•••●•••
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pengrajin jerami yang memiliki seorang putri yang cantik jelita. Sepanjang hidupnya, mereka hidup dalam kemiskinan. Suatu hari, ayahnya pergi menemui sang Raja, dan agar membuat dirinya terlihat penting di mata sang Raja, dia berkata, “Yang Mulia, saya memiliki seorang putri yang dapat memintal jerami menjadi emas.”Dengan tenang sang Raja menjawab, “Sungguh keterampilan yang memukau. Jika memang putrimu sehebat yang kau katakan, maka bawalah besok dia ke istana, dan akan kuuji sendiri kemampuannya.”
Keesokan harinya, putrinya datang ke istana dan segera dibawa oleh sang Raja menuju ruangan yang penuh dengan jerami. Kemudian dia diberikan alat pemintal. “Mulailah bekerja, jika sampai besok pagi kau belum juga memintal jerami menjadi emas, maka kau harus mati.” Perintah sang Raja. Mendengar hal itu, tubuhnya menjadi lemas, dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tidak tahu bagaimana cara memintal jerami menjadi emas. Dia pun semakin putus asa, dan akhirnya mulai menangisi nasibnya.
Namun tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dan dari sana datanglah seseorang yang bertubuh kerdil. Dia berkata, “Selamat malam, Nona Pemintal Jerami, kenapa Anda menangis?”
“Malangnya nasibku!” sahutnya, “Aku harus memintal jerami menjadi emas, sementara aku tidak mengetahui bagaimana caranya.”
“Apa yang dapat kau persembahkan padaku jika aku berhasil melakukannya?” Tanya manusia kerdil tersebut.
“Akan kuberikan kalungku padamu.” Jawabnya.
Manusia kerdil itu lalu mengambil kalungnya dan mulai memintal jerami satu per satu. Ajaibnya, setiap kali dia memutar alat pemintal, jeraminya berubah menjadi emas. Diulangnya proses tersebut sepanjang malam sampai seluruh ruangan yang semula dipenuhi jerami, kini penuh dengan emas. Saat fajar menyingsing, sang Raja tiba di sana, dan ketika dilihatnya tumpukan emas yang berserakan, hatinya sungguh gembira. Alih-alih puas dengan semua itu, sang Raja menjadi semakin serakah. Dibawanya gadis pemintal jerami ke ruangan lain yang kali ini terisi lebih banyak jerami. Lalu dia menyuruhnya memintal seluruh jerami di sana menjadi emas dalam satu malam jika dia masih menyayangi nyawanya. Gadis itupun kembali merasa tak berdaya dan menangis. Ketika pintu terbuka, si manusia kerdil muncul lagi dan bertanya, “Apa yang akan kau persembahkan padaku jika aku memintal semua jerami tersebut menjadi emas?”
“Cincin di jariku.” Jawabnya.
Manusia kerdil itu mengambil cincinnya, lalu mulai memintal semua jerami di sana. Keesokan paginya, seluruh ruangan dipenuhi oleh emas yang berkilauan.
Melihat pemandangan indah tersebut, hati raja senang bukan kepalang. Namun tetap saja dia merasa kurang, dan membawa gadis itu ke ruangan yang lebih besar, dan memerintahnya, “Pintal semua jerami di sini dalam waktu satu malam. Kali ini, jika kau berhasil melakukannya, akan kujadikan kau istriku.” “Walaupun dia hanyalah seorang putri pemintal jerami,” batin sang Raja, “aku tidak akan pernah menemukan istri yang lebih kaya darinya di dunia ini.”
Ketika dia sendirian, manusia kerdil datang kembali untuk yang ketiga kalinya, dan bertanya, “Apa yang akan kau berikan padaku jika aku memintal semua jerami ini untukmu?”
“Tidak ada lagi yang dapat kuberikan padamu,” sahut gadis itu.
“Kalau begitu berjanjilah, jika kau menjadi ratu, maka berikan anak pertamamu padaku.”
“Entah kapan hal itu akan terjadi, ‘kan?” pikirnya. Karena tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari kemalangan ini, diapun menyetujuinya. Kemudian, manusia kerdil itu mulai memintal lagi.
Saat sang Raja datang pagi harinya dan melihat semua sesuai dengan keinginannya, diapun menikahi gadis pemintal jerami dan menjadikannya sang Ratu.
Setahun kemudian, mereka memiliki seorang anak, dan dia sudah lupa dengan janjinya pada sang kurcaci. Namun tiba-tiba dia datang ke kamarnya, dan berkata “Aku datang untuk menuntut janjimu.”
Sang Ratu terkejut dan takut setengah mati, dia lalu menawarkannya seluruh kekayaan di kerajaan jika dia bersedia tidak mengambil anaknya. Namun sang kurcaci berkata, “Tidak. Bagiku makhluk hidup lebih berharga dibanding seluruh kekayaan di dunia ini.”
Kemudian sang Ratu menangis tersedu-sedu, sehingga sang kurcaci mengasihaninya. “Akan kuberikan waktu tiga hari,” ujarnya, “jika sampai hari itu kau mengetahui namaku, maka aku tidak akan mengambil anakmu.”
Sepanjang malam sang Ratu pun memikirkan seluruh nama yang pernah didengarnya, dan dia mengirimkan seorang utusan untuk mencari tahu semua nama yang ada di seluruh pelosok negeri. Ketika sang kurcaci datang keesokan harinya, dia mulai menyebutkan daftar nama yang telah diperolehnya dimulai dari Caspar, Melchior, Balthazar. Namun setiap kali dia menyebutkan nama, sang kurcaci hanya berkata, “Itu bukan namaku.” Pada hari kedua, dia menanyakan nama-nama orang yang ada di sekitar kerajaannya, lalu disebutkannya nama-nama yang terdengar tidak lazim kepada sang kurcaci. “Apakah namamu Shortribs, atau Sheepshanks, atau Laceleg?” namun dia tetap menjawab, “Itu bukan namaku.”
Pada hari ketiga, utusannya datang kembali dan berkata, “Maaf yang Mulia, saya tidak berhasil menemukan nama yang baru, namun saat saya pergi ke gunung di ujung hutan, saya menemukan sebuah rumah mungil di sana. Di depan rumah tersebut, ada api unggun yang menyala. Di sekitarnya seorang manusia kerdil sedang melompat-lompat dengan satu kaki sembari berteriak—
“Hari ini aku berpesta, besok aku bergembira,
Aku akan mendapatkan anak sang Ratu.
Ha! Senang rasanya tidak ada yang tahu
Bahwa Rumpelstiltskin adalah namaku.”
Hati sang Ratu gembira tiada terkira saat dia mendengar namanya. Tidak lama kemudian, sang kurcaci datang dan bertanya, “Nah, Ratu, siapakah namaku?”
Mulanya dia berkata, “Apakah namamu Conrad?”
“Bukan.”
“Apakah namamu Harry?”
“Bukan.”
“Atau mungkin namamu adalah Rumpelstiltskin?”
“Pasti iblis yang telah mengatakannya padamu!” teriak sang kurcaci. Dengan marahnya dia menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai sehingga seluruh tubuhnya masuk ke dalam tanah. Sejak saat itu sang Ratu tidak pernah lagi bertemu dengannya.
•••●•••
