Cari Angin Yuk !

2.3K 119 1
                                    

Voment
I hope you like this chap.

Jam sudah menunjukkan pukul
11:30 pm , sebagian besar orang pasti sudah larut dalam mimpi mereka masing masing.

Namun berbeda dengan Steven.Dia sama sekali tidak bisa tertidur lantaran dalam kepalanya selalu ada wajah Hafi.

Berbagai cara telah dia lakukan ,mulai dari cara  1 sampai dengan cara ke sekian, namun hasilnya nihil semua ( alias gagal).

" Duh kampret banget nih ! gua ngak bisa tidur gara gara kebayang bayang wajah dia mulu" keluh Steven yang berusaha mencari posisi tidur yang nyaman.

" Aduh kenapa wajahnya tambah membayang seperti ini... kan gua ngak konsen tidur " Steven pun duduk.

" Apa gua memang benar benar udah cinta mati sama dia ?" Steven menerawang jauh membayangkan alangkah senangnya bisa memiliki Hafi tanpa ada yang mengganggu dan hanyalah kebahagiaan yang mengisi.

Namun lamunannya malah terusik dengan kehadiran Loren yang datang marah marah dikala momen indahnya bersama Hafi.

Karena merasa tidak enak, akhirnya dia berhenti melamunkan hal yang agak mustahil menurutnya.

" Ahh, ngapain deh Loren masuk ngak diundang dalam lamunan gua yang indah Huh " Steven menghela napas panjang.

" Hafi lagi apa ya sekarang ? apa dia udah tidur atau masih di suruh kerja sama tiga orang iblis" pikir Steven.

"Gua kangen sama dia, padahal di sekolah ketemu terus " Steven tersenyum manis.

Akhirnya timbullah inisiatif Steven untuk mengunjungi Hafi.

" Daripada kangen mulu mending gua samperin aja dia " Steven pun mengambil jaketnya lalu pergi dengan mengendap endap.

•••
Steven sudah tidak sabar lagi, mobilnya yang melaju kencang itu telah masuk ke kompleks melati.

Beberapa menit kemudian ia sampai di sana, namun ada kesedihan sebab semua pintu di kunci dan ada satpam yang menjaga.

Dia kemudian memanjat pagar yang sangat tinggi itu demi bersua dengan Hafi.

" Ah berhasil juga " ucap Steven sambil menepuk nepukkan telapak tangannya.

Steven berjalan menyusuri pekarangan rumah yang sangat besar itu, dia juga celengak celengok memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya.

" Luas juga ni pekarangan ya, gua aja bingung letak pagarnya tadi ada dimana " Steven berbicara sendiri dan meneruskan langkah kakinya yang mengendap endap.

Namun lama kelamaan dia juga kebingungan karena tidak tahu letak kamar Hafi.

"Duh kamar Hafi dimana ya ? gua kok bingung gini mmmmm" Steven berpikir keras karena kebingungan.

" Biasanya kalo kamar pembantu itu letaknya dilantai paling bawah dan pasti dekat dapur"
akhirnya instink Steven berfungsi.

Steven memantapkan kakinya menuju ruangan belakang dan ia melihat ruangan seperti kamar disana.

" Ah itu pasti kamarnya Hafi, semoga gua ngak salah " ia pun mendekati jendela kamar tersebut perlahan tapi pasti.

Tok tok tok
Terdengar suara ketukan jendela pada kamar Hafi yang sedang tertidur pulas karena terlalu lelah.

" Hafi.... Hafi.... Hafi... !" teriak Steven agak berbisik.

Karena panggilan halus dan ketukan dari Steven , Hafi kemudian menggeliat dan membuka matanya.

"Suara apa itu  jam jam segini ?" Hafi benar benar terkejut dan langsung menghadap ke jam didingnya yang menunjukkan pukul 12:00 malam.

Lama kelamaan suaranya semakin keras.Hafi yang awalnya hanya sekedar kaget  dibuat jadi takut.

" Aduhh itu apa ya , aku kan jadi takut apa jangan jangan itu hhaan..." Hafi terus berjalan mantap tapi penuh keraguan kearah jendelanya.

Kakinya sudah menggigil gara gara ketakutan yang berlebih, seluruh bulu kuduknya berdiri serentak karena hembusan angin malam yang masuk ke fentilasi dan menambah nuansa horor yang teramat sangat.

Hafi menegak air liurnya secara perlahan , tangannya terasa begitu berat ketika hendak membuka gorden dan jendelanya.

" Uhh ..... aku takut banget nih.. suara ketukannya semakin keras lagi " gumam Hafi sambil menggigit jarinya.

Tanpa harus basa basi dan memperpanjang waktu akhirnya Hafi memutuskan untuk membuka gorden dengan satu kali hentakan .

Dia terkejut bukan main dan hampir pingsan melihat Steven yang berdiri seperti hantu ditengah malam yang sunyi.

"HAFI !" panggil Steven.

" Haaaaa hantu.. " Teriak Hafi yang untung tidak dapat didengar trio iblis karena kamar Hafi kedap suara.

" Ehh Hafi , gua ini Steven bukan hantu " Ucap Steven meyakinkan.

" Kamu pasti boong kan , hantu mana ada yang jujur" Hafi menggeleng tidak percaya.

" Hafi tolong percaya ! gua ini beneran Steven " dia berusaha meyakinkan Hafi.

" Boong kamu hantu " Hafi cemberut.

" Beneran ! gua ini Steven coba aja buka jendelanya " perintah Steven dan hanya dibalasi wajah cemberut dari Hafi.

" Hafi gua bukan hantu please bukain jendelanya dong " Steven memelas dengan puppy eyes nya.

Merasa iba dan mulai percaya akhirnya Hafi berubah pikiran. Secara perlahan dan was was pintu jendela dibukanya.

Ketika jendela terbuka, Steven benar benar terkejut akan kecantikan Hafi yang alami dan tidak memakai penyamaran kala itu.

" Dia cantik banget " longo Steven.

" Eh Steve .... Steve.... Steve.... " Hafi menepuk nepuk bahu Hafi.

Tepukan lembut yang dilancarkan Hafi akhirnya membuat Steven keluar dari khayalannya.

" Ehh iya ! iya " kata Steven.

" Kamu kenapa ngelamun seperti itu ? apa lagi ngak kesurupan kan " gurau Hafi.

" Ya enggak lah ! masak gua kesurupan " Steven menyombongkan diri.

" Ngapain kamu malam malam kesini dan kenapa kamu bisa masuk ke rumah ini ?" tanya Hafi.

Karena pertanyaan Hafi yang terlalu sulit untuk diajawab akhirnya Steven memutuskan untuk berbohong.

" Oh gua mau cari angin dan tadi gua panjet tuh pagar " Steven tersenyum.

" Kalo cari angin kok sampe kesini dan nekat banget panjat pagar ?" Hafi tidak percaya dengan alasan bodoh Steven.

" Karena gua mau cari angin sama lo " Steven menarik Hafi dari jendela.

" Aduh Steve, kamu apa apaan si malam malam gini cari angin ? ngajak ngajak aku lagi " omel Hafi.

" Ya gua ngak bisa tidur dan sekarang gua cuma mau cari angin sama lo " Steven menarik tangan Hafi untuk pergi.

" Ehh Steve aku ngak mau.. ini udah malem banget... lepasin dong " Hafi berusaha melepaskan tangan Steven.

" Pokoknya lo harus pergi sama gua titik " Steven mempererat pegangan tangannya terhadap Hafi.

Mau tidak mau Hafi harus menuruti permintaan Steven yang sangat keras kepala.

Mmm kira kira mereka mau kemana ya ?
penasaran ?
Yuk baca lanjutannya

Writernim: Arifa

TBC

CAUSE I'M A NERD ! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang