[04] Never thought

16.5K 2.3K 217
                                    

•••••



















Author's POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author's POV

Pagi nan cerah menghiasi suasana di hari ini, matahari sudah memancarkan sinarnya. Tak luput juga membuat udara di pagi ini sangatlah sejuk untuk dihirup.

Kamu yang baru saja selesai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus pun segera turun ke lantai dasar.

Di sana kamu bertemu dengan seluruh anggota keluargamu.



"(y/n) udah siap? Cepet banget pagi-pagi gini."

"Iya, biasalah kerja kelompok dulu."

Ayahmu hanya mengangguk paham mendengar penjelasanmu.

Kamu pun duduk di salah satu kursi yang berhadapan langsung dengan kursi Kakakmu.

"Kak, jadi gak beliin aku album?" tanyamu kepada sang Kakak yang sedang sibuk mengunyah roti.

"Album apaan dih?"

"Pikun dasar." kamu pun mengambil roti yang sudah disiapkan itu dan mengunyahnya dengan tidak santai.

"Pelan-pelan dong Dek." tegur Ibumu.

"Ngeselin nih Ma, Kak Doyoung nya."


"Kenapa sih?" tanya Ayahmu.

"Itu Pa, katanya Kak Doyoung kalo semisal IP aku di semester kemaren melebihi 3.0 aku bakalan di beliin album. Tapi sampe sekarang belom." ucapmu seraya cemberut.

"Gak usah cemberut, gua gaplok nih." ancam Kakakmu, dan itu membuat nyalimu sedikit menciut.



"Doyoung, bahasanya dijaga kalo sama adek sendiri."


"Iya Ma."

"Kamu juga nih, Doy, kamu itu udah kerja. Gaji kamu juga cukup, masa gak mau beliin adeknya album?" tanya Ayahmu.



"Makan tuh omelan Papa! Hehehe." kamu membatin.


"I–iya Pa, tapi masalahnya ini dia nguras dompet aku banget."

Ketika Kakakmu berucap, kedua orang tuamu mengernyitkan dahi.

"Ya masa Pa, harga album yang mau dia beli itu satuannya kurang lebih harganya tiga puluh ribu won."

"Ya gapapa, Papa yakin kamu sanggup." jawab Ayahmu dengan santai sambil mengusap bahu Kakakmu, dan di saat itu juga kamu merasa dirimu menang di banding Kakakmu.


"Mending kalo dia minta satu atau dua, Pa."

"Ini dia minta beliin album NCT, semua unit Pa, unitnya aja ada tiga Pa. Belum lagi sama idola baru dia. Stray Kids itulah pokoknya, sepuluh juga lebih Pa dia minta beliin." ucap Kakakmu sembari berdecak sebal.

Tapi kamu hanya tersenyum dihadapan mereka semua, seakan bukan kamu yang salah.

"Ya kalo gitu juga kira-kira dong Dek." sekarang malah kamu yang ditegur Ayahmu.


"Jangan nyiksa Kakak kamu juga dong, sayang." kali ini Ibumu yang berbicara. Kamu masih tersenyum.


"Tuh denger! Kira-kira makanya, nguras duit orang sampe segitunya. Emang kamu pikir nyari duit itu—–

"MA, PA, KAK, AKU PAMIT YA MAU BERANGKAT DULU."

Kamu menyela omongan Kakakmu, kamu capek mendengar ocehannya. Jadi kamu memutuskan untuk berpamitan.

Tetapi sebelum itu, kamu mencium pipi mereka masing-masing. Tak terkecuali.

Kakakmu masih saja memandangimu dengan kesal. Tapi kamu tetap saja tak peduli, dan lebih memilih untuk keluar.


"Sana pergi! Gak usah balik lagi kamu!" teriak Kakakmu, kamu hanya cekikikan di depan pintu rumah.

Setelah memasang sepatumu, kamu pun membuka pagar.

Kamu melihat ke arah rumah yang berseberangan dengan rumahmu, rumah yang dua bulan lalu tak berpenghuni karena ingin dijual dan kini sudah terisi, oleh keluarga Watanabe tentunya.

Dua hari belakangan ini, keluarga Haruto tidak terlihat di rumah. Mungkin ingin berkunjung ke rumah kerabatnya.

Ketika kamu menutup kembali pagar rumahmu, kamu melihat ada seorang lelaki yang baru saja keluar dari pagar rumah tersebut.

Kamu heran, kenapa ia memakai seragam sekolah?





Ketika pandangan mata kalian bertemu—–





"Loh? Haruto? Lu masih SMA?" tanyamu yang masih menampilkan keterkejutanmu.






"Lah, emang iya. Kamu sendiri kok cuma bawa tas jinjing? Seragam sekolah kamu juga mana?" tanyanya heran.




"Wah, kocak nih anak." desismu pelan.




"Kelas berapa lu?" tanyamu.




"Aku nanya loh, (y/n)." ucap Haruto kembali.





"Aih! Jangan nanya kenapa gua gak pake seragam, karena gua bukan bocah SMA."






"Loh? Terus? Masih SMP kamu?"




"Wah, makin ngaco." batinmu.






"Lu kelas berapa? Jawab gua." tanyamu lagi.






"Kelas sebelas." ucapnya dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.

"Lucu sekali Haruto ini, shh, greget gua." kamu pun tersenyum kesal.

"Terus lu ngira gua ini anak SMA sama kayak lu atau anak SMP, gitu?" ucapmu sarkas.

"Ya emangnya apalagi?" tanyanya.




"Lu bercanda ya, Haruto?" tanyamu, dan ia hanya dapat mengerutkan dahinya.




"Gua udah kuliah, bahkan sekarang masuk semester tiga."















"Oohh..." mendengar penjelasanmu, ia pun mengangguk paham, namun beberapa detik kemudian—
































"H–HAH?!"
















"H–HAH?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mommy × Daddy - Watanabe Haruto (Treasure) ✔️Where stories live. Discover now