Hari-hari mereka Lewati dengan canda dan tawa. Mereka seperti sepasang kekasih, Tapi ternyata bukan. Mereka hanya sebatas sahabat. "Than, gue gak ngerti pelajaran Bu Dian." Ucap Vanessa sembari menyerahkan buku catatannya kepada Ethan.
"Gampang. tapi agak ribet. kayaknya waktunya gak cukup buat gue jelasin, soalnya ini caranya panjang dan sebentar lagi bell" Jelas Ethan.
"Yah, gimana dong. gue sama sekali gak ngerti .. mana besok ulangan lagi. Lo tau kan gimana Bu Dian? satu materi selesai langsung ulangan harian"
"Pulang sekolah aja gimana? gue ajarin."
"Boleh tuh. Dimana?"
"Di rumah gue?"
"Beneran boleh?"
"Boleh lah. Gue yang nawarin lo kok. Dasar aneh"
"Kan gue cuma was-was kalau lo bercanda. Lo kan sering ngerjain gue .. Oke deh. Gue kabarin nyokap gue dulu kalau nanti gue pulang telat"
"Iye sana"
"Gue sekalian balik deh. Bentar lagi bell kan. Mau bareng?" Tawar Vanessa
"Ah, enggak. Gue nyusul aja nanti"
"Oke. Gue duluan ya. Nanti kita ketemu di gerbang sekolah"
Setelah Vanessa benar-benar pergi, Ethan bangkit dari kursi taman itu. Menatap punggu Vanessa yang makin menjauh. Ethan berdecak dan mengacak-acak rambutnya "Should I Tell Her?"
***
Ethan dan Vanessa turun dari bus. Rumah Ethan dan Vanessa tidak jauh. Rumah mereka termasuk kategori dekat, karna hanya beda beberapa komplek saja.
Rumah Ethan sangat luas. Banyak lukisan-lukisan yang terpajang. Vanessa yakin pasti lukisan itu berjuta-juta nilainya. Baru saja mereka masuk ke rumah Ethan, mereka sudah disambut ayah Ethan
"Ethan─Tumben kamu bawa temen kamu?" Ucap Ayah Ethan.
"Ah iya. Saya Vanessa om. Temennya Ethan" Ujar Vanessa memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Ayah Ethan
"Saya Darwin, Ayah Ethan. Ethan, bisa bicara sebentar?"
Vanessa menggangguk mengerti ketika Darwin memberi kode untuk meminjam Ethan sebentar. Samar-samar Vanessa bisa mendengar apa yang mereka sedang bicarakan. Ayah akan kembali ke Jerman malam ini.
Vanessa tidak tahu maksudnya tapi Vanessa rasa ini buruk bagi Ethan, karena ia bisa melihat raut wajah Ethan yang berubah. Setelahnya, Darwin berpamitan kepada mereka berdua dan meminta sopirnya untuk membawakan kedua tas dan kopernya.
"Maaf Vanessa. Tapi saya ada keperluan .. Kalian lanjutkan saja tugas kalian" Ucap Darwin
"Iya gak apa-apa kok om .." Jawab Vanessa
"Saya pergi dulu. Ethan, sampai ketemu satu minggu lagi" Darwin pun pergi keluar rumah dan masuk ke mobilnya yang di setir oleh sopir.
Vanessa tidak suka ekspresi wajah Ethan. Ekspresi yang tidak dapat dibaca, ia tidak menyukai itu. "Err .. Bokap lo muda banget ya" Entahlah. Vanessa hanya mencoba mencairkan suasana
"Ya, seperti apa yang lo liat" Ethan berbalik berjalan menuju pintu kaca yang menghubungkan ruangan keluarga ke kolam renang. Ethan duduk di pinggir kolam dengan kaki yang tercelup air kolam.
"Jadi .. mau cerita?" Tawar Vanessa
Ethan tampak ragu. Ragu kalau harus kan ia ceritakan pada Vanesaa? atau malah sebaliknya. "Bokap gue adalah seseorang yang terlalu mencintai pekerjaannya. Sampai-sampai nyokap gue memilih kabur ninggalin gue dan kakak gue. Sampai sekarang pun dia gak pernah muncul lagi, untuk sekedar nanyain giman keadaan gue dan kakak gue aja enggak"
"Kakak gue berubah jadi liar. Semuanya berubah waktu itu. Kakak gue, bokap gue. Bokap gue jadi lebih parah, tanpa ada sekecil niat pun untuk mencari nyokap gue dia milih untuk bolak-balik Indonesia-Jerman demi pekerjaannya. Gue masih belum ngerti tentang kenapa ibu gue pergi ..." Ethan menghela napas. Menatap Vanessa sebentar "Gue cuma mau dia nemuin gue. Sekali aja"
Vanessa tersenyum. Lega karena Ethan telah mempercayainya untuk menyimpan rahasianya. "Gue yakin.." Vanessa mengambil tangan Ethan dan menggenggamnya erat seolah-olah Vanessa sedang mentransfer semangatnya kepada Ethan "Gue yakin, kalau ibu lo bakal nemuin lo. Percaya sama gue .. Suatu saat nanti"
"Tapi, kapan?"
"Gak ada yang tau Than. Semuanya terjadi gitu aja secara tiba-tiba"
Tiba-tiba ide jahil Vanessa muncul. Di dorongnya Ethan masuk kedalam kolam. Vanessa tertawa lebar melihat ekspresi lucu bercampur kaget Ethan tadi. Tapi, ada yang aneh. Ethan tidak muncul-muncul ke atas permukaan. Vanessa mulai panik "Than.. Gak lucu Than!"
Vanessa takut kalau Ethan tidak bisa berenang atau penyakitnya kambuh. "Ethan!!" Vanessa memanggilnya. Ia benar-benar takut dan panik sekarang 15 detik berlalu dan Ethan belum muncul juga.
Vanessa masuk kedalam kolam. Ia menangis.
"hey hey! Gue disini" Ethan muncul di permukaan. Vanessa langsung memeluknya erat.
"Lo jahat! Gue benci sama lo" Vanessa menampar pipi Ethan. Baru saja ia berniat keluar dari kolam tapi Ethan menahan tangannya
"Lo gak bisa benci gue"
"Apa maksud lo? Oh, Jadi lo piki─"
"Will you be mine?"
Vanessa terpaku, kini dia sudah tak lagi memberontak didalam genggaman Ethan. Mata mereka bertemu ... Vanessa selalu suka dengan mata Ethan Cokelat terang yang bisa membuat siapa pun melihatnya menjadi tenang dan merasa aman.
Vanessa menggangguk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen Fiction[DITULIS WAKTU SAYA SD, READ AT YOUR OWN RISK. CONGRATS IF YOU CAN HANDLE THE CRINGE] Hujan juga punya cerita. Vanessa menyukai hujan, karena banyak kenangan Vanessa yang terjadi diwaktu hujan turun. Tapi, ia membenci kenangan ketika adiknya kecel...