It's Him

1.1K 204 2
                                    

Senyumku merekah begitu saja ketika indra penglihatanku menangkap presensinya dari kejauhan. Aku berlari ke arahnya dan berteriak kegirangan. "Haechan!" Aku langsung memeluknya dengan sigap. Mencegahnya untuk bergerak barang sesentipun. Aku takut. Sangat takut kehilangannya.

Haechan terkekeh dan mengelus surai panjangku. "Rindu, ya?" bisiknya dan aku mengangguk-angguk. "Aduh. Geli!" Dia terkikik saat kepalaku semakin bergerak-gerak di dalam dekapannya. Aku mendongak menatap wajahnya dan mengulas senyum bodoh seolah melupakan fakta bahwa dia telah menghilang hampir 2 minggu lamanya. "Hehehehehe."

Aku melepas pelukan itu dan beringsut mundur. Kini pandanganku lebih fokus dan serius. "Haechan," panggilku. Tatapannya juga tak kalah serius. Namun, ada kehangatan yang terpancar dari auranya. Hal itulah yang selalu membuatku ketergantungan padanya lagi dan lagi. Aku menatap matanya, berusaha mencari raut lelah, gelisah, ataupun sedih. Tapi nihil. "Apa kau baik-baik saja?" tanyaku.

Awalnya dia menatapku keheranan. Setelah itu, dia menggeleng dan tersenyum. Aku mendapat jawaban. Dia sedang tidak baik. Salah satu tangannya bergerak mengelus pipi kananku. Dia memajukan wajahnya ke arahku. Dahinya menyentuh dahiku. Gosh! Ini terlalu dekat.

"K-kenapa?" tanyaku lagi. Dia tidak merespon.

Aku menghela nafasku dan menatapnya sedikit kecewa. Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan memeluknya. Aku menyembunyikan wajahku di dadanya. "H-haechan... Kalau ada sesuatu, ceritakan itu padaku. Aku juga ada di sini untukmu. Jangan memendamnya sendirian. Aku terluka, kau juga merasakannya. Kalau kau terluka juga, bagikan kepadaku juga, oke? Dua orang yang terluka bisa saling menyembuhkan. Kau tahu itu." lirihku di akhir kata. []

FULL SUN.Where stories live. Discover now