte dekat pertigaan. Itu yang paling strategis supaya pacarnya langsung melihat dirinya.

Rara sebenarnya sudah memiliki kekasih sejak kelas 10 semester 1 dan sekarang ia kelas 11 semester 1. Ehmm lumayan lama lah ya.

Pacarnya rara memanglah lebih tua 4 tahun darinya. Tetapi usia tak menghalangi rasa suka kan? Yaudahlaya.

Mereka ketemu pada saat rara tak sengaja menumpahkan coca colanya di salah satu resto tempat saji. Dari situ mereka berkenalan dan terjadilah hingga sekarang.

Lama menunggu sehingga tak sadar 2 jam ia duduk lalu berdiri menunggu yang tak pasti. Kesel sih, tapi dia bersikap positif thinking.

Tai. Umpatnya.

Positif thinking endasmu. Memang rumah pacarnya melewati halte tersebut. Jadi jika kamu melihat cowok yang itu pacar kamu boncengan berduaan dengan kondisi cewe dibelakang sedang tertawa bersamanya lalu sang cewe itu melingkarkan tangannya ke pinggang cowo itu, kesel gak?

Bangsat ferdi.

Iya ferdi si cowo kadal Katanya disuruh nunggu disini eh ternyata disuruh nunggu dia lewat bersama yang lain.

Fix gue kesel.

Sesampainya dirumah rara langsung membersihkan seluruh tubuhnya dikamar mandi dan cepat berganti pakaian rumahan lalu bergegas pergi ke rumah sahabatnya yang dari TK.

Untung mama sama papa keluar kota.

"ARKAA MAIN YUKK." Teriaknya.

"BERISIK WOY, BELAJAR SONO KELAYAPAN MULUUU." Teriak seseorang dari dalam tak lain arka yang langsung membukakan pintu rumahnya. Saat dilihat itu arka langsung ia berlari dan memeluk arka tanpa canggung.

***
"Gak nangis lu?" Tanyanya saat dirasa pelukan rara sudah mengendur.

"Ngapain nangis. Najis gue nangisin orang kaya di-AAAAAAAAAA." Saat diakhir kalimat barulah rara sesugukan. Arka kesal melihat kelakuan rara yang menyebalkan.

"Katanya gak nangis." Ejeknya
"Woy lu tau gak sih? Gue nungguin dia 2 jam kaki gua keras gara gara si kampret itu arrrr." Rengeknya.

"Yakin?"sambil mengangkat kedua alisnya. Pada akhirnya rara menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Mampus lo." Tawa yang ditahan tahan arka melepas sejadi jadinya.

"Rese lo!"

"Lagian udah tau tampang tampang kaya dia playboy cap kadal mending gue kemana mana lahhh." Langsung dibalas kernyitan gak suka dari rara.

"Najess."

"Eh, ada makanan gak?" Lanjutnya.

"Ada." Ucapnya jail.

"Mana?"

"MAKAN ATIIIIIII." Tawanya menggelegar sehingga arka tersedak dengan air liurnya sendiri.

"Mati sekalian lo." Gantian rara yang menyumpainya.

"Pergi lah lu belajar sana." Usir arka langsung rara mengerucutkan bibirnya layaknya orang yang mengambek.

"Ngambek gue diusir." Tetapi rara langsung pergi karena memang ia harus fokus belajar.

***

Sepulangnya rara dari rumahnya, arka langsung menuju balkon kamarnya dan mengambil gitar yang tak jauh darinya lalu dimainkannya sebuah lagu.

Tak lama ia memainkan gitarnya, terdengar suara mesin mobil dari arah rumahnya dan bunyi klontang dari pagar rumahnya.

"Emak gue kalinya?" Gumamnya pelan.

Bergegas ia turun kebawah dan dibukannya pintu utama.

"SURPRISE!!!" Teriak orang luar.

Arka? Biasa aja, memang mamanya sangat kekanakan.

"Arka sayang kamu sudah besar nak!" Ucapnya dengan haru. Padahal mereka berpisah baru 2 hari yang lalu. Lebay memang. Dipeluknya sang putra dengan sayang.

"Ya ampun mah, kumat deh." Dibalas pukulan maut di bahunya oleh sang mama.

"Kurang ajar nih anak," ujar sang ibu langsung masuk kedalam rumah.

"Eh, tolong ya anak manis mobilnya dimasukin." Lanjutnya sebelum benar benar masuk.

"Kenapa gak sekalian sih mamahh??" Kesalnya namun nadanya masih biasa saja.

Setelah arka memasukan mobil mamanya-dinda ke dalam garansi, ia langsung ke kamar mamanya.

"Ma." Panggil arka.
"Kenapa ar?"
"Aku mau nikah."

Mama langsung ambil ancang ancang bantal yang tepat di sampingnya dengan mata melotot.

"Ngomong apa barusan?" Marahnya.

Arka bercanda akan hal itu hanya cengengesan melihat mamanya yang sudah berubah.

"Bercanda ma." Dinda mendengar hal itu menghela nafas pelas lalu Ditaruhnya bantal kesamping setelahnya beranjak ke meja rias.

Dinda-mama arka memang seperti itu rutinitasnya. Sampe rumah -ke dapur ngambil minum-ke kamar-duduk sebentar di kasur merehatkan kaki-beralih ke meja rias- mandi-kekamar anak satu satunya-ke kamar-tidur.

Arka melihat keadaan mamanya yang terlihat lelah berjalan ke dinda lalu memanjakan ibunya dengan pijitannya ke bahu ibunya.

"Mama kalo mau nikah lagi aku ikhlas kok." Ucap arka lugas. Karena ia tak tega melihat ibunya seperti ini, kelelahan semenjak sang ayah tiada sejak arka kelas 2 SMP.

"Ngawur kamu," Balas mamanya
"Udah tua ngapain kawin lagi bentar lagi juga mati." Lanjutnya bercanda.

Arka langsung memeluk erat ibunya dari belakang dengan kasih sayang.

"Jangan ngomong gitu lagi dong mah, nanti kalo mama gak ada arka sama siapa?" Ujarnya dengan nada sedih.

"Kan ada sahabatmu dari TK itu." Balasnya dengan masih bercanda. Dipukulnya pelan pundak ibunya.

"Dia tuh dah punya pacar tau."
"Tikung lah. Mumpung belum jadi istri orang."
"Ngaco ditikung."

Ibunya langsung menggiring putranya ke kasur dan mendudukannya disana dengan memberi wejangan.

"Ka, kalo kamu suka kejar sampe dapet. Tapi, kalo dia emang bener bener gak suka sama kamu dalam artian dia udah bosen sama kamu tinggalin aja, perempuan gak hanya 1 didunia,"

Dinda pun terbayang akan pernikahannya dengan suaminya yang sudah tiada.

"Dulu tuh ka, mama korban perjodohan terus setelah kita menikah papamu itu sebelum dijodohkan dia punya pacar. Mama merasa terhianati, namun seiring waktu dia tersadar bahwa seharusnya yang wajib untuk dicintai istrinya bukan pacarnya. Sempat mama bosan sama papamu. Tapi, mama perjuangkan papamu pda akhirnya dia luluh dan jadilah kamu."

"Terus cara mama sama papa bisa jadi aku gimana?" Jailnya.

"Sok polos. Mama tau ya kamu sepulang dari sekolah terus tidur malem karena apa," Cibirnya.
"Udahlah sana tidur jangan aneh aneh ya!" Usir dinda. Arka yang diusir memanyunkan bibirnya dan tak lupa mengecup kening ibunya.

"Good night ma." Langsung ngacir entah kemana.

Selepas perginya arka, dinda mengambil figuran di dekat meja kasurnya, lalu mengusap usapkan foto tersebut sambil ternyum lirih.

"Mirip kamu banget sih mas anak kita."

***
HALLO DEAR, gimana?????

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Dec 24, 2018 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

RA-KADonde viven las historias. Descúbrelo ahora