37[xxxvii]

1.1K 183 3
                                    

"Tidak, hanya karena ibumu tidak akan kembali bukan berarti kau tidak harus memakai kaus kaki yang cocok," Namjoon berseru, jengkel saat ia mencoba menangkap Tae, yang menyelinap di sekitarnya dan terus berlari, salah satu kakinya dibalut kaus kaki warna biru dan yang lainnya berwarna kuning neon.

Tae hanya tertawa, mengabaikan ayahnya yang frustasi. "Aku tidak harus memakai kaus kaki yang cocok, dan ayah tidak bisa menyuruhku kecuali ayah menangkapku, tapi atah tidak bisa menangkapku karena aku yang tercepat-" Tae menabrak sesuatu - atau seseorang - dan jatuh, mendaratkan bokongnya ke lantai. "Ow-"

Yoongi dengan tenang meraih pergelangan tangan Tae. "Tertangkap kau. Sekarang menurutlah dan pakai kaus kakimu dengan benar atau aku akan mematahkan setiap krayon menjadi dua."

"Kau tidak akan melakukan itu," kata Tae, tapi suaranya lemah karena ragu.

Yoongi hanya dengan tenang memiringkan kepalanya. "Tidak yang hitam."

Mata Tae melebar dan ia melompat, berlari kembali ke kamarnya dan dengan cepat mencari kecocokan salah satu kaus kakinya.

Namjoon mendesah. "Terima kasih, Yoong-"

"Aku ingin cemilan tambahan di bekal makan siangku."

Namjoon hanya menatap murid kelas satu itu tidak percaya. "Apa?"

"Itu hargaku, satu kue untuk Taehyung yang patuh. Ini harga yang pantas, Ayah. Jadi, kue itu?"

"Apa kau bilang, Yoongi?"

"Sekarang?"

"..."

"Kumohon? Sekarang kumohon Ayah?"

Namjoon menghela nafas sebelum pergi ke dapur dan mengeluarkan kue dari kotak, memegangnya ke Yoongi sebagai bukti sebelum menjatuhkannya ke dalam tas makan siangnya. "Semua keiinganmu sudah terpenuhi?" Tanyanya dengan datar, dan Yoongi memasang wajah berpikir.

"Yah, ada-"

"Bagus. Pergi gosok gigi dan bersiap untuk sekolah." Namjoon melihat ke arah kamar tidur. "KITA BERANGKAT DALAM SEPULUH MENIT DENGAN ATAU TANPA KALIAN."

Yoongi masih terlihat gentar. "Yah, kalau itu adalah pilihanku-"

Namjoon memberinya tatapan garang dan Yoongi bergegas pergi, ia tahu lebih baik menurut daripada melewati batas.

Mereka semua terbangun di tumpukan besar pagi itu, Namjoon kurang lebih di bawah dengan anak-anaknya yang tidur di lengan dan kakinya, yang berarti setiap otot di seluruh tubuhnya terasa sakit dan mati rasa. Yoongi bertanggung jawab atas kaki kanannya.

Lalu saat Namjoon berusaha bangun dari tempat tidur, ia tersandung, jatuh dan hampir tidak bisa menangkap dirinya sendiri, dan mereka semua tertawa. Setelah itu, mereka tampaknya percaya, mereka bisa lolos dengan apa pun.

Makanya pagi itu terjadi pemberontakan pakaian dan penyuapan.

"Ayah! Aku siap!" Teriak Jin, keluar dari kamarnya dengan sweter merah muda dan jins.

Namjoon tersenyum lembut padanya. Ia masih berjuang untuk membantu Jin sekarang karena Jin telah memberitahunya tentang perjuangannya di sekolah. Jin sudah menceritakan padanya, ransel merah mudanya adalah alasan mengapa anak-anak dikelasnya tidak menyukainya, dan untuk beberapa alasan, Namjoon merasa bangga dengan Jin karena mengenakan sweter merah muda dan menolak untuk mundur dari apa yang membuat Jin, Jin.

Namjoon mengecup rambut Jin, dan Jin hanya merunduk sedikit, menatapnya dari bawah bulu matanya yang panjang dan gelap dengan ekspresi ragu-ragu.

"Ayah? Kenapa kau menciumku?" Tanya Jin, dan Namjoon tersenyum, mengenali frasa kedua sebagai salah satu miliknya ketika anak-anaknya sedang mengganggunya tentang sesuatu.

Single Father || Namjoon + BTS!Kids [INDONESIAN TRANSLATION] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang