"Rough"

392 47 1
                                    

Part 6		: “Rough “
Author Pov
	“Sehun, ada apa ini ? kenapa kau terlihat sangat marah ? Sehun, ya Sehun, OH SEHUN, KAU MENDENGARKAN AKU ?” protes Joo hyun, membuat Sehun menghentikan langkahnya dan melepas genggaman tangannya dari Joo hyun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Part 6 : “Rough “

Author Pov

“Sehun, ada apa ini ? kenapa kau terlihat sangat marah ? Sehun, ya Sehun, OH SEHUN, KAU MENDENGARKAN AKU ?” protes Joo hyun, membuat Sehun menghentikan langkahnya dan melepas genggaman tangannya dari Joo hyun.
Napas mereka saling beradu, mengingat Sehun membawa yeoja itu dengan amarah dan terburu-buru ke taman belakang kampus ini.
Sehun menatap tajam kearah Joo hyun, yang membuat gadis itu heran melihatnya.
“Ada apa sebenarnya dengan mu, eoh ?” tanya Joo hyun, saat dirinya telah tenang kembali.

“Kenapa  kau begitu marah pada namja itu ? dia bersikap baik padaku,”
“Kau bilang ia bersikap baik ? dengan perkataannya yang konyol itu ?” tanya Sehun masih dengan amarahnya.
Joo hyun terdiam, ia mencoba mengatur napasnya.

“Kau terlalu berlebihan.” Ucap Joo hyun pelan. Sehun terperangah, Ini lah sifat dari Joo hyun yang tidak bisa ia mengerti, yeoja itu terlalu baik pada semua orang.
“Berlebihan kata mu ? Tsk, kau ingin tahu penyebab luka di wajah ku ? kau ingin tahu itu ?” Joo hyun langsung menatap Sehun cepat. Terlihat jelas raut kekhawatiran di wajahnya. Ia memang sangat mengkhawatirkan Sehun, saat ia pertama kali melihat luka lembab itu. ia sangat mencemaskannya.
“Tuan Oh Jung Gi, dia yang memukuliku karena aku mengajakmu berkencan kemarin.” Mata Joo hyun membulat, ia nampak terkejut. Ia langsung menyentuh wajah Sehun dengan lembut, dengan rasa cemas yang masih membekas di dalam dirinya.
Ia menyentuh luka itu, dengan segores luka di hatinya. Ia tahu, tuan Oh Jung Gi adalah ayah Sehun sendiri. Dan ia sangat tahu bahwa namja itu akan selalu melukai Sehun karena dirinya.
“Tapi kenapa ia melakukan hal ini pada putranya sendiri ?!” gumam Joo hyun dengan sedih. Walau ucapan itu terdengar sangat pelan, namun Sehun dapat mendengarnya.

“Aku yakin namja itu adalah surahan ayah ku untuk memata-matai ku.” Ucap Sehun. Membuat Joo hyun menghempaskan tangannya dari pipi putih itu. ia nampak tertunduk. Sehun melihatnya dengan heran, sekaligus terlihat sedih karena belaian tangan yang dapat membuatnya tenang, lepas seketika.
“Ia pasti mempunyai rencana buruk terhadap mu. Aku tak ingin ia menyakiti mu. Aku tak ingin dia berada di dekat mu.” Ungkap Sehun dengan tulus sambil mencoba menggenggam lengan yang selalu di rindukannya.

“Kau tidak bisa menuduh orang lain seperti itu, bagaimana jika dugaan mu salah ?” Joo hyun mencoba menghilangkan pikiran jahat dalam diri Sehun. Ia sangat tak suka dengan sikap namja nya yang seperti ini.

“Tsk, menuduh ?! apa kau pikir, aku orang yang suka menuduh tanpa alasan ? aku sangat mengenal Oh Jung gi, ia pasti menyuruh orang bayarannya untuk terus menguntitku. Lalu, bagaimana Oh Jung gi itu tahu, bahwa aku mengajakmu berkencan sedang aku tak memberi tahu siapa pun ?!”
Joo hyun kembali terdiam, ia menggigit bibir bawahnya cemas. Saat ini, Joo hun hanya mencoba untuk tidak berpikir apapun, ia tak ingin memikirkan hal yang buruk mengenai orang yang belum atau baru ia kenal. Termasuk namja itu, Kai dan juga istri Sehun.

“Dengar,(Sehun menyentuh tubuh Joo hyun dengan tangannya,) jangan pernah menemui namja itu lagi. Jangan pernah kau bicara pada orang yang baru saja kau kenal. Aku tak akan membiarkan mu dalam bahaya. Arrachi ?!”, Sehun menatap manik mata Joo hyun dengan lekat, terlihat jelas bahwa ia sangat takut kehilangan gadisnya itu.

Sedangkan Joo hyun yang seakan terhipnotis oleh tatapan itu, ia hanya mengangguk sebagai jawabannya. Tak lama setelah itu, Sehun menarik tubuh mungil Joo hyun ke dalam pelukannya dengan erat.
***

Seulgi berjalan tergesa-gesa menuju klub balet, kini ia tak berserela lagi untuk latihan, walau ia tahu 1 hari pun sangat berharga mengingat pertandingan tak akan lama lagi.
Namun semua itu, enyah oleh moodnya yang sudah rusak karena namja berkulit eksotis itu. buyar semua konsentrasinya.
‘Tap,..tap’ suara langkah kaki Seulgi bahkan mengalahkan suara dari musik ballet tersebut. Teman-temannya yang menyadari hal itu, langsung berhenti berlatih dan menatap Seulgi penuh kebingungan.
“Wae geurae ?” tanya Sowon, di antara mereka
“Kita tak latihan hari ini, bubarlah.” Tegas Seulgi tanpa mengalihkan pandangannya ke arah semua anggota klub itu. ia menarik kasar tas yang ada di ruangan itu dan beralih meninggalkannya.
“Ya, kenapa begitu ? waktu kita tak banyak lagi, kau tidak bisa membuat keputusan seperti ini.” protes Sowon  yang di angguki para ballerina yang lain. Seulgi tetap sama, ia tak perduli.
“Kau tak perlu peduli pada Joo hyun, kau seharusnya lebih peduli pada klub ballet mu ini.” lantang Sowon dengan kesal.
Langkah kaki Seulgi berhenti tiba-tiba. Seakan ucapan dari temannya itu adalah sebuah rem untuk kaki nya. Suasana klub itu hening, tak ada yang berani bicara.
Seulgi membalikkan badannya, menatap dingin ke arah Sowon.
“Jika kau ingin berlatih, berlatih lah sendiri. Aku bukan seorang ketua yang hanya peduli pada satu orang anggota, tapi aku pikirkan kekompakan tim. Kau mungkin tak akan mengerti hal itu.” pekik Seulgi sebelum ia meninggalkan klub balet itu.

Sowon nampak kesal dengan ucapan Seulgi padanya, ia menggertakan giginya geram. Sementara para balerina yang lain lebih memilih untuk menunda latihan ini.

@ Koridor,
Seulgi masih berjalan dengan gusar, rupanya amarahnya belum juga mereda. Ia melewati koridor itu tanpa peduli sudah berapa banyak orang yang tertabrak olehnya saat berjalan.
‘Sowon dan namja itu benar-benar si*lan’ gumam Seulgi,
‘Bruk’
Tas yang di pegangnya jatuh terlantai, bahkan dirinya pun kini duduk terkapar di lantai yang sama dengan tasnya. Rupanya seseorang telah menubruknya, sehingga membuat mereka terkapar di lantai bersamaan.

“Aish jinjaaaa.” Rungut Seulgi sambil memukul lantai itu karena geram. Ia biasa mengekpresikan kegeramannya seperti itu. Seulgi mencoba mengambil tasnya. Namun saat ia hendak mengambil tas itu, seseorang telah menariknya dari arah yang berbeda.

Mereka saling memegang tas Seulgi. Seulgi dan orang itu menengok bersamaan membuat sedetik mata mereka saling bertemu.
Pertemuan matanya itu, nampaknya membuat Seulgi semakin gusar. Ia bertambah marah melihat manik mata namja yang kini memegang sebelah tasnya.
Tak perlu lama, Seulgi menarik dengan kasar tasnya, sehingga terlepas dari lengan namja itu. ia langsung berdiri untuk pergi dari sana. Hari ini ia lebih memilih untuk tidak bertengkar dengan siapa pun.
Tanpa sepatah kata apapun Seulgi pergi meninggalkan namja itu. Baekhyun, namja itu hanya bisa melihat kepergian Seulgi dengan rasa bersalahnya.
Ia tahu, bahwa ia telah kasar pada Seulgi kemarin. Dan Baekhyun juga bisa mengerti akan sikap yeoja itu padanya hari ini.

***
@ Apartement Kungji, 10.00 a.m KST

Suasana apartement itu nampak begitu sepi, seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Memang sang penghuni apartement itu memilih untuk menghabiskan waktu paginya di kamar. Di temani sang sahabat yang selalu setia menjaga yeoja cantik itu.
Ia terduduk di atas ranjang miliknya. Entah kenapa, hari ini ia merasakan tubuhnya begitu lemah. Ia tak mampu untuk berdiri.
Keadaannya sungguh menyedihkan di mata Se jeong, sahabat gadis itu. ia berusaha sebisa mungkin untuk membendung air matanya.
“Yoon, apa tidak sebaiknya ajuhma dan ajusshi tahu tentang keadaan mu?” Se jeong mulai bersuara setelah tadi ia sempat terdiam menunggu sang tuan rumah bangun dari tidurnya.
Yoonhee menatap lemah ke arah Se jeong, dan tersenyum kemudian.
“Tak perlu, mereka pasti sangat mengkhawatirkanku.”
“Hufh.. geurae. Kau punya nomor ponsel Sehun ?” tanya Se jeong yang sukses membuat Yoonhee menghentikan aktifitas memakan buah-buah itu.
Se jeong yang menyadari perubahan sikap Yoonhee, hanya bisa mendengus kesal. Pikirannya tentang Sehun benar-benar buruk sekarang. Walau wajah namja itu begitu tampan, tapi baginya itu hanyalah tipuan.
“Huhf.. suami macam apa dia, tak pernah berkomunikasi dengan istrinya. Benar-benar neuppeun namja.”, “Ya, kenapa kau bicara seperti itu eoh? tak punya nomor ponselnya, bukan berarti kami tidak saling berkomunikasi. Aku tak ingin mengganggunya. Sudah ku bilang kan bahwa aku baik-baik saja. Tak perlu ada yang tahu keadaan ku saat ini selain dirimu.” Yoonhee angkat bicara, berusaha meredakan amarah Se jeong yang akan timbul sebentar lagi.
Se jeong mendelik sebal kearah Yoonhee yang di tanggapi sebuah tawa renyah dari sang sahabat.

“Sampai kapan kau mau berjuang sendiri eoh ?” tanya Se jeong lagi, yang kini membuat yeoja itu berhenti tertawa.
“Hidup hanya terjadi sekali, apa di kehidupan ini kau hanya ingin mengalami penderitaans seorang diri ? jika kau memberi tahu orang lain selain aku, bukan berarti kami merepotkanmu..”

“Nan gwenchanayo, dengar jangan bahas tentang penyakitku lagi. Kau tahu, itu sungguh membuatku menjadi yeoja yang paling lemah di dunia ini. Ya, Kim Se jeong, aku akan kuliah di kyungji University. Kita akan sering bertemu.” Yoonhee memotong dengan cepat, ia mengalihkan pembicaraan yang sukses membuat Se jeong tersenyum dan ikuti arus pembicaraan Yoonhee.
“Jinjayo ? akh... jinja ? nan jeongmal joahae. Aku jadi bisa selalu mengontrol keadaanmu dan, akh.. eonjae ? kapan kau akan mulai kuliah ?”
“Beberapa hari lagi, ternyata ayah mertuaku yang merencanakan kepindahan kuliah ku. Dia sangat baikkan ?”
Se jeong tersenyum kecut, tak lama kemudian ia tertawa bersama Yoonhee.
Melepaskan semua penderitaan mereka masing-masing. Bagi Yoonhee, dengan kehadiran Se jeong disisinya pun sudah cukup meredakan rasa sakit di jantungnya. Ia begitu berarti untuk Yoonhee.
Tapi sungguh, ia tak ingin yeoja itu ada saat dirinya sakit. Ia hanya ingin melewati itu sendiri. Mungkin setelah ia masuk ke kampus barunya. Ia akan mulai berjuang sendiri untuk menjalankan misinya.
Merubah sifat arogan keluarga Oh, merubah sifat kasar dari Sehun. Dan juga membuat namja itu bahagia bersama yeoja yang di cintainya, walau terasa berat dan menyakitkan, Yoonhee akan berjuang, Yoonhee akan berusaha. Sebelum dirinya benar-benar tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Sebelum dirinya tak lagi bisa merasakan kehidupan dunia ini.
***

‘Tap..tap,,’

Suara langkah kedua pasangan itu menggema di lantai koridor kampus. Mereka berjalan dengan santai, dengan tangan yang saling menyatu. Entahlah, mereka sedang mabuk dalam cinta.
Senyuman manis pun tak hentinya mengembang di wajah cantik milik Joo hyun, ia sangat bahagia bisa menggenggam lengan dari namja yang di sayanginya. Ada kehangatan di setiap genggaman namja ini.
“Kau akan pulang bersamaku sore ini, jadi tunggulah aku. Aku akan menjemputmu di kelas.” Tutur Sehun pada Joo hyun, sebelum mereka sampai di kelas Joo hyun, kelas sastra.
“Ne, kau sangat ingin pulang bersamaku, hem ?” tanya Joo hyun dengan manja disetiap iringan langkah mereka.
Yeoja itu juga mengacungkan tangan mereka di depan Sehun  dengan manja. Membuat segurat senyum menawan timbul dari bibir tipis namja itu.
Joo hyun mulai menormalkan lagi jalannya, setelah ia merasa banyak pasang mata yang menatap mereka. Walaupun senyuman itu tak pernah luput dari wajah gadis itu.
Alis Joo hyun terangkat seiring dengan matanya yang sedikit membulat, ia memperlambat langkahnya. Seseorang yang cukup mengisi harinya di kala Sehun tak ada, sedang melintas berlawanan arah dengannya.

“Baekhyun !” pekik Joo hyun yang membuat Sehun menengok ke gadisnya itu.
Orang yang di panggil pun cukup terkejut, ia menghentikan langkahnya.
Mereka saling berpapasan, kedua mata namja itu saling menatap. Sehun melihat tajam dan tak suka ke arah Baekhyun, begitu pun sebaliknya.
“Kenapa kau tak menengok kami saat latihan. Kau tau, dengan kehadiranmu itu dapat membuat kami berusaha dengan baik. Kemana saja kau tadi pagi ?” tanya Joo hyun.
Baekhyun mencoba mengalihkan pandangannya dari pengawasan mata Sehun, ia melihat Joo hyun dengan penuh rasa rindu. Baginya 1 hari tak bertemu Joo hyun, sudah seperti 1 tahun.
“Nan..na..”
“Apa begitu penting kehadiran Baekhyun saat kau latihan ?” potong Sehun dengan sinis. Baekhyun menatap Sehun semakin benci.
Kedua namja itu kembali saling menatap tajam, keadaan pun mulai di selimuti dengan kecanggungan. Joo hyun melihat ke arah Sehun dan Baekhyun bergantian. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang tak di inginkan, jika saja kecanggungan ini di biarkan.
“Ekhmm, aku..aku masuk ke kelas dulu ne. Sebentar lagi kelas ku akan di mulai.” Joo hyun mengalihkan perhatian. Tatapan mata mereka buyar saat itu juga. Sehun kini beralih menatap Joo hyun.
“Masuklah, ingat pesanku. Jangan pernah bicara pada seseorang yang tak kau kenal. Apalagi namja yang kau temui tadi pagi.” Pesan Sehun, Joo hyun mengangguk menginyakan. Sementara Baekhyun menendengar percakapan itu dengan raut heran.
“Baekhyun, aku masuk dulu ne. Anyeong.” Pamit Joo hyun sebelum dirinya meninggalkan kedua namja tampan itu.

Sehun menghembuskan napas kasar, ia berbalik arah untuk pergi dan mengacuhkan Baekhyun.
Sebenarnya Sehun dan Baekhyun adalah teman semasa sma dulu. Namun, kedua namja itu tak pernah akur, sejak Sehun mengetahui Baekhyun menyukai gadisnya, Joo hyun. Pertemanan yang kurang akrab itu pun. semakin bertambah renggang saja. Bahkan sekarang mereka seperti bersaing untuk mendapatkan perhatian Joo hyun.
“Apa maksud mu tadi, siapa orang yang menemui Joo hyun tadi pagi ?” pertanyaan Baekhyun sukses membuat langkah Sehun terhenti.
Baekhyun memilih maju beberapa langkah untuk menipiskan jarak di antara mereka.
“Apa orang itu mengganggu Joo hyun ? atau jangan-jangan kau juga tak ingin aku bicara padanya ?” tanya Baekhyun menyelidiki.
Sehun memutar badannya, dan mereka saling berhadapan.
Sehun tersenyum miring, “Kau orang yang sangat penting untuk Joo hyun ? apa hak mu mengetahui urusanku dengan Joo hyun ?”
“Aku hanya ingin kau menjawab pertanyaanku !” jawab Baekhyun dingin. Sehun pun kini menatap namja itu dengan dingin pula.
“Ne, aku tak ingin kau berada di dekat Joo hyun, dia yeoja ku. Apa kau tak bisa mencari yeoja lain selain Joo hyun ? atau memang kau tak punya pilihan lagi ?” pertanyaan Sehun sukses membuat wajah Baekhyun menjadi merah padam, ia terlihat marah rupanya.
“Yeoja mu ? apa aku tak salah dengar ? apa status hubungan mu dengan Joo hyun ? apakah kalian sudah punya ingatan ? huh, kau bahkan tak punya daya untuk membuat Joo hyun menjadi milik mu.” Pekik Baekhyun,
Spontan, Sehun langsung menarik dan mencengkram kuat kemeja bagian atas milik Baekhyun,  membuat semua orang yang melintas di dekat mereka berhenti karena terkejut.
“Tutup mulut mu itu. aku bisa saja menghabisimu saat ini juga karena ucapan mu.” Ucap Sehun dengan tajam penuh amarah, sementara hal ini membuat Baekhyun tertawa meremehkan.
“Hahaha.. kau tersinggung ? kau tersinggung monster ?”, “YA!” teriak Sehun, mendaratkan lengannya di wajah milik Baekhyun. Meninggalkan bekas luka di sudut bibirnya. Semua orang menganga dan menutup mulutnya karena terkejut. Mereka lebih memilih untuk pergi dan diam di tempat dari pada harus memisahkan kedua namja itu.
Baekhyun yang terkapar di sana, berusaha untuk bangkit.
“Sekali lagi kau bicara seperti itu, aku tak akan segan-segan untuk menghabisimu. Ingat, jangan pernah dekati Joo hyun ku.” Peringatan Sehun membuat semua orang yang mendengarnya merinding ngeri.
Nampak dari mereka menyingkir memberikan jalan pada namja yang di kenal arogan itu. sementara Baekhyun menatap kepergian Sehun dengan penuh kekesalan.
“Kau akan menyesal akan semua tindakan mu saat ini padaku, aku berjanji, bahwa Joo hyun tak akan pernah menjadi milik mu.” gumam Baekhyun sambil mencoba menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya.

***

Ruang kelas Joo hyun nampak terlihat gaduh, semua teman-teman sekelasnya sibuk membicarakan soal yang terjadi tak jauh dari kelas mereka. Sungguh percakapan ini menarik semua perhatian orang-orang di kelas sastra itu. kecuali Joo hyun, ia lebih memilih untuk membuka buku pelajarannya ketimbang membicarakan gosip itu dengan temannya.
Namun sikapnya berubah seketika, saat nama Sehun masuk dalam perbincangan, belum lagi Baekhyun juga masuk dalam gosip hangat itu.
Joo hyun menutup bukunya, ia berpura-pura mencari sesuatu dalam tasnya sambil menajamkan pendengarannya.
“Sehun memukul Baekhyun,, aigoo kenapa mereka harus bertengkar hanya karena yeoja,”
“Ne, padahal Baekhyun oppa bisa saja mencari yeoja lain, diakan namja yang tampan, mudah baginya untuk mencari yeoja lain.”,
“Aku benci kenapa mereka sampai harus berkelahi hanya untuk merebutkan seorang yeoja pengganggu seperti dia, menjijikan”
Kegiatan Joo hyun terhenti, pendengarannya menjadi sakit. Ia mendongakkan wajahnya kearah sekitarnya, yang langsung di sambut tatapan sinis dari yeoja di kelas tersebut. mereka menatap jijik ke arah Joo hyun, bahkan pandangan meremehkan terus tertuju padanya.
Joo hyun merendahkan pandangannya, entah kenapa rasanya ia ingin menangis saat ini juga. Sungguh menyakitkan ucapan mereka di telinga yeoja itu. apakah sebegitu buruk dirinya, sampai mereka mengucilkan Joo hyun.
“Semua sudah tahu, bahwa Sehun telah menikah. Ku dengar istrinya sangatlah cantik. Tapi kenapa ia mabuk dengan wajah menyebalkan dari yeoja itu.”pekik salah seorang yeoja yang tak jauh dari tempat Joo hyun duduk.
Tak dapat di elak, air mata Joo hyun jatuh membasahi pipinya. Ia menangis mendengar penghinaan itu.

Ne, sejak kabar pernikahan Sehun tersebar, semua yeoja lebih memilih untuk menjauhi Sehun. Karena mereka terlalu takut berurusan dengan donatur terbesar kampus ini, yang tak lain ayah Sehun sendiri.
Tapi tidak untuk Joo hyun, bagi mereka yeoja itu semakin dekat dengan Sehun setelah berita pernikahan itu menyebar. Mereka menganggap Joo hyun sebagai yeoja pengganggu, yeoja murahan. Di antara mereka pun lebih memilih untuk menjauhi Joo hyun ketimbang harus menjadi teman dari gadis itu.

Joo hyun pun tak tahu, bahwa dirinya begitu rendah di mata teman-temannya karena Sehun selalu mengajak dirinya keluar dari kampus itu. tapi sungguh, Joo hyun lebih memilih di bawa pergi oleh Sehun, dari pada ia harus mendengar penghinaan ini.
“Ah..seonsangnim datang.” Para murid di sana bergegas duduk di kursi mereka masing-masing. Suara bel yang berbunyi menandakan kelas sastra ini akan segera di mulai.
Joo hyun menghapus dengan kasar air matanya. ia berusaha membuat sekitar matanya kering, agar tak seorang pun tahu bahwa ia telah menangis.
“Perhatian untuk seluruhnya, kita akan kedatangan mahasiswa baru di kelas ini. ia pindahan dari Tokyo University. Dia akan menjelaskan detail dirinya kepada kalian nanti. Aku harap kalian bisa menerimanya dengan baik.” Ucap dosen Han, sang wali kelas Sastra Inggris ini.
Hanya perlu waktu 1 detik, kelas ini menjadi gaduh karena menunggu sang mahasiswa baru tersebut. Tapi tidak untuk Joo hyun, perasaannya saat ini di selimuti oleh rasa sedih, sehingga ia tak tertarik dengan kondisi kelas nya  sekarang.

“Masuklah.” Perintah dosen Han pada murid barunya. Kehadiran murid itu mengalihkan semua mata para murid di sana. Mereka terpesona akan sosok yang berdiri di hadapan mereka saat ini.
Tapi, namja itu tak tertarik akan tatapan para yeoja di sana. Ia lebih tertarik melihat Joo hyun setelah ia menemukan sosok yang ia cari sebelumnya.
Dari matanya, Joo hyun tertunduk tak melihatnya sama sekali. Membuat sosok namja itu menyeringai di balik wajah eksotisnya.
“Silahkan perkenalkan dirimu.”
“Ye, gamsahamnida. Jeoneun Kai imnida, bangapsemnida.”
Sontak perkenalan itu membuat Joo hyun mendongakkan kepalanya seketika, perhatiannya kini tertuju pada seseorang yang berdiri di depan kelasnya. mata Joo hyun pun membulat menangkap sosok namja yang kini tersenyum ke arahnya.
“Silahkan duduk di kursi depan nona Bae.” Perintah dosen itu, Kai mengangguk mengiyakan.
Kai berjalan kearah kursinya, di ikuti oleh tatapan kagum dari yeoja di sana. Mereka semua seakan berlomba ingin menetahui Kai lebih jauh. Tapi sayang, Kai tak tertarik sama sekali.
Kai duduk di kursinya, yang berada tepat di depan Joo hyun duduk. Mata mereka bertemu, namun dengan cepat Joo hyun mengalihkan pandangannya. Ia teringat pesan Sehun padanya, bahwa dirinya tak boleh bicara pada namja ini.
Melihat sikap Joo hyun, yang seolah mengacuhkannya membuat Kai lagi-lagi tersenyum miring dan memfokuskan pandangannya pada pelajaran saat ini.

Joo hyun terus menulis sesuatu yang entah itu apa di buku pelajarannya, ia sungguh tak fokus dengan materi yang di sampaikan dosen saat ini. padahal, sebentar lagi akan ada ujian semester untuk kelasnya.
“Ck..huh” decak Joo hyun kesal, ia mencoret kertas itu dengan kesal. Ia berusaha menarik napas agar pikirannya bisa kembali tenang. Tak lama setelah itu, ia menatap intens sebuah punggung namja di depannya.
‘Sebenarnya apa mau namja ini ? apa semua tuduhan Sehun terhadapnya benar ?’ gumam Joo hyun yang kembali memfokuskan pada kertas yang sudah tak suci lagi dengan coretannya.
“Pst..Pst.. Joo hyun-sshi ?”
Panggilan itu sontak membuat Joo hyun terdongkak, ia membulatkan matanya terkejut. Rupanya panggilan itu berasal dari Kai yang kini memutarkan kepalanya demi bisa melihat yeoja itu.
“Apa kau mengerti maksud penjelasan dosen Han ? ehm.. sepertinya aku kurang paham.” Tutur Kai dengan wajah kesulitan yang ia tunjukan kepada Joo hyun.
Joo hyun nampak gelagapan menjawab ucapan Kai, pasalnya ia juga sedang tak fokus dalam pelajarannya saat ini.
“Ehm..aku.a..aku, kau lihat saja penjelasan dosen Han dengan baik. Ku pasti akan mengerti setelahnya.” Jawab Joo hyun apa adanya. Nampak sekali ia bicara dengan gugup.
Kai menyeritkan alisnya, ia heran akan sikap Joo hyun padanya.
“Ya, kau takut padaku ?” tanya Kai yang lagi-lagi membuat Joo hyun terkejut.
Yeoja itu terlihat sedikit bergetar. “Ehm.. apa maksudmu ? kau kan teman baruku.”
“Tapi kau terlihat ketakutan. Apa aku telah berbuat sesuatu yang membuat mu merasa seperti ini ? “
“ANIYO! “ jawab Joo hyun dengan lantang, membuat keadaan kelas sunyi dengan sekejap, semua mata memandang tak suka kearah Joo hyun, begitu dengan dosen Han yang menatap tajam ke arah mahasiswanya itu.
Kai hanya menanggapinya dengan wajah polos yang ia miliki, ia berbalik membelakangi Joo hyun seolah tak terjadi apapun.
“Wae geurae Joo hyun-sshi ? apa kau ada masalah dengan materiku ?” tanya dosen Han dengan tegas.
Joo hyun bangkit, ia segera menunduk meminta maaf akan ke gaduhan yang di sebabkan olehnya.
“Jeongseonghamnida, seonsengnim. Ini karena aku mengganggunya tadi, aku sedikit tak mengerti dengan materi yang kau sampaikan. Jadi aku mencoba bertanya kepada Joo hyun-sshi. Aku seharusnya yang meminta maaf.” sela Kai mencoba membela Joo hyun.
Joo hyun cukup terkejut akan sikap Kai yang telah menyelamatkannya. Tapi sungguh kali ini ia sangat berterima kasih.
Namun, semua pandangan yeoja di kelas itu semakin memandang Joo hyun dengan benci.
“Huhf, baiklah. Duduk kembali, aku akan menjelaskan lagi setelah ini.” respon dosen itu yang kembali melanjutkan tugasnya.

@ 4 p.m KST
Kelas Sastra Inggris baru saja di bubarkan, semua mahasiswa di kelas itu lekas beranjak dari posisi mereka. Hanya butuh waktu beberapa detik kelas ini sudah cukup sepi, menyisakan Joo hyun dan Kai saja di dalam kelas ini.
Joo hyun terus di sibukkan dengan kegiatannya memasukkan barang-barang kuliah yang berserakan di meja nya itu. Namun tanpa sadar, dirinya terus di perhatikan oleh namja yang ada di depannya itu. Mata nya tak pernah lepas dari setiap gerak-gerik dari gadis itu.
“Ehm,.. mianhae. Aku tak bermaksud untuk membuatmu kesal tadi, atau bahkan untuk mempermalukan dan mengganggumu. Nan jeongmal mianhae.” ucap Kai memcahkan keheningan yang melanda mereka.
Joo hyun mendongkak, menatap Kai dengan seksama. Ia sempat melihat keadaan kelasnya yang telah sepi ini, sebelum ia kembali menatap Kai.
“Gwenchana. Seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku telah bersikap kasar padamu. Bahkan mungkin tidak menghargaimu.” Jawab Joo hyun dengan segurat senyuman di wajahnya. Di lihat dari wajahnya, ia tak lagi marah maupun berprasangka pada namja ini.
“Ahh, kau tak perlu berlebihan seperti itu. Oh ya, apa namja tadi pagi itu namjachingu mu ? eh maksud ku, sepertinya ia sangat posesif sekali padamu.” Lanjut Kai membuat Joo hyun tertawa renyah.
“Haha, entahlah. Aku juga tak yakin menyebutnya sebagai namjachinguku. Tapi hatiku sangat ingin menyebutnya sebagai namjachinguku.” Celetuk Joo hyun membuat Kai sedikit menyeringai.
“Wae ? kenapa kau berkata seperti itu ? tapi kurasa kalian sangat cocok sekali. Mungkin kalian pantas mendapatkan best couple.” Balas Kai sambil mengacungkan kedua ibu jarinya saat Joo hyun berbalik kearahnya.
Joo hyun tertawa kecil menundukkan betapa manis senyum dan tawanya. Membuat Kai cukup terpesona akan pemandangan di depannya.
“Rupanya kau adalah namja yang manis.” Jelas Joo hyun, sanggup menimbulkan senyuman di wajah Kai.
“Joo hyun.” Panggil seseorang dari luar kelasnya, memutuskan percakapan di antara mereka. Joo hyun menengokkan wajahnya ke arah pintu mencoba menemukan sosok yang telah memanggilnya.
‘Tap..Tap..’ hentakan langkah kaki itu menyeruak ke dalam kelas ini. Joo hyun menatap seseorang pemilik kaki itu dengan heran sekaligus terkejut.
Tanpa di sadari raut wajah Kai berubah, ia berdecak kesal sebelum akhirnya ia memilih untuk berdiri tegap menunggu namja yang telah mengganggunya datang.
“Siapa yang menyuruhmu bicara dengannya ?” tanya Sehun sinis sambil menatap dingin ke arah Kai, yang di sambut tatapan datar milik Kai.
“A..aku,”, “Bukankah aku sudah memintamu untuk tak bicara pada seseorang yang baru kau kenal ? setidaknya jika memang terpaksa, mengapa kau tidak mencoba menghindar saja ?!” sela Sehun dengan cepat tanpa melepaskan pandangannya dari Kai.
“Se..Sehun aku bisa menjelaskannya...”,”Kajja, kita harus pulang.” Lanjut Sehun sambil menarik lengan Joo hyun untuk segera meninggalkan kelasnya. Ia tetap memandang Kai, walau kini dengan tatapan horor miliknya sambil terus berjalan.
“Sehun..kau salah paham, Kai namja yang baik,. Kau” suara itu semakin lama semakin samar terdengar di telinga Kai maupun di ruangan ini, seiring dengan semakin jauhnya mereka dari kelas ini.
Kai melihat kepergian mereka dengan lengan yang di lipat di depan dada, ia kembali menyeringai.
“Huhf, ternyata tak mudah memisahkan namja itu dengan Joo hyun, Tsk pantas saja, aku yang di libatkan dalam semua ini. ckckck.. “ gumam Kai, yang selanjutnya ia juga memilih pergi dari kelas yang telah sepi ini.

Joo hyun tetap mencoba menjelaskan siapa Kai sebenarnya kepada Sehun, tapi nmja itu tak kunjung mendengarkannya. Ia terus saja menarik Joo hyun menjauh dari area kelas Sastra tersebut.
Tepat mereka hampir sampai di anak tangga lantai 4, Sehun tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, sehingga Joo hyun lebih leluasa untuk menjelaskan semuanya. Ne semuanya.
“Akhirnya kau mau mendengarkanku. Kai itu..YA!” Joo hyun terkejut, ia spontan mengangkap tangannya untuk menutupi kening indahnya itu. mulutnya pun sedikit terbuka bersamaan dengan matanya yang membulat. Ia merengis kesakitan.
“Dasar yeoja nakal, sampai kapan kau tak ingin mendengarkanku juga, huh ?” Sehun kini angkat bicara, setelah ia sukses mendaratkan sebuah sentilan di kening milik Joo hyun.
Tak berselang lama, Sehun tersenyum meledek membuat Joo hyun semakin geram karenanya.
“Ya, Oh Sehun!” pekik Joo hyun, tanpa ia sangka Sehun segera melarikan diri darinya. Membuat Joo hyun mau tak mau harus mengejarnya.
Mereka saling kejar-kejaran dengan tawa yang tak pernah lepas di wajah mereka. Terkadang tawa itu terselip kekesalan di wajah Joo hyun. Menimbulkan kesan manja di setiap  kegeramannya.
Tak dapat di elak, mereka masuk dalam indahnya bercinta. Mengenang masa-masa indah mereka di saat sesuatu telah berubah. Tapi mereka tak ingat, karena telah larut dalam cinta.
Tak sadar kegiatan mereka, telah menghantarkan sampai lantai dasar kampus ini. bahkan kini Sehun terus membawa yeoja nya menuju halaman sekolah. “Ya, Sehun. Jangan lari kau.” Teriak joo hyun di sela kegiatan lari nya. Sehun malah tertwa melihat Joo hyun yang sangat kepayahan dalam berucap itu.
Dari kejauhan, tepat di lantai 3. Seorang namja memandang kegiatan Sehun dan Joo hyun dengan sayu. Terselip rasa sedih dari tatapan itu. rasa yang mengguncang perasaannya.
Ia semakin sinis saja, tak kala Joo hyun berhasil menyentuh lengan namja nya itu. mereka tertawa bersam, bahagia bersama.
“Ku harap, kau tak pernah mengganggu hubungan antara Sehun dan Joo hyun lagi.” Timpal seseorang, yang melintas di belakangnya. Sontak namja itu,- Baekhyun menengok mencari tau sang pemilik suara.
Yeoja itu telah cukup jauh dari Baekhyun berdiri sekarang. Ia tak menampakkan wajahnya kepada Baekhyun setelah ia berucap cukup menyakitkan untuk namja ini.
Tapi, walau Baekhyun tak dapat melihat wajah sang yeoja, ia tahu siapa yeoja itu sebenarnya. Mulai dari bentuk fisiknya, potongan rambutnya. Ia tahu, walau hanya menatap punggung yeoja itu yang semakin menjauh dari pandangannya, ia Seulgi, siapa lagi.
Tapi, tak berselang lama, Baekhyun tersenyum masam, walau kata-kata yang keluar dari yeoja itu selalu menyakitkan untuknya. Setidaknya Seulgi mau bicara pada Baekhyun setelah kejadian kemarin. Ya, ini cukup membuatnya sedikit senang.
Setelah itu, ia kembali menatap pasangan itu yang kini sudah berada di parkiran kampus. Mata tajam Baekhyun tak pernah lepas dari mereka. Walau pada akhirnya ia memilih pergi. Karena tak sanggup melihat semua itu.
“Khuh...khuhhh.. Kau benar-benar menyebalkan.” Seru Joo hyun di sela deruan napasnya. Sehun tertawa kecil melihat itu, ia kemudian mengaak pelan rambut Joo hyun dengan gemas. Membuat sang pemilik rambut terdiam, ia tak lagi kerepotan mengatur napasnya. Ia kembali normal. Sehun yang melihat itu sedikit terkejut dan heran.
“Waeyo ? kau marah padaku ?” tanya Sehun penasaran dengan senyuman khas miliknya. Bukannya menjawab Joo hyun malah tersenyum kecut, yang membuat Sehun semakin heran saja.
“Ya, Joo hyun. Wae geurae ?” tanya Sehun lagi kini menggenggam tangan sang yeoja.
“Kau berkelahi dengan Baekhyun karena aku ?” tanya Joo hyun balik, yang langsung memudarkan senyum di wajah Sehun. Bahkan kini ia menunjukkan wajah dinginnya.
“Sudahlah, jangan bahas hal itu lagi, kajja kita harus pulang.” Ucap Sehun mengalihkan pembicaraan, sambil memberikan helm pada Joo hyun.
“Wae ? kenpa kau melakukan itu ? apa kau ingin membuatku terus menjadi hinaan ?” pekik Joo hyun dengan suara gemetar. Sehun menengok dengan tajam kearah Joo hyun, ia dapat melihat yeojanya mulai menangis.
“Huh, sejak kapan kau memikirkan ucapan para penggosip itu. biarkan saja mereka bicara sesukanya, karena bagiku kau tak seperti itu. ayo naik.” Timpal Sehun datar, mencoba untuk naik ke motor besarnya. Tak mengubris ucapan dari Joo hyun.
“Kau tak mendengarnya, jadi kau tak merasakannya. Aku begitu hina di depan mereka karena telah menjadi yeoja perebut suami orang.” Lanjut Joo hyun, membuat Sehun menghentikan aktifitasnya. Ia melihat Joo hyun dengan tajam, ia sangat tak suka dengan sikap yeojanya yang selalu memikirkan perkataan orang lain.
Baginya, cukup pergi dari pembicaraan itu semua beres, tapi berbeda dengan Joo hyun. Tak mau ambil pusing ia langsung menarik Joo hyun untuk segera menaiki motornya.
Mereka telah naik di motor itu, Sehun pun menancapkan gas untuk segera meninggalkan kampu ini. ia sempat menengok kearah kanan yang di penuhi oleh pandangan yeoja yang tak suka melihat mereka.
Tapi itu justru membuat Sehun, menarik lengan sang yeoja untuk melingkar di pinggangnya. Menambah panas mata yeoja penggosip itu.
“Heol, apa-apa Sehun itu ?” “Aish jinja, ia benar-benar gila.” Pekik yeoja –yeoja penggosip itu dengan gaduh saat motor Sehun telah melintah dan pergi dari area kampus ini.
Semua tak suka akan sikap Sehun, tapi inilah yang di inginkan namja itu. ia ingin Joo hyun semakin dekat dengannya. Ia ingin semua orang tau bahwa hanya Joo hyun lah gadis yang di cintainya.
Walau tindakan itu sangatlah salah tapi Sehun tak pernah menyadari hal itu. ia terlalu mabuk dalam cinta Joo hyun kepadanya. Ia terlalu memikirkan perasaannya. Memikirkan tentang dirinya dan juga Joo hyun.

To be continued...

Glory GlowWhere stories live. Discover now