CHAPTER 12: DIA

1.5K 143 2
                                    

Boom!!! Boom!!

Dua suara ledakan muncul dari halaman belakang academy. Aku bisa melihat dua pohon afrin hangus terbakar.

"Ini buruk!" Ujar Kak Raiga.

"Sepertinya mereka mulai menyerang," tambah Kak Naoki.

"Oh jangan lagi. Hariku sudah sangat hancur kemarin. Dan aku tidak akan tinggal diam jika ada yang mengacau lagi hari ini." Kesalku.

Dua ledakan itu terdengar bergema ke seluruh penjuru academy. Aku berani bertaruh, semua orang di academy pasti mendengarnya. Semoga itu bukanlah hal yang patut dicemaskan.

"Hei Naoki, apa kau berpikir apa yang aku pikirkan?" delik Kak Raiga sembari mengedipkan sebelah matanya. Kak Raiga menyeringai pada Kak Naoki. Entah apa maksud seringaian itu.

"Kalau yang kau maksud kita akan berarung dengan apapun yang meledakkan academy ini. Sudah pasti aku sangat mendukung." jawab Kak Naoki dengan senyuman yang licik.

TUK! TUK!

Aku memukul keras kepala mereka berdua. Bisa-bisanya disaat seperti ini tersenyum sambil berkhayal tentang pertarungan. Mereka pikir mudah apa bertarung? Dasar bodoh!

"Kalian seenaknya mengkhayal! Bagaimana kalau itu 'dia'? Kalian mau mati, hah?" ketusku.

"Kalau itu dia, tinggal dilawan'kan?" jawab Kak Raiga gampang.

"Kalian terlalu menganggap mudah." ujarku lemah.

Dengan kekuatan teleport yang kupunya, aku segera berlalu menuju sumber ledakan itu. Setidak suka apapun aku dengan pertarungan, tetap saja aku harus memantau situasi ini. Karena, jika itu dari Darkness World, sudah pasti mereka mengincarku.

Dalam sekejap aku tiba di taman belakang academy. Kepulan asap masih menggebu dari dua pohon afrin yang hangus terbakar. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar. Kosong! Tak ada seorangpun yang bisa dicurigai sebagai penyebab ledakan ini. Tak lama kemudian, Kak Raiga dan Kak Naoki datang dengan teleport yang dilakukan oleh Kak Naoki.

"Jangan pergi sendirian di saat seperti ini! Baka!!" Kak Raiga menjitak kepalaku. Tapi saat ini aku tak ada waktu untuk membalas orang bodoh ini.

"Kau menemukan sesuatu?" tanya Kak Naoki. Dia memandang ke sekeliling. Matanya terlihat waspada.. Kilauan kelembutan dan kehangatan sirna dari matanya, digantikan dengan pandangan tajam dan siap akan segala kemungkinan.

BOOM!!!

Satu ledakan lagi terdengar memekakkan telinga. Tanah yang kami pijak pun terasa bergetar. Pekikan ratuan siswa bisa terdengar sampai ke tempat kami berdiri yang berjarak sekitar 200 meter dari gedung sekolah.

Pihak keamanan sekolah masih belum datang kemari dan bisa kupastikan tidak akan datang dengan cepat. Mereka akan mengutamakan yang di dalam academy.

"Ayo kita kembali ke gedung sekolah dan mencari tahu apa yang sedang terjadi." Usul Kak Naoki.

"Sudah lama sekali sejak saat itu kan, Nona?" Suara yang tak asing menggema di telingaku. Seketika itu juga aku mengurungkan niat berteleport menuju sekolah. Begitu juga dengan kedua kakakku.

Aku mematung. Aku memang mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya dan menghabisinya. Tapi siapa sangka, hari itu akan datang secepat ini. Apa aku... apa aku bisa melawannya?

"Menyingkir darinya!!" Teriak Kak Raiga. Kak Raiga dan Kak Naoki mengambil tempat di depanku. Melindungiku dari semua kemungkinan yang akan terjadi.

"Oh oh.. Tuan Muda Raiga dan Isaoka Naoki? Heh! Berlagak jadi pahlawan untuk adikmu, hah? Dalam sekali serang, kalian berdua bisa kuhabisi. Tapi.. hahaha." Dia tertawa. Terdengar sangat keji dan membawa kilasan peristiwa hari itu..

KISEKI ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang