Pt.9

2.1K 173 4
                                    

Jimin Side
-Apartment, after practice-

"Baru pulang, Park Jimin?"

Suara itu membuat Jimin membeku seketika, ia tidak berkutik sama sekali di depan pintu masuk apartemennya.

Jimin membalikkan badannya menghadap orang yang menyebut namanya tadi, "Mau apa kau di sini?" tanya Jimin disertai tatapan tajamnya.

Lawan bicaranya hanya tersenyum sinis melihat Jimin yang menatapnya tajam.

"Kutanya kau mau apa di sini bajingan?!" Jimin berteriak keras pada Ayahnya. Iya. Tuan Park.

"Wow, Park Jimin. Sejak kapan kau menjadi anak kurang ajar seperti ini, hm?" Tuan Park berjalan mendekati Jimin dan menepuk pelan pundak putranya itu.

Jimin dengan cepat menepis tangan Ayahnya, "Jangan sentuh aku, brengsek! Kau bukan Ayahku!" sentaknya.

Tuan Park menggelengkan kepalanya sembari terkekeh, "Aku kemari hanya ingin memberi tahu kabar baik untukmu, Jimin" ujar Tuan Park dengan suara setenang mungkin, berusaha tidak memancing emosinya sendiri.

"Cepat katakan dan pergi dari sini! Aku tidak mau menemui manusia kotor sepertimu!"

Perkataan Jimin barusan memang sudah mulai melewati batas, namun Tuan Park dengan tenang menjawab "Aku hanya ingin bilang bahwa Ibu bodohmu itu mati bunuh diri di kamarnya, overdosis obat" ujarnya.

Jimin yang mendengar pernyataan itu jelas tidak percaya, Ibunya tidak mungkin bunuh diri.

"PASTI KAU YANG MEMBUATNYA BUNUH DIRI! DASAR KEPARAT SIALAN!" Jimin tak bisa lagi menahan emosinya, ia tahu pasti Ayahnya lah dalang di balik semua ini.

Dengan gerakan cepat, Jimin menghajar wajah Tuan Park.

Jimin sama sekali tidak memberi Tuan Park sedikit waktu untuk bernafas.

Bugh!

"Ibuku tidak mungkin mati di tangan lelaki brengsek sepertimu!"

Bugh!

"Ini untuk membayar semua perlakuanmu selama ini padaku juga eomma"

Brakk

Jimin mendorong tubuh Tuan Park kasar, sehingga membentur tembok di sebelahnya.

Tuan Park dengan wajah lebamnya mulai berjalan limbung ke arah pintu apartemen Jimin dan segera keluar darisana, kalau tidak mungkin Tuan Park sudah berakhir di tangan anaknya sendiri.

Jimin sengaja membiarkan Tuan Park pergi, karena jika tidak mungkin saja emosinya akan terus membuatnya menghajar Ayahnya.

"Kenapa? Kenapa eomma meninggalkanku, eoh? Kenapa?" Jimin bergumam kecil disertai sebuah isakan yang semakin lama semakin terdengar menyakitkan.

Untuk pertama kalinya, Jimin menangis. Rasa sakit yang kini ia rasakan lebih sakit daripada seseorang yang sedang putus cinta.

Tanpa sadar, Jimin melangkahkan kakinya ke kamar tidurnya, lalu ia membuka laci meja belajar yang sebenarnya sengaja tidak ia buka selama beberapa bulan ini.

Karena laci itu merupakan tempat dimana ia menyimpan semua benda tajamnya.

[][][]

-School-

"Katakan saja"

"Aku ingin menggabungkan choreo yang aku buat dan choreo yang sunbae buat untuk penampilan kita nanti"

Pissed Off » pjmWhere stories live. Discover now