IV

689 77 2
                                    

"Seulgi, ini Jiminie harus bagaimana?"

Seulgi meminun dengan tenang soda kaleng dingin di genggamannya. Menggeser duduknya sedikit kearah Jimin guna menatap layar laptop miliknya yang sekarang berada di pangkuan Jimin.

Saat ini Jimin dan Seulgi sedang berada di dalam kamar Jimin. Mereka mengisi formulir pendaftaran untuk audisi Jimin di Big Hit. Karena Jimin yang tidak mengerti apapun tentang daftar-daftaran begitu, jadi dia meminta tolong kepada sang sahabat untuk membantunya.

"Hm, mana Jiminie yang tidak kau paham?" Tanya Seulgi sembari membaca deret kalimat yang terdapat di layar laptopnya.

Jimin menunjuk dibagian mana yang membuatnya bingung, tanpa mengeluarkan sepatah atau pun dia patah kata.

"Oh, itu tinggal kau isi bla.. bla.. bla.." Jimin manggut-manggut sembari mengikuti intruksi Seulgi yang sesekali akan menyesap sodanya.

Tak..

Hingga akhirnya Jimin selesai mengisi semua formulir itu dengan lengkap. Jimin langsung bersorak bak anak kecil, ia lalu ber high five ria dengan Seulgi yang tersenyum lebar kearahnya.

"Wah.. Jiminie sebentar lagi jadi artis ya, hehe."

"Duh, Seulgi apaan sih. Jiminie kan harus ikut penyisihannya dulu. Lagian Jiminie yakin, pasti banyak orang-orang yang jauh lebih hebat dari Jiminie." Ujar Jimin agak lirih di beberapa kata terakhirnya.

Seulgi yang melihat rasa kepercayaan diri Jimin agak berkurang, dengan spontan langsung memukul punggung Jimin agak keras sampai Jimin mengaduh nyaring.

"Yak!! Seulgi sakit."

"Jiminie kau tidak boleh pesimis. Yakinlah kalau kau pasti bisa menang di audisi itu."

Jimin terdiam. Namun perlahan-lahan ia mulai kembali menyunggingkan senyumannya mendengar penuturan Seulgi. Dalam hati Jimin benar-benar bersyukur karena mempunyai seorang sahabat seperti Seulgi yang sangat perhatian dengannya.

"Terimakasih ya Seulgi karena sudah memberi semangat pada Jiminie."

"Itu sudah tugasku Jiminie."

XoX

Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa sudah dua minggu berlalu semenjak Jimin mendaftarkan dirinya secara online untuk mengikuti audisi. Dan sekarang, Jimin akan pergi ke Seoul guna melakukan langkah pertama sebelum ia memulai hidup yang baru.

Dengan keyakinan penuh dan ucapan semangat dari semua orang yang mengenalnya, Jimin pun berangkat ke Seoul.

Jimin menatap pemandangan kota Busan dari jendela bus yang di tumpanginya. Sebenarnya Seulgi sempat memaksa untuk mengantarnya menuju stasiun kereta. Tapi Jimin menolak halus dengan alasan ingin pergi naik bus.

Setelah debat panjang yang terjadi, akhirnya Seulgi mengalah dan membiarkan Jimin untuk berangkat sendiri menuju stasiun.

Dan beginilah Jimin sekarang. Duduk di sudut bus sembari menatap kearah pemandangan di luar sana. Punggungnya ia sandarkan ke kursi bus guna merilekskan otot-otot tubuhnya yang agak kaku dan tegang karena memikirkan audisi yang akan di hadapinya besok.

Dalam kepalanya terus berputar, apakah ia akan berhasil besok?

Jimin benar-benar tidak mau memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja akan terjadi.

Tak terasa bus yang dinaikinya telah berhenti di sebuah halte yang jaraknya tidak terlalu jauh dari stasiun kereta. Jimin segera berlari menuju stasiun ketika ia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 10.45 a.m. Dimana kereta akan berangkat 5 menit lagi.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang