8. Perfect - New Life

426 58 25
                                    

Enam Tahun kemudian...

Suara langkah kaki, gesekan roda kecil yang berputar diatas lantai, speaker, orang orang yang berlalu lalang dengan beragam kata yang bersahutan, suara bising mesin pesawat membuat sebuah paduan suara yang begitu memekakan telinga.

Seorang anak kecil berdecak bosan sambil berdiri disamping seorang wanita yang membawa banner bertuliskan nama seseorang yang hendak ia jemput dipintu kedatangan.

Anak itu memejamkan mata. Menahan bising yang memekakan telinga. Kenapa ia harus berada disana? Kenapa orang dewasa begitu manja? Bukankah orang dewasa bisa pulang sendiri kerumahnya? Kenapa harus merepotkan orang lain dan anak kecil seperti dirinya?

Huhh...

Entah sudah berapa kali ia mendengus sebal. Kenapa lama sekali?

Ia membuka mata lalu mengedar pandangan. Kiranya ada hal yang lebih menyenangkan yang bisa ia lakukan selain menunggu.

Tepat saat itu juga ia melihat sebuah benda jatuh menggelinding dan berhenti tepat didekat kakinya.

Sebuah gantungan tas berbentuk rubik mini. Ia memungutnya lalu tanpa berpikir dua kali ia pergi mengejar pemilik benda itu.

Namun saat ia menarik bagian tas sang pemilik benda, seorang wanita dan dua orang laki laki bertubuh kekar langsung menghadangnya.

"Nak, apa yang kau lakukan?" Tanya salah satu pria berpakaian serba hitam.

Anak itu tak menggubrisnya ia hanya mendongak menatap si pemilik rubik yang juga tengah menatapnya.

"Abaikan saja! dia hanya anak kecil." Ujar seorang wanita dengan wajah tak ramah. Ia hendak kembali melangkah pergi namun langkahnya tertahan ketika orang yang ia dampingi malah menurunkan tubuhnya dihadapan anak itu. Menatapnya lamat lamat sampai melepas kacamata hitamnya.

"Aku tau aku tampan, tapi aku tidak punya banyak waktu. Aku hanya ingin mengembalikan ini." Anak itu menyodorkan gantungan rubik pada pria di depannya. Namun pria itu malah melebarkan matanya sambil menganga.

"Wae? Kalau kau tidak mau mengambilnya aku akan menjadikannya milikku." Anak laki laki itu mengancam dengan wajah datarnya membuat pria itu langsung terkekeh.

"Kau menyukainya?"

Anak itu tak menjawab. Hanya diam dengan tangan yang masih tersodor kehadapan si pria.

"Kalau kau menyukainya kau bisa menjadikannya milikmu."

Mendengar itu barulah anak itu menurunkan tangannya lalu merunduk sebagai ucapan terimakasih.

"Sekarang kembalilah pada ibumu. Dia pasti mencarimu."

Anak itu mengangguk.

"Kalau nanti kita bertemu lagi aku akan memberimu banyak rubik yang bagus."

"Kau menyukai rubik?" Anak itu bertanya dengan mata yang berbinar.

"Ya, aku memiliki berbagai macam rubik dirumah. Pastikan kita bertemu lagi agar aku bisa menunjukkan semua koleksi ku padamu."

Anak itu mengangguk sambil tersenyum.

"Dylan, cepatlah!!! Kita harus pergi sebelum penggemar menyadari kedatanganmu." Ujar wanita itu seraya menyentuh bahu lebar Dylan.

Behind The Perfection [JINRENE]Where stories live. Discover now