17_Putri Kecil

1.9K 342 179
                                    

Hai saya kembali! Cek ombak dulu, apakah menuju part akhir masih ada yang tertarik baca dan meninggalkan komen. Yang bertanya siapa Gema dan Syifa, silakan baca di book Asmarandana dan part awal book Mijil.

((Play Mulmed))

..

Sembilan belas Januari 2019, Drupadi yang kini terbiasa dipanggil Bu Ardan tampak sumringah. Dua tangannya memegang erat bayi perempuan yang baru saja menginjak tiga puluh lima hari terlahir di dunia ini. Pipinya bulat kemerahan, namun warna bibirnya lebih gelap lagi. Jemari mungil dimainkan oleh Drupadi. Sesekali istrinya Ardan itu menunduk sembari mengecupi pipi si kecil yang sehalus marshmalow.

"Acaranya udah mau mulai, Dek." Ayana menghampiri Drupadi yang tersenyum lalu mengangguk.

"Mas Ardan mana?"

"Udah di depan." Ayana menyingkirkan mainan Haikal yang berserakan di dalam kamar Drupadi. "Tidur?" Ayana mengelus kaki mungil yang terbungkus kaos kaki.

"Hem, pules banget tadi habis mimik."

Ayana mengecup pelan pipi si kecil, menghirup bau bayi yang menenangkan. "Kata Papa mirip banget sama kamu pas bayi."

Drupadi tertawa kecil, sembari berjalan bersama Ayana, ia mengecup berkali-kali jemari halus bayi mungil yang diberi nama Zahwa tersebut. Di bawah sana telah menunggu berpuluh anak panti asuhan dan ibu-ibu pengajian serta saudara dekat untuk melakukan doa dan shawalatan.

Ardan sudah duduk bersama Narendra dan Haikal. Keluarga Ananta dan Bimo juga terlihat di antara jejeran para saudara. Abah dan Umi Wildan tampak senang melihat Drupadi turun menggendong Zahwa serta diikuti Ayana di belakang. Haikal, sulungnya Narendra sibuk dengan ponsel mainan, terlihat anteng berada di dalam pangkuan kaki Ardan yang bersila. Biasanya seperti itu, kalau ada Ardan, bocah laki-laki itu melupakan Abinya.

"Sini, Dek." Narendra menepuk ruang di sampingnya. Ardan, Drupadi, Narendra, Ayana dan Pak Surya duduk berjejer.

"Ati-ati gamisnya." Ardan membetulkan gamis Drupadi sehingga istrinya itu bisa duduk dengan nyaman bersama bayi Zahwa yang berada di dalam gendongan.

"Bisa kita mulai sekarang?" Pembawa acara bertanya pada Narendra.

"Silahkan, Pak."

Acara selapanan Zahwa sekaligus aqiqah dimulai. Rio datang sendiri karena Adinda harus bedrest, kandungannya sedikit rewel. Rio takut kalau ada apa-apa dengan istrinya tersebut, maka dari itu ia minta ijin pada Narendra untuk datang sendiri.

Sementara itu Faraz dan Kamila tidak bisa hadir karena acara di Medan. Pengantin yang usia pernikahannya selisih lima bulan dari Rio itu memang tidak tinggal di Surabaya lagi, pun tidak tinggal di Medan. Karena Faraz harus mengurus perkebunannya sendiri di Bukittingi, ia memutuskan untuk segera meminang Kamila kala itu dan ijin untuk membawa istrinya tinggal mandiri di Bukittingi.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh..," MC memulai acara.

..

"Semoga Az Zahwa Putri Narendra menjadi anak yang pintar, salehah, berbakti pada orang tua, keluarga, nusa, bangsa dan agama. Amin." Doa Pak Surya untuk cucu kedua yang didapatkan dari Si Sulung.

Drupadi tidak lagi menggendong Zahwa, bayi mungil itu terlihat masih tidur di dalam dekapan Uminya. Salma dan Haikal sibuk bermain di teras karena dari tadi bosan duduk bersama para dewasa, sedangkan Kanaya memilih untuk duduk di sofa ruang tengah karena Aslam -putra sulungnya, sudah terlelap. Sedangkan Bimo masih berada di antara para tamu undangan dan anak panti asuhan untuk ikut membagikan nasi kotak bersama Ardan.

Mijil [Macapat Series]Where stories live. Discover now