Chapter 6

26.3K 3.3K 464
                                    

Setelah kejadian tiga hari yang lalu, gue sama kak Renjun bagai orang asing. Meja-meja kantin yang dulu susah untuk dapetin yang kosong, seakan mendukung menjauhnya kita karna sekarang gue sama Chenle mudah banget buat dapetin tempat tanpa harus semeja bareng kayak dulu.

Bahkan, tempatnya pun terbilang jauh karna gue dan Chenle yang selalu kedapatan duduk didepan sedangkan Jeno dengan teman-teman nya, duduk dibelakang paling pojok.

Gue selalu duduk dengan posisi yang sengaja membelakangi mereka alias menghadap ke depan, sementara Chenle yang menghadap kebelakang karna ia ada didepan gue.

Gue dan Chenle asik menikmati makanan masing-masing. Chenle dengan baksonya, dan gue yang seperti biasa dengan nasi goreng gue. Awalnya gue ragu untuk memakan nasi goreng, setelah saat itu kejadian 'itu' menghantui gue.

Tapi masa bodoh dengan 'itu' gue lebih mengutamakan kesenangan gue, yaitu hanya dengan memakan nasi goreng.

"Eh, lo tau gak?" Chenle tiba-tiba buka suara membuat gue mendongak sekedar untuk menatapnya.

Chenle ngelihat gue serius, lalu menggeleng karna terlihat jelas dia ragu-ragu.

Gue berdecak kesal gak bisa kalau denger orang mau cerita tapi gak jadi. Gue itu cepet curiga dan cepet tersinggung. Kalau mau cerita ya cerita, kalau enggak ya dari awal jangan niat cerita.

"Apaan, elah."

Chenle berdehem sebentar, "lo..udah gak gamon, kan?" Tanyanya.

Gue menghela napas. Gue yakin, pertanyaan ini pasti gak jauh dari seputar kak Renjun. Karna kepo, gue akhirnya ngangguk walaupun sebenarnya gak yakin sendiri.

Chenle memicingkan matanya curiga ke gue, tapi gue berusaha untuk sebiasa mungkin biar Chenle cerita tanpa beban takut menyinggung perasaan gue.

"Akhir-akhir ini, gue lihat si Renjun jalan berdua sama anak kelas sebelah." Ucap Chenle mulai bercerita.

Gue yang sebenarnya gak percaya gosip, apalagi gosip menyangkut kak Renjun tapi kali ini gue percaya. Karna orang yang cerita itu adalah Chenle. Bukan karna Chenle itu sahabat gue, terus gue percaya, tapi karna berita yang bersumber dari mulut Chenle adalah sembilan puluh sembilan persen benar dan satu persen nya lagi tergantung kita percaya atau enggak.

Gue menelan ludah gue perlahan. Mencoba untuk gali informasi dari Chenle lebih dalam. "Sama siapa?"

Chenle berpikir sebentar, lalu matanya menangkap seseorang yang baru saja masuk dari kantin. Tidak lepas dari radar gue, gue mengikuti arah pandang Chenle yang merujuk pada satu orang. "Ningning?" Tanya gue.

Chenle diam masih melihat kearah Ningning, begitu pula dengan gue. Kita masih melihat kearah gadis itu, yang dengan pasti melangkahkan kakinya menuju kebelakang.

Seketika gue mulai berpikir yang tidak tidak. Chenle didepan gue udah manggilin gue berkali-kali, yang gue yakini sahabat gue itu mencoba agar gue tidak melihat Kemana tujuan Ningning pergi dengan wajah berseri itu.

Tak mengindahkan panggilan Chenle yang bahkan menarik tangan gue untuk lihat kearah nya segera, gue melihat Ningning duduk disebelah kak Renjun dan disambut hangat oleh teman-teman nya.

Siapa yang tidak mengenal Ningning? Anak kelas sebelah yang memang dasarnya cantik terus lemah lembut. Dari dulu sering dijodoh-jodohkan dengan kak Renjun, padahal dulu kak Renjun statusnya adalah pacar gue. Gue tau, kak Renjun sempat tertarik sama Ningning karna Ningning adalah tipikal cewek ideal nya kak Renjun.

Tanpa sadar gue mengeraskan rahang gue. Gue udah gak tahan. Gue sedikit berharap, kalau kak Renjun itu hanya menganggap Ningning sebagai adeknya sama kayak dia nganggep gue adeknya.

Mantan | Renjun✔️ [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now