10_Wanita Untuk Laki-laki

2.2K 329 55
                                    

"Batukmu udah parah itu, ke dokter gih."

Rio hanya pasrah mengangguk di sela-sela batuk yang menyiksanya. Musim hujan belum pula datang, tapi kenapa tubuhnya meriang? Apa karena terlalu sering lembur dan hang out dengan teman kerja membuat laki-laki jangkung itu terserang batuk?

Mama sudah mengomel berkali-kali, kemungkinan besar karena kebiasaan hidup yang tidak sehat. Rio dulu pecandu rokok berat, meski sempat intensitas merokoknya berkurang, namun akhir-akhir ini karena ia berkumpul dengan para perokok aktif, akhirnya kebiasaan lamanya kambuh lagi. Padahal dahulu ketika berkumpul dengan Punakawan –yang hampir kesemuanya tidak merokok, Rio sering mengganti puntung rokok dengan permen. Faraz dan Ardan yang paling perhatian menyoal kebiasaan merokok Rio. Tapi karena mereka telah terpisah dan jarang bertemu muka, alhasil kini Rio lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman kantor yang rata-rata ahli hisap.

"Yo, kamu dengerin Mama gak sih?"

"Uhuk!" Rio menghela nafas panjang setelah batuk yang tak kunjung usai. "Iya, Ma."

"Apa perlu Mama ke Surabaya?"

"Gak usah, aku bisa ke dokter sendiri." Kebiasaan Mama kalau tahu anak Sulungnya sakit ya seperti itu. Ditambah, Rio sepertinya lebih betah tinggal di kota tempat ia kuliah dibandingkan kembali ke Jakarta.

"Nanti kabari Mama kalau udah dari dokter ya, Yo. Kalau perlu dokter spesialis."

"Ngapain ke dokter spesialis? Klinik umum aja."

"Mama takut paru-parumu bermasalah."

"Tenang, uhuk!" Sepertinya dahak Rio ingin dikeluarkan. "Aku tutup, Ma."

"Iya, pokoknya harus ke dokter!"

"Iya, Mama. Udah ya, mau ke dokter ini."

"Ya udah ati-ati. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Rio menutup sambungan. Matanya mulai memerah karena efek dada yang mulai sesak. Mengumpat kecil atas kebiasaan buruknya yang merugikan, ia berjalan menuju tempat parkir. Semoga batuknya bisa dikendalikan saat menyetir.

..

"Mbak Ayaaa!" Drupadi berhambur ke dalam dekapan Kanaya saat perempuan yang lebih tua itu menyambut dengan tangan terbuka kedatangannya di acara persiapan pengajian menjelang pernikahan.

"Jangan lari, inget lagi isi." Kanaya berdecak kecil.

Drupadi tersenyum senang, dipeluknya erat Kanaya yang sebentar lagi akan melepas status lajang. Sebelum bulan puasa menyapa, Bimo akan mempersunting Kanaya, katanya biar kalau puasa sudah ada yang mendampingi jadi tidak bingung mau cari makan di mana.

Sebenarnya itu alasan konyolnya Bimo saja, toh pernikahan ini memang telah direncanakan jauh hari setelah lamaran. Menurut dua pihak keluarga, tidak baik menunda terlalu lama. Lagipula Kanaya dan Bimo sudah kenal sejak lama, bertahun lalu. Bahkan jajaran para mantan saja sudah naik pelaminan, masak iya Bimo harus gigit jari? Kanaya itu modelnya harus segera diikat supaya tidak lepas lagi. Jangan sampai nanti nasib Bimo seperti Abiyasa yang berakhir menikah dengan perempuan lagi.

Bimo sudah cinta sekali sama Kanaya. Bukan hanya cantik, Bimo itu mendambakan istri yang pintar memasak, Kanaya menduduki list paling atas dari beberapa perempuan yang pernah ingin Bimo jadikan istri.

"Uhui yang puasa nanti gak sendiri lagi." Drupadi mulai menggoda.

"Jadi juru masak sesungguhnya ya, Dru?"

"Ih enggak, Mbak. Kalau masakin suami kan berpahala, lagian Pak Bimo ini yang dijadiin suami. Mbak Aya ntar awet muda."

"Kok bisa?"

Mijil [Macapat Series]Where stories live. Discover now