ix. ajakan

215 62 5
                                    

Kebetulan yang langka, Seunghun dan Sakura mendadak punya hari kosong yang sama. Sakura bilang padanya kalau ia akan pulang daripada gabut di kost, maka Seunghun pun memutuskan untuk ikut dengannya.

Sebenarnya, akan jadi kebohongan besar kalau Seunghun merasa nyaman-nyaman saja semenjak pembicaraan mereka tempo hari yang sedikit menyinggung topik sensitif.

Namun pikir Seunghun, bukankah lebih baik bersikap seakan tidak terjadi apa-apa dibanding hubungannya dengan Sakura yang baru saja melunak tiba-tiba berubah canggung lagi?

Sekarang, keduanya tengah menikmati semilir angin sore di gazebo depan rumah si gadis.

Sakura khusuk streaming sebuah acara survival bernama Kotak Harta Karun, sementara Seunghun berkutat dengan gamenya sembari menyandarkan kepala dengan santai di bahu Sakura.

Sakura tidak protes, jadi Seunghun pun tidak beranjak dari posisinya.

“Seunghun.”

Ia hanya merespon panggilan Sakura dengan gumaman seadanya.

“Ih gue sedih banget tau nggak nonton survival ini. Masih mending Produksi 101,” Sakura menggerutu dengan nada kesal, yang jujur saja Seunghun tidak paham dia membicarakan apa.

“Oh gitu. Terus?” balas Seunghun dengan pandangan masih tertuju pada layar ponselnya.

“Ada yang mukanya mirip elo tau. Sayangnya dia nggak debut. Padahal menurut gue suaranya bagus banget.”

Setelah itu, Sakura membicarakan tentang acara survival itu yang tentu saja hanya masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kirinya. Seunghun hanya mengangguk-angguk sok paham sambil sesekali menjawab, yang sepertinya agak tidak nyambung dengan apa yang dibicarakan Sakura.

Momen seperti ini, mau tak mau membuat Seunghun teringat akan masa-masa SMA, dimana keduanya masih bisa ngobrol santai tanpa berpikir tentang beban sebagai orang dewasa, berpacaran dan berpikir mereka akan bertahan selamanya.

Tipikal remaja.

Seunghun jadi berpikir, mungkin saja–mungkin, kalau situasinya seperti ini, tidak apa-apa apabila dia nyeletuk,

“Sakura.”

“Diem dulu, lagi seru ini.”

Dia pun menegakkan dirinya, beranjak dari posisi menyandarnya. Seunghun melihatnya gadis itu sedang memasang ekspresi khawatir sambil menghadap layar ponsel.

Tidak ada tanda-tanda Sakura akan berpaling padanya.

“Sakura,” panggilnya sekali lagi.

“Apa sih,” Sakura mendongak dengan alis bertaut, ciri khasnya saat sedang kesal.

Seunghun mengedikkan bahu. “Kita baik-baik aja kan sekarang?”

“Yaa, emang iya kan? Gue nggak lagi sakit kok,” Sakura menaikkan sebelah alisnya, heran.

“Yaudah.”

“Yaudah apanya? Ngomong yang jelas dong, Seunghun.”

Si pemuda jangkung menarik napas panjang sebelum memutar badan Sakura hingga gadis itu benar-benar menghadap ke arahnya. Sakura gelagapan, terkejut dengan tindakan Seunghun yang tiba-tiba.

“Apa?” Sentak Sakura ketika Seunghun hanya balik menatapnya, dengan senyum lebar yang naik hingga ke mata.

“Kalo sekarang kita udah baik-baik aja, ayo balikan.”

Kontras dengan ekspresi Seunghun yang ceria, Sakura hanya bisa menganga sebagai reaksi atas pernyataannya.






We Broke Up ─kimseunghun。✔Where stories live. Discover now