1. Kerang Hijau

2.6K 222 33
                                    

🌻🌻🌻

Pada siang hari yang cerah, Wonwoo berada di Cibarusah. Alasan ia ke sana karena ingin makan kerang hijau kesukaannya. Wonwoo nekat, pergi dari Jonggol ke Cibarusah sendirian. Habis mau gimana lagi, kan?

Mingyu sibuk dengan usahanya, sementara Wonwoo tidak ingin menyusahkan Sang Suami.

Tetapi, apa yang ia lakukan itu salah. Bagaimana tidak, Wonwoo pergi tanpa bilang Bunda atau Ibu yang selalu siap siaga membelikan sesuatu untuknya. Memang Wonwoo anak yang terlanjur mandiri sejak kecil, bahkan hamil saja dia tidak mau menyusahkan Orang. "Pak, saya pesen satu lagi ya kerang hijaunya. Sama sempol juga 10 ribu," ucap Wonwoo tersenyum sambil mengunyah isi kerang.

Sebenarnya ia sudah menahan untuk memakan hidangan laut. Kalau kata Ibu, makan hidangan laut itu berbahaya. Karena bisa menyebabkan gangguan pada janin. Tetapi Wonwoo sudah nggak tahan lagi, dia juga nggak pernah muluk minta makan yang aneh, sampai Mingyu heran sendiri. Jadi, di sanalah Wonwoo. Mengunyah ke-enakan sempol dan kerang hijau yang ia inginkan sejak lama.

"Papa Adit, kamu di sini? Astagfirullah ... dicariin sama orang rumah. Eh, malah di sini. Papa Adit ngapain, hm?" ujar Mingyu yang menemukan suaminya makan kerang hijau di pinggir jalan.

Wonwoo mendongakan kepala dan menatap Mingyu, "Eh ada Ayah Bagas. Ya, liat dong, Yah. Papa Adit lagi makan, masa lagi main gaple."

Wonwoo menatap ke arah Mingyu kemudian tersenyum lebar. Menggunakan jurus mata kucing, berharap jika suaminya luluh. Wonwoo tahu kalau Mingyu pasti marah padanya dan membuat ia jadi merasa tidak enak sendiri dengan Mingyu.

"Kenapa kamu nggak bilang pengen ginian? Kasian, kan, Bunda sama Ibu jadi panik nyariin kamu. Asal kamu tahu aja. Bapak Jongdae sampe nelpon Mabes Polri buat nyari kamu, astaga ... sayang." Mingyu duduk di samping Wonwoo yang berlesehan dengan tikar di pinggir jalan sambil menikmati kerang.

"Maaf, aku nggak mau nyusahin Orang tua," kata Wonwoo sambil menatap ke bawah dengan mulut yang maju sedikit.

Mingyu menghela napas lalu mengelus kepala Wonwoo, "Nggak sayang, kalau kamu gini yang ada bikin orang rumah khawatir. Apalagi, ada Mingyu Bagaskara kecil di sini." Mingyu menyentuh perut Wonwoo dan mengelus sekilas. Wonwoo yang menerima perlakuan tersebut merespon menunduk malu dengan pipi sedikit memerah.

"Humm, iya. Maaf ya Ayah Bagas," balas Wonwoo sambil takut-takut melihat ke arah Mingyu. Mingyu mengangguk dan mengacak pelan rambut Suaminya.

"Jangan gini lagi ya Papa Adit sayang. Nanti kalau kamu kenapa-napa, Bagas sama siapa?" Wonwoo membalas ucapan Mingyu dengan melipat bibirnya kebawah dan matanya berkaca-kaca.

"Ayah bagas kenapa ngomong gitu, kan Papa masih ada di sini."

Netra Wonwoo mulai mengeluarkan linangan air. Entah mengapa sejak hamil, Wonwoo jadi mudah sekali menangis dan merengek pada Suaminya. Kata Dokter, itu dikarenakan hormon yang berubah pada tubuh Wonwoo yang kini sedang mengandung. Dahulu juga Ibu Wonwoo mengalami hal yang sama ketika mengandung Wonwoo.

"Makanya sayang. Kalau mau sesuatu itu ya bilang. Kalau kamu nggak bilang, Ayah gimana tau maunya kamu apa." Wonwoo memeluk Mingyu. Mendusalkan wajahnya pada dada bidang sang Suami. Bak drama-drama Korea yang sering ditonton olehnya.

"Ya ampun Papa Aditku sayang. Iya, jangan nangis ya. Maksud Ayah Bagas bukan gitu. Ayah cuma takut aja kamu sakit. Cup cup maafin Ayah ya. Yuk pulang aja deh ya." Wonwoo mengangguk pelan sambil memeluk Suaminya.

SIKAP | MEANIE| END✔| REVISI ON PROCESSWhere stories live. Discover now