Chap15

466 41 11
                                    

"Tidak bisa kah kau melupakan kalungmu itu huh? Cepatlah! kita harus segera pergi!!!" Sunny berjalan cepat ke arah Hyomin untuk menarik paksa rekannya itu.

"Aku harus menemukan kalung itu, kalung itu pemberian Eunjung yang harus aku jaga, Sunkyu." Jelas Hyomin pada Detektif itu.

Satu gesture berdiri mematung di balik pintu apartemen Hyomin, kedua tangannya mengepal menandakan ia menahan amarah, matanya terasa pedih sedari tadi tidak berkedip sama sekali mendengar suara yang ia rindukan, meski akhir-akhir ini suara itu mewarnai harinya namun suaranya kali ini adalah suara yang sangat Eunjung rindukan.

"Tunggulah sampai aku menemukan kalungku itu, aku mohon." Sunny di dalam apartemen tidak bisa mengatakan apapun jika Hyomin sudah memohon seperti sekarang.

"Apa ini yang kau cari?" Tubuh keduanya menoleh pada sumber suara, mata mereka sama-sama melebar melihat Eunjung menunjukan sebuah kalung salib yang Hyomin cari. Tubuh Hyomin mundur beberapa langkah, ia seperti ingin jatuh jika saja meja yang ada disana tidak menahan dirinya sudah pasti ia akan tersungkur, Sunny bungkam melihat mata yang penuh amarah, Direktur Utama dari Hwang Company itu maju setapak demi setapak. Matanya masih tertuju pada sosok yeoja dengan rambut pendek.

Eunjung dan Hyomin saling berhadapan hanya berjarak beberapa centi saja, mata Hyomin menangkap sepasang mata Eunjung yang memerah serta ada air tergenang di dalamnya, ia juga merasakan nafas Eunjung tersenggal menahan semua rasa yang bercampur menjadi satu malam ini.

"Kalung ini yang kau cari kan, Park Hyomin." Suara yang terkesan bergetar menahan tangis Hyomin dengar jelas di telinga. Ia tidak bisa menahan tangisnya berhadapan dengan Eunjung, kekasih yang selama ini ia tinggal demi pekerjaannya.

"Wae?" Satu kedipan membuat air mata yang tergenang jatuh dari mata kanan Eunjung "Kenapa harus seperti ini hem?" Hyomin menggigit bibirnya tidak tau harus menjelaskan darimana "Kau tau dari awal aku tidak percaya jika Jaksa Park meninggal. Kau tau bagaimana aku memohon pada Tuhan agar kau tidak pergi dariku selamanya? Kau tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang kau cintai? Dan kau tau bagaimana tersiksanya aku saat merindukanmu?" Eunjung menangis hingga mengatur nafasnya untuk berbicara dengan sang kekasih yang ia tau masih hidup "Aku berjuang menahan semuanya, semua tentangmu! Aku tidak ingin melupakan sama sekali dirimu dan aku selalu menyimpanmu di kotak kenanganku! Kau tau itu ha?" Mereka menangis dengan keadaan yang berbeda, keadaan membohongi dan dibohongi "Apa kau juga tau bagaimana aku tanpamu???? Apa dengan cara ini kau membalas penghianatanku tempo lalu? Begini kah???!!!!!!" Eunjung meraih kedua pundak Hyomin dan mengguncangnya "Bahkan aku hampir melupakanmu saat sosok Tania hadir di hidupku meski kotak kenanganku selalu aku simpan." Hyomin menatap lekat mata Eunjung ketika kekasihnya itu mengatakan nama Tania "Aku dibuat tidak waras dengan Tania, hingga aku berpikir apakah dia adalah kau? Kau bisa merasakan seperti apa diriku hemm?" Tangis Eunjung kini membuat dadanya terasa sakit, lehernya serasa tercekik, ingusnya pun ikut jatuh seiring air matanya terus keluar hingga hidungnya memerah "Dan sekarang aku tidak bisa mengenali siapa yang ada di hadapanku, dia Hyomin atau kah Tania." Tentu saja dengan kalimat itu membuat Hyomin merasa sakit hati, sebegitukah ia membuat Eunjung sakit hingga tak mengenali dirinya?

Sunny yang menjadi saksi terbongkarnya identitas Hyomin di hadapan sang kekasih ikut merasa bersalah sekaligus sedih "Dir. Ham, aku bisa menjelaskannya."

"SHUT UP!" Sunny menangkap mata tajam Eunjung begitu mengarah pada dirinya, ini kali pertama Sunny melihat betapa marahnya Eunjung.

"Maafkan aku, Chagi." Hyomin hendak memeluk Eunjung namun kekasihnya itu justru mundur tidak ingin dipeluk Hyomin.

"Kau tidak pernah tiada, kau selalu ada di sekelilingku ternyata benar. Jadi hanya aku yang tidak tau kebenaran ini?" Hyomin meraih tangan Eunjung akan tetapi ditampik kasar oleh sang kekasih. "KATAKAN PADAKU?!" Tubuh Hyomin yang lemah tidak bisa menopang lagi, ia terjatuh di depan Eunjung dengan tangisnya yang tak bisa berhenti. "Bagaimana bisa kau membiarkan aku menangisi makam orang lain yang aku kira di dalam sana adalah Jenazahmu!!!!"

Blue Collar CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang