12. Hilang part 2

1.7K 60 2
                                    

Pagi pun datang, seperti yang arka rencanakan kemarin, ia akan pergi pagi ini ke rumah adira sebelum berangkat ke sekolah. Ia melajukan motornya ke rumah minimalis itu.

Sesampainya arka di sana, ia menekan bel rumah Adira dengan sabar menunggu yang punya rumah keluar dan Arka sangat berharap Adira lah yang membukakan pintu.

Yashh, pintu rumah Adira terbuka namun bukan yang seperti arka harapkan yang membukakan pintu bukan Adira melainkan sosok wanita paruh baya. Tak apa, setidaknya ini lebih baik daripada tidak ada yang membukakan sama sekali seperti kemarin.

"Iya mas, cari siapa ya?"

"Adira nya ada bu?"

"Panggil aja bibi, neng Adira nya subuh tadi udah pergi mas"

"Pergi?kemana ya Bu....ehh bi"

"Waduh, bibi juga nggak tau tadi neng Adira nggak bilang mau kemana, tapi buru-buru gitu"

"Sendirian bi?"

"Iya mas"

"Oh... Kalau gitu saya pamit dulu ya bi,makasih"

"Iya mas sama-sama"

Arka pun menghela nafas pasrah, kemana Adira? Ia harus tanya vira. Hanya Vira satu-satunya orang yang kemungkinan besar akan tau dimana Adira.

Sesampainya disekolah arka memarkirkan motornya di parkiran sekolah, setelah itu ia bergegas langsung menuju kelas Vira.

"Eh liat Vira gak?" Cegah arka pada salah satu siswa yang baru saja ingin keluar kelas

"Eh kak ada tuh vira nya, di dalam"

"Bisa tolong panggilin?"

"Sebentar ya Kak!"

"Vira di Panggil kak Arka"

Vira pun segera keluar kelas menghampiri arka yang sudah menunggunya di depan kelas

"Kenapa?"

"Vira lo tau Adira di mana?"

"gue? Lo yang samperin Adira kemarin, kenapa nanya gue?" Jawab Vira masih sinis

"Kemarin pulang sekolah, gue kerumah Adira tapi nggak ada yang bukain pintu, tadi pagi juga tapi tadi ada yang bukain pintu katanya Adira udah pergi" ucap arka menjelaskan

"Lo beneran nggak tau Adira dimana?"tanya arka

"Nggak, Lo yang salah cari sendiri tanggung jawab sendiri nggak usah minta bantuan orang" ucap Vira kemudian berbalik dan masuk ke kelas kembali

"Gue kan cuma nanya" ucap arka pelan

Arka menghela nafas lelah, ia berbalik menuju kelasnya

"Kenapa sih Lo?dari kemarin lemes banget keliatannya"ucap Rafif yang mendapati arka

"Lo tau fif Adira dimana?" Tanya arka, Awalnya arka marah pada Rafif tapi dia pun sadar dia bukan siapa-siapa Adira, sehingga ia tak berhak marah pada Rafif dengan alasan Raffi mengantarkan Adira. Toh ia juga belum tahu dan belum bisa menjelaskan bagaimana perasaannya terhadap Adira saat ini.

"Adira lagi?kenapa sih sama dia?ada masalah?"

"Lo tau gak dimana?" Tegas arka mengulang pertanyaan nya

"Nggak tau, terakhir kemarin gue berangkat bareng sama dia" ucap Rafif yang membuat rahang arka kembali menegas.

"Emang Lo nggak coba nanya temannya si siapa tuh, vari vari ya kalo gak salah"

"Vira"

"Nah eta, udah coba nanya belum?"

"Udah, tapi jawaban dia santai aja dia bilang dia nggak tau"

"Emang ada masalah apa sih Lo sama Adira?"

"Kemarin gue kelepasan kasar sama dia, karena kemarin gue abis diomelin juga kan sama kepsek terus gue panas juga dengar Lo cerita kalau Lo berangkat bareng sama Adira" ucap arka tanpa sadar membocorkan semuanya

Rafif melongo, ia sedikit terkejut mendengarnya karena yang Rafif tau, arka adalah cowok cuek nan dingin yang nggak pernah pacaran bahkan cerita tentang cewek pun nggak pernah, peduli sampai nyariin cewek juga nggak pernah berbanding terbalik dengan Rafif yang nempel sana nempel sini.

"Lo suka sama Adira?" Pertanyaan Rafif yang mampu membuat arka blushing, pipi merah arka terlihat jelas di kulit putihnya. Namun ia segera memalingkan wajahnya kearah lain.

"Ka?Lo suka sama Adira?" Tanya Rafif mengulangi

"Nggak, apaan sih Lo"ucap arka tegas

"Kok panas?" Tanya Rafif

"Nggak tau, udah ah Lo tau gak dia dimana?" Tanya arka tegas

"Awalnya gue suka sama Adira, ya belum dalam sih tapi pas tau Lo suka juga okelah gue mundur, gue juga nggak terlalu serius sama dia"

Ucapan Rafif yang membuat muka arka memerah, arka mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarahnya yang ingin meledak saat itu juga bagaimanapun juga Rafif adalah teman dekat arka ia tak bisa marah gitu saja hanya masalah seorang gadis. Ia hanya takut Rafif memainkan Adira seperti perempuan lainnya.

Rafif yang melihat perubahan di wajah arka langsung mundur, dengan tatapan ngeri

"Okeoke, santai bro, Lo ngerasa gak sih ka? Kalau jawaban Vira tadi ada yang mengganjal" jawab rafif

"Maksud lo?" Tanya arka mengernyitkan keningnya, ia sudah mampu mengontrol amarahnya

"Pas Lo ngomong kasar sama Adira ada Vira gak?" Tanya Rafif menyelidiki

"Ada"

"Gimana reaksi dia, saat sahabatnya di kasarin sama Lo?"

"Dia marah banget, dia narik kerah baju gue dia lepas kerah baju gue sampai gue terdorong ke tembok, terus dia ngatain gue bangsat, anjing bahkan dia nggak manggil gue dengan sebutan kakak" jelas arka yang memang mengingat betul reaksi Vira saat itu

Rafif melongo, mendengar arka yang menceritakan kejadian itu secara rinci dengan wajah berusaha meyakinkan Rafif.

"Wow, temen gue yang jomblo dari embrio ini ternyata benar-benar sudah bisa merasakan jatuh cinta" jawab rafif takjub dan tidak ada nyambungnya dengan apa yang arka ucapkan

"Paan si, buruan kenapa emang Lo tanya gue reaksi Vira?" Tanya arka Kembali kesal dengan teman nya satu ini, tidak pernah menganggap semua kejadian ini serius.

"Okeoke, dia marah besar kan?terus tadi kenapa pas Lo tanya Adira menghilang dan Lo nggak nemuin dia setelah kejadian parah kemarin, respon Vira biasa aja cuma bilang nggak tau" jelas Rafif bagai detektif

"Lo ngerasa gak sih kalau Vira lagi nyembunyiin Adira? Kalau dia nggak lagi nyembunyiin Adira seharusnya respon dia kaget dan panik dong saat tau sahabat nya hilang" lanjut Rafif

Arka diam sebentar mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Rafif, dan jawaban rafif masuk akal, ada benarnya juga.

Yashh, petunjuk pertama telah arka temukan.

My Prince Is My Senior [COMPLETED]Where stories live. Discover now