Pesan; 1

13 4 1
                                    

"Kenyataan sebenarnya adalah kenyataan yang fana."

~EL~

~*~

Seorang pria berjalan begitu tergesa-gesa, memasuki sebuah gang kecil yang berada di antara dua gedung sambil sesekali menoleh ke belakang. Aku yang berada di seberang jalan begitu penasaran melihatnya, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti pria itu dari belakang secara diam-diam.

Pada awalnya tidak ada hal aneh yang terjadi tetapi semua berubah ketika pria itu mengeluarkan telpon gengamnya lalu melemparnya ke sudut gang tempat dia berjalan sembari berkata. "Bangsat! Aku tak percaya dengan yang kau katakan. Jika memang semua itu benar? Maka lakukanlah!"

Aku yang saat itu sedang bersembunyi dan mengintipnya dari balik kotak sampah berwarna hijau, begitu terkejut. "Ada apa dengan orang ini?" umpatku saat itu.

Setelah membanting telpon genggannya, pria itu kembali melanjutkan perjalananya dan aku secara perlahan mengikutinya kembali. Perhatianku terhenti, sesaat pria itu berada di ujung gang sembari memandangi sesuatu yang ada di seberang gang. Toko Roti, sepertinya pria itu tengah memandangi bangunan yang tengah ramai pembelinya itu.

Setelah berhenti beberapa detik. Pria itu pun kembali melangkahkan kakinya yang dibalut sepatu kulit berwarna hitam, menyeberangi sepinya jalanan menuju sebuah toko roti yang tengah ramai itu. "Ayah aku pulang," ucapnya samar-samar terdengar ditelingaku.

Aku tersenyum haru melihatnya, "Kukira pria itu ingin berbuat jahat, ternyata dia hanya ingin bertemu ayahnya."

Tin tiiiiiiiiin

Suara klakson dari sebuah Truck yang melaju begitu kencang, memecah suasana hening di jalan yang tengah di seberangi pria itu. Sopir Truk itu terus membunyikan klaksonnya tetapi pria itu tetap tidak menghiraukannya. Pria itu terus berjalan dengan pelan menuju toko roti itu, tanpa memperdulikan bunyi klakson dan suara teriakan orang-orang yang berada di toko roti yang menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat atau setidaknya memyingkir dari tempat itu.

Tabrakanpun tak bisa dihindari, pria itu terpental sejauh 20 meter dari tempat kejadian. Wajah orientalnya kini sudah tidalk berbentuk lagi, akibat menghantam aspal jalan, kaki yang tadi berjalan dengan gagah kini telah berpisah dengan badannya, serta tangan yang tadi menghadap ke depan kini telah berubah posisinya. "Sungguh malang nasib pria itu," pikirku sembari membalikkan badan dan pergi menuju gang yang tadi dia lewati.

Melihat kejadian tabarakan yang mengerikan itu. Para pembeli roti berteriak begitu histeris, berlari ketakutan, dan ada yang berusahan menangkap sopir Truck itu yang hendak melarikan diri. Namun berbeda dengan diriku yang hanya bersikap biasa saja, entah kenapa aku bisa bersikap seperti ini, tetapi yang pasti takdir adalah kehendak sang Tuhan.

~*~

Cekling

Sebuah suara aneh memecah keheningan lorong yang sedang aku lewati. Rupanya suara itu berasal dari telpon genggam yang dilempar pria tadi. "Kukira kau sudah rusak?" ucapku sembari mengambil telpon gengam yang terlihat sangat ketinggalam zaman.

"Wah pria ini punya selera yang buruk. Wajah boleh tampan tapi telpon sangat kuno sekali," lirihku sembari memencet tombol pada telpon genggamnya.

1 Message

Kata itulah yang tertulis dilayar telpon genggamnya. Dengan lancangnya aku memencet tombol untuk membuka pesan lalu munculah sebuah pesan yang bertuliskan:

Untuk : Alzein.

Bagaimana Alzein apa kau sudah melihat kematian pria itu? Menabjubkan bukan? Oh ya ngomong-ngomong namaku EL dan pria yang mati tadi adalah Robert anak pemilik toko roti.

Dari : EL.

"Oh Tuhan, apa-apaan ini? Darimana dia tau namaku dan juga siapa orang ini kenapa dia bisa tahu kejadian yang barusan terjadi? Apa dia ada di tempat tadi?" pikirku dengan wajah begitu terkejut.

Setelah membaca pesan itu segera aku menuju kembali ke jalan tempat terjadinya peristiwa tadi, untuk menanyakan apakah benar yang tertabrak tadi bernama Robert dan jika beruntung aku ingin bertemu dengan pengirim pesan ini.

Sesampainya di ujung gang aku tak melihat adanya garis polisi atau setidaknya polisi yang sedang menyelidiki kasus kecelakan tadi, tetapi yang kulihat hanya sebuah toko roti yang sepi. Dengan perlahan aku menyebrang jalan menuju toko roti itu.

Kring...

Bunyi sebuah lonceng kecil yang terpasang di ujung pintu sebagai tanda jika ada pembeli yang masuk. "Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya seorang pelayan toko roti.

"Emm saya ingin bertanya, apakah di sini ada yang bernama Robert?"

"Maksud anda tuan Robert anak pemilik toko ini?"

"Iya be-tul," jawabku gugup.

"Tuan Robert sudah meninggal dua tahun yang lalu! Karena kecelakaan teragis di depan toko kami," jawabnya dengan wajah muram.

"Apa Dua tahun yang lalu? Yang benar saja, bahkan kejadiannya belum sampai satu jam!?" pikirku begitu heran. "Oo, sudah meninggal yah?. Kalau gitu maaf mbak saya tidak tahu," kataku dengan perasaan yang campur aduk.

"Boleh saya tahu anda siapanya tuan Robert?" tanyanya sambil.menatap wajahku.

"A-ku teman SMA-nya dulu," jawabku dengan penuh kebohongan. "Bahkan aku saja tidak mengenalnya."

Setelah mendengar jawabanku, tiba-tiba saja dia terdiam sejenak dengan tatapan kosong. "Pergilah!" ucapnya sembari menunjuk pintu keluar toko roti.

"Apa! Pergi?"

"Ya! Cepat pergilah dari toko rotiku!!!" bentaknya kepadaku.

"Dasar wanita aneh," gerutuku sembari melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

Kring...

Bunyi pintu keluar yang kutarik secara perlahan, menambah kesuram hari ini yang diikuti langkah kakiku. Aneh, bukan hanya wanita tadi yang aneh, tetapi pemandangan yang kini kulihat lebih aneh lagi. Jalanan yang semulanya kosong kini kembali terlihat ramai akibat kecelakaan yang kulihat beberapa menit yang lalu.

"Nak, apakah kau melihat kecelakaan barusan?" tanya seorang wartawan sambil meyodorkan mic dan temannya yang sedang merekam dengan sebuah kamera. "Tidak! Aku tidak melihat kejadiaannya. Mungkin saja, pada saat kejadiaan itu... aku tengah memelih roti di dalam," jawabku begitu meyakinkan. "Kejadian aneh macam apa lagi ini?"

Cekling

Di tengah suasana yang begitu ramai, tiba-tiba saja bunyi pesan masuk kembali terdengar dari telpon genggam yang entah kapan sudah aku pegang.

Untuk : Alzein.

Sudah dua tahun? Padahal belum sampai satu jam kau menyaksikan kecelakan tadi! Tetapi kalau memanng sudah dua tahun, kenapa kau menyaksikannya lagi? Apa kau tak bosan!?

Dari : EL.

Aku hanya tersenyum kecut sembari meremas telpon genggan ini. Sungguh menjengkelkan, siapa sebenarnya dia? dan apa yang sebenarnya terjadi?

*****

Maaf kalau prolognya belum bisa disebut prolog, hihihi srmoga suka yah.

Salam hangat

Salam penuh misteri

Salam Endless_Dystopia

Jangan lupa absen jari!

The MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang