Dia, Si Tanpa Nama

513 82 131
                                    

Sosok itu terus berjalan dalam diam. Mengabaikan suara musik-musik dan keramaian pasar. Orang-orang tidak menghiraukannya, seolah-olah dia memang tiada.

Hati-hatilah dengan sosok berjubah merah.

Kalimat itu tampaknya sangat ampuh untuk membuat semua orang sepakat menganggap tidak pernah melihat dia. Dan sosok itu, sekiranya sudah mulai beradaptasi dengan aturan main yang bekerja.

Dia menyinggahi sebuah kedai, mengambil barang yang dia perlukan, meninggalkan uang, lantas pergi begitu saja, seolah-olah memang tidak pernah berhenti di tempat itu untuk membeli sesuatu.

Sosok itu, dia juga sepakat menganggap orang-orang sungguhan tidak melihatnya.

Tidak ada yang tahu siapa namanya. Orang-orang hanya menyebut dia si jubah merah. Bukan tanpa alasan, melainkan karena sosok itu memang selalu terlihat dengan mengenakan jubah merah.

Tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya. Orang-orang hanya melihat siluet dagu karena tudungnya benar-benar besar menutupi kepala. Konon, rupanya sangat mengerikan, sampai-sampai membekaskan trauma. Konon yang lain, parasnya terlalu rupawan untuk memikat orang lain agar masuk ke dalam jebakannya.

Tidak ada yang tahu bagaimana suaranya. Orang-orang tidak pernah mengajaknya berbicara, dan dia juga melakukan hal yang sama. Menurut kabar, suaranya akan menyebarkan hipnotis, dan yang mendengar akan berakhir menjadi budaknya selama-lamanya.

Tentang dia, tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dia sebenarnya.

Yang orang-orang tahu, dia adalah seorang anak yang lahir dari pasangan penyihir kejam. Pasangan penyihir itu mati belasan tahun silam, mati dalam air suci, membuat orang-orang semakin membenci setengah mati.

Bagaimana mungkin orang yang sudah membunuh ribuan kali, menyiksa, dan melakukan banyak percobaan sihir terlarang, mati dengan tenang di air suci, dan segala dosanya diampuni?

Mereka benci, sangat membenci. Tapi entah kenapa, kebencian itu mereka lampiaskan pada anaknya. Mungkin karena menurut mereka, anaknya memang pantas mendapat kebencian karena kelakuan orangtuanya?

Uskup Agung dari kerajaan juga sudah memberikan pengumuman, bahwa anak itu dikutuk Tuhan. Entah apa kesalahan anak itu, hingga Tuhan memberikan hukuman padanya. Mungkin Tuhan sayang, sehingga ingin melihat bagaimana dia menderita?

Sosok berjubah merah itu berjalan memasuki hutan, tenang menembus barisan pepohonan yang semakin rapat dan semakin rapat. Rumahnya ada jauh di dalam hutan, jauh dari keramaian, dan dilindungi dengan segel yang menyesatkan orang-orang, hingga tidak akan ada yang bisa mencapai kediamannya.

Segel itu bukan dia yang membangunnya. Tapi orangtuanya yang membuat itu, dan dia belum tahu bagaimana cara membatalkan mantranya.

Sosok itu membuka tudung ketika dia sudah memasuki area tersegel. Dia mendongak, sedikit menyipitkan mata ketika cahaya matahari jatuh tepat ke wajahnya. Mata hijau zamrudnya cemerlang, berbinar memantulkan cahaya matahari, meski tatapannya kosong dan kesepian.

Dia kemudian kembali berjalan, melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya yang besar, dan dipenuhi kekosongan.

———‡☆‡———

Oh gadis manis

Janganlah engkau menangis

Lihat apa yang Ibu bawa

Setangkai mawar berdarah dan tengkorak serigala

TALE OF THE CURSED WITCHWhere stories live. Discover now