18:Ingatan yang Kembali

2K 166 5
                                    

Taman istana sore ini dipenuhi beberapa meja dan kursi yang ditata rapi karena akan ada perkumpulan terakhir yang bernuansa santai sebelum para tamu mulai meninggalkan istana.

Kali ini Ashera bisa mengikuti acara sampai akhir karena Yang Mulia Raja memberinya kebebasan bila ingin bergabung. Ia baru memasuki taman seorang diri, sengaja menolak undangan pria itu untuk pergi bersama karena masih kesal padanya yang telah menghukum Paman Osca.

Satu kursi didudukinya dan mengamati interaksi para tamu tamu yang hadir. Ia jadi merindukan Pangeran Kian, jika saja pria itu sedang tidak sibuk di kerajaannya, maka dia bisa menemaninya di sini seperti yang dilakukannya di masa lalu ketika mereka menghadiri suatu pesta. Ia bangun dan melangkah menuju meja-meja yang menyediakan berbagai hidangan.

"Guru, saya berhasil melakukannya karena Guru juga turut membantu saya."

Suara itu menarik perhatian Ashera dari kue-kue yang dipilihnya. Ia dengan perlahan mencari pemilik suara yang dikenalinya itu dan mendapati Yang Mulia Raja Edgar duduk di kursi bersama pria paruh baya dan gadis cantik yang baru-baru ini diketahuinya sebagai Putri Sofia, mereka berbincang dengan diselingi tawa.

"Yang Mulia selalu mencoba membuat pria paruh baya ini terlihat hebat." Pria yang berbicara itu tertawa dan menepuk bahu Edgar. "Bagaimana bila Yang Mulia segera melaksanakan pernikahan dengan putri saya agar saya dapat segera memiliki menantu yang baik. Bukankah kalian dulu pernah menemui pria tua ini dan mengatakan ingin menikah suatu hari nanti sehingga Putri Sofia tidak lagi tinggal bersama ibunya di bumi dan juga lebih memilih untuk melanjutkan pendidikannya di dunia ini hanya untuk bisa tetap di sisi Yang Mulia."

Pria paruh baya itu tersenyum menenangkan ketika melihat putrinya yang menunduk dan terlihat gelisah. "Hahaha, saya tidak mengetahui apa yang membuat kalian menundanya terlalu lama, cobalah membicarakannya berdua agar kalian bisa memahami perasaan masing-masing."

"Baik, Ayah. Saya dan Yang Mulia akan berbicara berdua setelah ini." Putri Sofia berujar dengan suara lembutnya.

Beberapa kue di atas meja yang di datangi Ashera menjadi tidak berbentuk karena gadis itu tanpa sadar memainkannya ketika dirinya fokus mendengarkan pembicaraan mereka. Kedua matanya yang tergenangi air menyorot kosong ke arah meja. Mengetahui bahwa Yang Mulia Raja akan menikahi gadis lain membuat hatinya begitu sakit. Ia mengusahakan menggerakan tubuhnya yang lemas untuk pergi dari sana.

***

"Lilo."

"Lilo."

"Lilo, kau di mana?" panggil Ashera sambil mengelilingi beberapa ruangan besar. Ia baru menyadari kucingnya tidak ada di kamarnya setelah diam-diam menangis di balik selimutnya, ternyata pintu kamarnya tidak tertutup dengan benar. Takut kucingnya berulah, ia dengan terpaksa bangun dari tempat tidur untuk mencarinya.

Tiba-tiba suara teriakan terdengar. Ashera bergegas mencari sumber suara yang berasal dari ruang di sebelahnya hingga ia menemukan kucingnya bersama sosok gadis yang kemarin berdansa dengan Yang Mulia Raja dan sosok pria yang merupakan pengawal gadis itu.

"Lilo!" histeris Ashera segera menghampiri kucingnya yang dibenturkan ke dinding oleh si pengawal.

"Kau melukai kucingku!" jerit Ashera marah pada pengawal berwajah datar itu setelah menggendong kucing yang terkulai lemah.

"Kucingmu telah melukai lengan Putri Sofia," balas pengawal itu dengan dingin.

"Aku minta maaf karena pengawalku telah melukai kucingmu." Putri Sofia merasa sangat bersalah dan terlihat khawatir. "Tadi aku hanya mencoba untuk mengusap bulunya, tetapi sepertinya dia merasa terusik sehingga mencakar lenganku."

Ashera ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora