Bab 4

16.2K 477 10
                                    

Jangan lupa di vote ya....
Thank you 😚😚

--------

Author POV
Pagi ini shanon bangun terlambat dia sampai dikantor 7.45 dan dia memutuskan untuk menggunakan lift. Pagi yang sial baginya baru saja pintu lift akan tertutup seseorang menahannya dan itu Pak boss sialan itu.

Dia bersyukur tidak sendirian bersama Pak boss ada beberapa orang dibelakangnya. Meski dia tepat dibelakang punggung pria tersebut.

"Selamat pagi Pak" ucap karyawan yang lain.
Si pria sombong itu tidak menjawab, bereaksi pun tidak. Shanon mengutuknya dalam hati Dan memutuskan untuk tidak menyapanya. Toh dia tidak tahu aku tidak mengucapkan salam.

Pintu lift lantai 4 terbuka. Saatnya aku keluar pikirku. Tapi baru tersadar si boss sialan ini menghalangi jalanku.
"Permisi Pak. Saya akan keluar" ucap shanon.

Dia bergeser sedikit sehingga memberiku jalan keluat. Baru sampai diambang pintu diapun bergumam.

"Lain kali jaga sopan santunmu. Setidaknya jika kau masih ingin melanjutkan magang ditempat ini"
Ujarnya lalu pintu liftpun tertutup.

SHANON POV

Aku masih mematung didepan lift.
"Kenapa dia? Maksudnya apa? Apa karna aku tidak menyapanya?" Batinku. "Lalu bagaimana dengan sopan santunnya ? Dia juga didak membalas sapaan karyawan lain. Dan kenapa dia sedingin itu ? Bukankah dia pria tadi malam yang menggodaku? Apakah dia psikopat? Atau berkepribadian Ganda?"
Emosiku pun memuncak. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku melanjutkan magang ku disana.
Aku harus bertemu dengan manusia mengerikan itu setiap hari ? Ahhh... Sekarang aku bertambah pusing. Pasti karyawan tadi akan bergosip tentang ku. "Aku bersumpah akan membeli perusahaanmu jika aku sukses nanti. Akan ku jadikan Kau karyawanku dan memakimu setiap hari" hahaha... Aku tertawa puas membayangkannya.

-----

"Sye udah baikan?" Tanya misel

"Udah sel. Thanks buat kemarin" jawabku.

"Oya. Kau ada hubungan apa sih dengan Pak boss ?"

"Tidak Ada. Kenapa Kau bertanya hal seaneh itu?"

"Tidak... Aku hanya merasa bos itu menghawatirkanmu "

"Maksudmu?" Tanyaku penasaran
Lalu misel menjelaskan tentang percakapannya dengan boss.

Lalu aku pun mengerti mengapa boss itu penasaran. Dia hanya mau mengejek bahkan menghinaku dengan ciumannya yang bisa membuatku jatuh sakit.

"Tidak ada hubungan apa apa. Mungkin dia bosan makanya dia bertanya hal yang tidak penting itu"
Jawabku meyakinkan misel.

"Ya.. mungkin saja begitu. Tapi menurutku dia lelaki yang sangat menggoda. Bagaimana menurutmu?" Tanya misel antusias.

"Tidak ada yang spesial. Dia tampak seperti lelaki hidung belang pada umumnya. Aku tidak suka wajah mesumnya." Ucapku jujur. Karna dia beberapa Kali menatapku dengan tatapan om om mesum.

"Hahaha... Tatapannya biasa saja. Justru terkesan dingin menurutku. Jika sekali saja dia menatapku mesum aku akan langsung menariknya ke toilet atau keruang kosong. Siapa yang menolak pria sempurna seperti dia. Aku penasaran dengan tubuh dibalik kemeja itu. Aku tidak apa apa merelakan tubuhku untuknya jika dia mau" ucap misel sambil berimajinasi lalu memeluk tubuhnya.

"Sebaiknya kau segera memeriksa otakmu atau otak mesummu itu kerumah sakit. Sebelum aku yang memerikasanya Dan mencucinya dengan detergent pemutih" ucapku bersungguh sungguh.

Lalu misel tertawa puas melihat wajahku yang sudah sangat jengkel.

--

"Permisi. Ada shanon gabriel ?" Tanya seorang karyawan.

"Ya. Saya" jawabku sambil berdiri.

"Pimpinan memanggilmu keruangannya. Dia ingin kau menemuinya sekarang" Sambungnya.

"Ada apa lagi ini?" Batinku.

"Baik Pak" ucapku sambil bergegas.

--

Tok ... Tok...tok...
Aku mengetuk pintu dengan perasaan gundah

"Ya. Masuk"
Aku masuk dan menutup pintunya kembali.

"Saya shanon Pak"

"Ya . Saya tahu" jawabnya

Aku menunggunya bicara sambil berdiri. Sudah hampir 15 menit dia hanya menatap layar laptopnya tanpa melihat kearahku sekalipun.
"Lalu ngapain dia menyuruhku kesini? Menatapinya ? Menjadi patung pajangannya? Huhhh... Pria ini sungguh menyebalkan" batinku.

"Kamu dari divisi movie editing?"

"Ya. Pak"

"Lalu ini hasil kerjamu selama 2 Hari?" Sambil menunjukkan layar yang berisi video yang kukerjakan.

"Ya Pak" ucapku sambil menatapmya menerka nerka apa yang hendak ia sampaikan.

"Kamu bangga dengan ini?"

"Maksudnya Pak?" Aku mulai takut dengan tatapannya yang tajam.

"Aku bertanya. Apakah ini layak disebut sebuah karya atau bahkan pekerjaan diperusahaan sebesar ini? Kau tidak sedang bercanda kan masuk kesini? Kalau dengan hasil kerjamu ini. Aku lebih baik memberinya ke anak SMP. Aku yakin mereka bisa mengerjakannya dalam waktu 2 jam dengan hasil yang lebih baik"

Prang!!!!
Hatiku rasanya hancur mendengar ucapannya. Tatapanku kosong. Aku tahu pekerjaanku tidak sempurna tapi bisakah dia menghargainya meski menyuruhku membuat ulang dari awal aku tidak masalah hanya saja dia menginjak harga diriku. Membandingkanku dengan anak smp.  Hatiku memanas dan marah tapi ku tahan.

" Kau harus mengerjakannya ulang. Tidak peduli memakan waktu berapa lama aku akan menunggu hari ini selesai. Kau mengerti ?"

"Baik Pak" ucapku dan mengalihkan pandanganku dari wajahnya karna aku yakin menatapnya hanya akan membuatku meledak.

"Kau tahu siapa namaku ?" Tanyanya tiba tiba.

Aku menelan salivaku dengan berat karna aku sungguh bodoh tidak menghafalkan nama dari bos tempatku magang.

"Kau tidak menjawab. Kau tahu atau tidak ?" Pertanyaanya menuntutku

"Maaf Pak akan ku cari tahu. " Jawabku pelan.

"Huffhhh..." Dia menghela nafas.

"Kau mungkin tidak suka bekerja disini. Setidaknya kau magang disini. Dan aku tidak pernah menuntutmu memilih kantorku. Bahkan aku benci dengan ide harus menerima mu disini hanya karena Kau sekelomopok dengan teman temanmu yang pintar. Kau hanya menumpang nama mereka. Setidaknya berusahalah. Tunjukkan antusias mu.
Menyapaku saja kau tidak. Apakah kau tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tuamu ?"

Deg.... Akhirnya amarahku yang tadi kutahan harus kuledakkan detik ini.

"Kau bertanya sopan santun yang bahkan kau tak punya ? Kenapa aku harus menyapamu kalau sapaanku hanya akan diabaikan seperti sampah ? Karyawan itu yang bodoh mau menyapamu meski dia tau akan diabaikan. Mereka semua Gila. Kalau Kau ingin dihargai seharusnya kau juga menghargai meski orang itu lebih rendah darimu. Kau harus menunjukkan sikap yang baik sebagai pimpinan. Dan mengapa kau bertanya tentang orang tuaku yang tidak mengajariku ? Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Apakah ini hasil didikan orang tuamu ?
Jika begitu aku rasa orang tuamu tidak lebih hebat dari orang tuaku."

Aku bangkit berdiri dengan perasaan Lega. Aku melihat lelaki bodoh itu mematung. Rasakan itu!!! Batinku puas.

Lalu aku berjalan meninggalkan ruangan.

"Sepertinya kau ingin mencari perusahaan lain untuk menjadi tempat magang barumu" sahutnya dibelakang ku.

Deg!!! Aku tersadar tepat didepan pintu.

"Shanon Gabriel lihat betapa bodoh dirimu. Bibir bodohmu itu telah menghancurkan dirimu sendiri " batinku sambil berlalu.

 My Dangerous BossWhere stories live. Discover now