Prakata

791 32 2
                                    

Meskipun di Yaman sudah memasuki musim dingin, namun panasnya hari jum'at ini tetap saja menyengat kulitku, terlebih mati lampu. Musim dingin di tepi pantai Mukalla tak seekstrim di Tarim. Lepas Salat Jum'at, letih dan keringat melebur jadi satu. Hari ini cukup melelahkan rasanya. Tuk meringankan keletihan hari ini ku coba rebahkan diri di atas kasur setelah makan siang di asrama bersama teman-teman.
.
Rasanya baru 10 menit kupejamkan mata tuk ambil istirahat siang, sialnya hpku memaksaku untuk bangun dan bangun. Deringnya sangat mengganggu telingaku. Terpaksa hp mungil itu aku gapai sambil lalu mengucek-ngucek mata yang masih remang-remang memandang.
.
Asataga, sudah jam 3.30 sore artinya pintu pagar asrama sudah dikunci, kelewat sudah jama'ah Salat Ashar. Eh, bukan, bukan soal itu Aku kaget. Ada 9 panggilan masuk tak terjawab dengan kode Negara Arab Saudi (+966). Ada pesan yang ia tinggalakn dalam B. Arab yang berbunyi:

"Assalamu Alaikum. Kepada Tuan Imam Abdullah El-Rashied, Ayah dan Ibu saya menunggu Tuan di Hotel Reebon Mukalla, hari ini jam 5 sore. Ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Tuan, menyoal kesiapan untuk membina rumah tangga dengan saya. Ttd. Sallamah."
.
Alamak, mimpi apa Aku siang ini. Sallamah yang Aku kenal 2 tahun silam di Tarim tiba-tiba memghubungiku, terlepas dari mana dia mendapatkan nomer dan mengtahui keberdaanku di Mukalla? Namun, apa boleh buat, mungkin ini yang dinamakan ketiban rejeki nomplok.
.
Seketika lamunanku memutar kenangan 2 tahun silam di Tarim, saat pertama Aku mengenal Sallamah, gadis Arab yang begitu memukau, hafal Qur'an, cerdas, bersuara merdu dan pandai membuat syair. Lantas, lelaki mana yang tak jatuh cinta kepadanya dengan sekali pandangannya yang memikat?
.
Sejenak kuhentikan lamunan lama itu, bergegas menuju kamar mandi, Salat Ashar lantas menuju Kantor Urusan Mahasiswa yang masih satu area dengan Asrama. 10 menit berdialog dengan Petugas Perizinan tuntas juga, alasan urgent ada kunjungan daei keluarga di pusat kota. Terlalu panjang kalau harus Aku jelaskan kalau Aku hendak menemui calon mertua dan istriku.
.
Berggas melompat ke taxi terdekat di halaman kampus. 1500 Reyal Yaman, tanpa bisa ditawar lagi dan taxi itu sudah meluncur dengan kecepatan penuh dari Fuwah menuju pusat Kota Mukala.
.
Seperti biasa, sepanjang perjalanan setidaknya ada 2 pos pemeriksaan oleh tentara yang menghambat perjalanan. Semenjak 1 tahun, setelah perang mereda, Pemerintah Yaman memberlakukan sistem keamanan ganda di setiap kota. Di mana pada jalan utama kota ada titik pemeriksaan oleh tentara bersenjata lengkap, bahkan tak jarang disertai dengan Tank di sekitarnya. Yah, hal ini guna membersihkan sisa-sisa teroris dan pemberontak yang nyaris meluluh-lantahkan Mukalla seelah Sana'a dan Aden remuk dan nyaris rata dengan tanah.
.
15 menit pemeriksaan ketat berlalu, untungnya kartu mahasiswa selalu kubawa ke mana-mana. Pasalnya, orang asing yang tak membawa tanda pengenal bisa ditahan berjam-jam dan dijejali dengan berbagai pertanyaan, dikira mata-mata atau apalah. Berusaha menghindar dengan cara menyogok? Bisa panjang urusannya.
.
Tiba-tiba hpku berdering lagi, Aku kira telpon dari Sallamah, ternyata bukan. Hanya teman kamar yang bertanya keberadaanku yang tiba-tiba menghilang dari atas kasur. Entah Aku masih bingung memikirkannya, bagaimana Sallamah gadis yang begitu spesial itu tiba-tiba hadir kembali dalam kehidupanku. Dan, ajaibnya dia mengtahui nomer hp dan posisiku. Ku pikir Ahmad teman dekatku yang berasal dari Jedah itu yang memberitahunya. Dan, mungkin juga Ahmad telah terus terang padanya bahwa Aku sangat mencintai Sallamah, sejak awal perkenalanku dengannya di Tarim 2 tahun silam. Namun siapalah Aku, anak kampung dari Indonesia yang terasingvdi negeri orang.
.
Setahuku, dahulu sebelum Sallamah pindah ke Damaskus - Syria, ia sempat mengagumi Abdurrahman Al-Qos, pemuda Madinah yang rupawan dan terkenal dengan keilmuan dan akhlaknya yang kemudian menetap di Mekkah. Pun Abdurrahman sering membuat syair untuk Sallamah sebagaimana Ahmad memberi bocoran kepadaku. Namun entahlah, Aku tak begitu peduli dengan hubungan lama mereka.
.
Tepat melewati Markas Militer Yaman di Mukalla yang sudah rata dengan tanah akibat serangan bom 1,5 tahun silam, tiba-tiba terdengar suara baku tembak dari jarak yang tak begitu jauh dari taxi. Lamunanku tentang Sallamah kian kacau, acara pertemuan pertamaku dengan keluarganya bisa dipastikan gagal total, bagaimana tidak? Ku lihat ada satu truk tentara yang melompat mengambil posisi menyerang dan bertahan dari kejauhan. Ini zona merah dan secepatnya aku harus kembali ke asrama.
.
Entahlah, bagaimana Aku bisa menghubungi Sallamah. Pulsakupun belum sempat aku isi. "Sial...", ketusku dalam hati. Lantas, apakah Sallamah masih menungguku? Di saat kegentingan yang serba tak menentu ini, no. saudi yang dipake Sallamah tiba-tiba menelponku kembali. Suara bising baku tembak tentara di kejauhan kian santer beruntun terdengar memekakkan telinga. Taxi terus meninggalkan zona merah mengambil jarak aman.
.
Saatku hendak mengangkat telpon dari Sallamah, tiba-tiba terjadi hal yang tak rerduga dan tak kuinginkan.
.
Tiba-tiba suara tembakan itu kian santer terdengar dan membuatku terbangun dari tidurku. Ku lihat jam dinding menunjukkan angka 4.30. Di luar asrama terdengar suara ramai kerumunan orang yang disela-selai suara tembakan. Nampaknya ada tetangga yang sedang nikahan seperti biasanya.
.
"Sial..." ungkapku dalam hati. Mimpi hendak beremu dengan Sallamah dan keluarganya menjadi batal, padahal itu rencana pernikahan. Aku kira itu kenyataan, ternyata hanya mimpi di siang bolong. Pantas saja ada keraguan sejak awal Aku membuka pesan Sallamah dalam mimpiku, dan Aku baru sadar bahwa Sallamah dan Abdurrahman Al-Qos hidup di masa Tabi'in 14 abad silam.
.
Yah, sejak 2 tahun lalu Aku berkenalan dengan Sallamah di Tarim dalam sebuah buku sastra karya Sastrawan kenaman Mesir Mushtofa Shodiq Ar-Rofi'i yang semasa dengan Khalil Gibran. Itu adalah buku sastra Arab pertama yang Aku baca sejak menginjakkan kaki di Lembah Para Wali, Tarim - Yaman.
.
Sallamah, gelora cinta yang tak pernah padam di hatiku meski audah belasan abad waktu memisahkannya dari kehidupanku. Dan, entah kenapa akhir-akhir ini Aku kembali tertarik untuk membaca kisah cinta Sallamah yang sejak sekian lama menawan hatiku. Ah, Aku jadi teringat kawan dekatku, Ahmad Al-Hasyimi yang berasal dari Jedah - KSA. 2 tahun lalu ia mengenalkanku dengan buku-buku sastra di Tarim dengan meminjamkan buku-bukunya, salah satunya adalah tentang Sallamah.
.
Kisah di atas hanyalah Fiksi belaka. Namun, tentang Sallamah dan Abdurrahman Al-Qos adalah kisah yang benar-benar nyata, kisah cinta yang diabadikan sejak 14 abad silam.

Ditulis di bawah naungan Twin Minaret Jami' Shafie, Imam Shafie College - Mukalla, Yaman, 10 Nop 2017/21 Shafar 1439 H.

_________________________________
Baiklah, saatnya kita masuk ke kisah cinta Sallamah & Abdurrahman Al-Qos di halaman berikut ini:

Kesucian Cinta (Kisah Cinta Sallamah & Abdurrahman Al-Qosh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang