16 (Algojo pt 3)

43 29 4
                                    

Ketika ku pikir selagi aku masih bisa berkata, ku suruh Ji untuk segera pergi.
Rasa ini mengerikan!!!
Bagaimana di akhirat nanti??
Apa aku akan lolos dengan mudah??
Tanpa melalui situasi meyakitkan seperti saat ini?? Tentu tidak!!
Pasti ada suatu hal yang perlu ku pertanggungjawabkan.
Tolonglahhh!! Masih belum siaappp!!!
Jika di tanya "kapan kau siap?" Aku pun tak bisa memastikan waktu. Dan tak ada orang yang akan benar-benar siap dikala waktu yang dimiliknya telah berakhir. Butir-butir pasir terus mengalir hingga habis di suatu sisi. Pemutaran ulang tak akan terjadi jika Sang Maha Kuasa tak mengizinkannya.

Tiba-tiba, golok itu tergeletak di tanah dekat kepala ku.
Pemenggalan tak jadi dilanjutkan??
Bukan!!
Aku masih belum bisa memastikan. Mata ini masih belum kuat untuk melihat keadaan.

Si baju putih masih mengucapkan hal aneh sambil memandang langit. Seperti ia sedang memanggil tuannya. Ia tak menoleh ke belakang. Sejak pemenggalan ini mulai dilakukan.

Seseorang melepaskan ikatan tali yang menjerat tubuh ku. Membekam mulut ku saat perlahan membantu ku untuk berdiri. Aku baru sadar,, di mana Ji??? Seketika tak ada suaranya lagi. Dua orang sudah dilumpuhkan olehnya. Yakin pasti bisa pulang.

"Harus cepat. Selagi waktunya belum tiba..." bisiknya pada ku.

"Oh ternyata... Mana Ji?" Saat ku tau bahwa itu dia, orang yang dari awal melibatkan ku dalam semua ini.

"Ji, aman".

Dia membawa ku keluar dari halaman itu. Tak gegabah namun sesegera mungkin. Tapi... Belum sampai di pagar rumput, kami ketahuan. Pria baju putih menoleh dengan nafsu yang haus darah. Lalu ia berteriak sambil menunjuk ke arah kami. Mulutnya terbuka sangat lebar yang tak normal untuk ukuran manusia. Raut wajahnya berubah drastis. Bentuk asli mulai terlihat. Satu orang anak buahnya menghadang kami dari belakang. Pantas berasa ada kurang dari jumlah orang yang ada.

"Jadi yang satunya ngumpet yaa..."

Dua orang yang mengerikan. Mereka berdua berjalan membungkuk mendekati kami. Si anak buah menghadang dengan membawa sebilah pisau perak.

"Lawan siapa?" Ujar ku yang panik.

"Yang pasti bukan boss nya".

"Ada apa dengan mereka? Kenapa sikapnya aneh begitu?"

"Sudah sewajarnya".

"Kanan kiri..." tambahnya memberika  kode.

Saat ia mendekat untuk memancingnya ke sebelah kanan, lalu aku berlari lewat jalur kiri agar si aneh mengejar ku, sehingga dia bisa kabur pula di jalur kanan. Kami mengarah ke pintu keluar satu-satunya,, pagar rumput. Berlari ke titik saat aku datang. Melewati si baju putih yang nekat menerobos pagar rumput untuk memotong jalan.

"Mana Ji??? Tak ada Ji di manapun!!" Kami terus berlari ke arah pertama kali ketika para warga kabur menghindar dari para orang aneh itu.

Hanya beberapa deret rumah yang ku lihat dan sebuah sinar di ujung jalan ini. Sinar terang berwarna orange kemerahan.

"Pulanglah!!" Katanya.

"Leher ku..." merasa dingin saat angin melewati luka di leher bagian belakang.

"Mangkanya pulanglah!!" Sambil menunjuk ke arah sinar itu.

Tanpa dijelaskan pun aku sudah paham apa yang harus dilakukan setelah ini...

__Berlarilah hingga situasi berubah menjadi apa yang kau inginkan__

Saat sinar semakin terang. Langkah semakin dekat menuju jalan pulang. Tidak!! Inilah jalannya!! Ketika sinar seperti menelan ku, kondisi di kamar masih sama. Lalu aku membuka mata, memandang langit kamar dengan ekspresi yang tak suka. Bantal ku basah! Berapa air mata yang jatuh malam ini?? Mengelus leher dengan perlahan. Lalu duduk sejenak merenungkan apa yang terjadi barusan. Tatapan ku masih kosong. Syok bukan main melihat hidup di ujung tanduk. Seram saat kau tau hidup akan berakhir hari ini. Memang sebaiknya aku tidak tau. Apalagi jika kematian yang mengerikan seperti tadi. Golok berkarat ternyata lebih buruk dari sebilah pisau perak. Ah!! Tak ada bedanya!! Dua benda itu akan menimbulkan rasa yang sama. Mungkin sedikit perbedaan, yaitu lamanya waktu yang diperlukan.

***


#PM2
Hussttttttt!!
Kenangan itu nyata adanya.
Sampai sekarang rasa itu masih membekas. Merinding, geli, perih... Dan saat luka mulai dalam barulah sakit sangat terasa. Di sela aktivitas ku yg sekarang, terkadang aku mengelus-elus leher bagian belakang hanya untuk menghilangkan rasa yang meneror itu...

Dan maaf ya masih pendek babnya. Karna ngabisin lanjutan dari bab sebelumnya. Di bab selanjutnya akan lebih panjang dari biasanya.

Salam^^

PENUNGGU MALAM 2 (True Story)Where stories live. Discover now