Part 1 - Stalking

37 2 0
                                    

Hiruk pikuk kelas saat jam kosong sama sekali tak mempengaruhi diriku yang sedang asik-asiknya melamunkan seorang laki-laki yang kutemui kemarin lusa. Namanya juga lagi kasmaran, bro.

"Woy! Ngelamun terooosss." Aku menatap sebal kepada Wahyu yang tiba-tiba saja sudah duduk di samping kananku, tepatnya di kursi guru.

Tiba-tiba suatu ide muncul dikepalaku seperti bola lampu yang menyala terang. Aku baru ingat, Wahyu dan Deva kan masih satu perkumpulan. Mungkin dia tau siapa laki-laki yang entah awalan atau akhiran namanya dipanggil 'Di' itu.

"Eh Bang, lo tau ga anak IPS yang panggilannya Di?" tanyaku serius pada laki-laki hitam manis di sampingku itu. Abang memang sudah menjadi panggilan akrabku untuknya. Wahyu menatap langit-langit, keningnya berkerut sambil mulutnya komat-kamit mengulang kata 'Di'.

"Aldi maksud lo?" Kedua alisku terangkat, wajahku menatapnya dengan serius. "Lo punya fotonya ga, Bang?"

"Ga ada kayaknya. Tapi gua tau media sosialnya. Btw, lo kenapa nanyain dia?" tanya Wahyu sambil menatapku curiga di akhir ucapannya.

"Mana mana media sosialnya?? Udah buruu, ntar aja gua kasih tau." Aku dengan tidak sabaran menggoyangkan badan Wahyu sampai dia pusing.

"Iya iyaa gua kasih tau, tapi lo berhenti dulu. Gua pusing woy." Aku cengengesan ketika gantian Wahyu yang menatapku sebal. Dia lalu mengeluarkan ponselnya, terlihat membuka aplikasi Facebook lalu mencari sebuah nama.

"Aldiatno Mizan," ucapku mengeja nama yang dicari Wahyu. Dan benar saja, akun Facebook laki-laki itu langsung keluar di hasil pencarian paling atas.

"Mau liat mau liat."

Aku merampas ponsel Wahyu, membuatnya geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Jemariku dengan penasaran menyapu layar ke atas untuk melihat akunnya lebih lanjut. Ya ampun, manis bangettt foto profilnyaaa, jeritku dalam hati dengan lebaynya. Sementara aku sibuk mengatur ekspresiku agar terlihat datar.

"Dia kelas berapa, Bang?"

"XI IPS 1. Noh kelasnya yang depan IPA 8." Aku reflek menatap Wahyu dengan ekspresi kaget. "Serius?!"

"Lha emang iya. Masa gua bohong."

WAAAAA! Senangnya dalam hati, kelas dekat gebetan, nyanyiku dalam hati.

"Lo kenapa si?" Wahyu menyipitkan matanya ke arahku. "Ga, nanya doang."

"Jangan-jangan, lo suka sama Aldi yaaa? Iyakaan?" Aku terbatuk mendengar godaan Wahyu. Terpaksa kuceritakan awal mula aku mengenal laki-laki manis itu. Thanks untuk lucky—motor biru kesayanganku, karna berkatnya aku jadi bisa mengenal Aldi, hehe.

"Jadi gitu.." Wahyu mengangguk-angguk dengan satu tangannya memegangi dagu.

"Bantu kenalin ke dia dong, kan lo lumayan deket sama dia," pintaku dengan mata berbinar.

"Hmm gimana ya.."

"Ya ya?? Pleaseee." Aku menangkupkan kedua tanganku seperti orang memohon.

Wahyu akhirnya mengabulkan permintaanku, membuatku cukup senang karna aku benar-benar penasaran dengan Aldi. Sebenarnya, sih, karna aku juga ingin cepat-cepat move on dari Sean. Melelahkan sekali mencintai orang yang tidak akan pernah mencintai kita. Apalagi baru-baru ini aku juga mendengar rumor bahwa Sean sedang mengejar seorang kakak kelas. Artinya sudah saatnya bagiku untuk membuka lembaran baru dari diary-ku.

Bel istirahat pun berbunyi, kelas buyar seketika, termasuk Wahyu yang langsung ngacir keluar kelas dengan kunci motor di tangannya. Katanya, sih, ada urusan di rumah. Sementara kegiatan anak kelas lainnya lumayan beragam. Ada yang langsung ke warung Om yang berlokasi di luar kawasan sekolah, ada yang ke warung Tante Pop Es—panggilan yang kubuat untuk warung yang biasa menjual berbagai macam minuman sachet diblender dengan kelebihan ekstra keju di banding warung lain, ada yang ke kantin belakang sekolah, ada pun yang ingin lebih dulu menunaikan sholat dzuhur di musholla sekolah dekat XI IPA 8 atau di musholla di samping warung Om.

SugarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora