2 : Kabel Earphone.

827 89 5
                                    

Kanya memasukki café dekat sekolahnya dahulu, hari ini temannya mengabarkan bahwa dosen mereka membatalkan kelasnya siang ini. Dan, Kanya harus menunggu dua setengah jam lagi sebelum kelas selanjutnya dimulai. Demi menyelesaikan tugas Hukum dan Masyarakatnya gadis itu memilih untuk duduk di café daripada di rumah ia takut tertidur karena memang semalaman Kanya terjaga untuk menyelesaikan tugasnya. Setelah memesan segelas ice Americano gadis itu mengambil tempat duduk dekat jendela. Membuka laptopnya dan mulai mengetikkan sesuatu di sana.

"Atas nama Kanya.." panggilan dari barista membuat Kanya menghentikan aktivitasnya sejenak untuk mengambil pesanan dan membuat seseorang mendadak terpaku menatapnya.

---

Hari ini Biru mendapatkan kabar bahagia, kelasnya hari ini tidak akan dihadiri oleh kedua dosen mereka dalam kata lain laki-laki itu libur. Kemudian, entah bagaimana Vano menyeretnya keluar dari rumahnya saat Biru baru selesai berpakaian setelah mandi. Vano bilang ia harus mengerjakan tugas dan ingin mengenang masa lalu di café dekat sekolahnya dulu. Padahal, seingat Biru laki-laki itu tidak suka berkunjung ke café.

"Lo ngapain sih ngajak gue kesini?" tanya Biru seraya memakan French fries nya.

"Biru, dengarkan Babang Vano ya! Orang yang lagi patah hati itu nggak baik sendirian lama-lama di kamar nanti bisa mati mendadak." Kata-kata Vano di sambut pukulan dari Buku Ejaan Yang Disempurnakan milik Vano.

"Atas nama Kanya.." Biru belum sempat membalas perkataan Vano ketika mendengar kalimat tersebut, matanya memilih untuk memastikan Kanya siapa yang di panggil oleh barista café ini.

Dan, benar itu Kanya-nya, Kanya mantan kekasihnya. Ah, Biru hampir saja melupakan fakta kalau Kanya bukan miliknya lagi.

Biru memperhatikan Kanya yang kini sedang duduk, kemudian laki-laki itu tersenyum saat Kanya mengeluarkan earphone dari saku depan tas miliknya. Earphone itu melilit satu sama lain.

"Earphone bisa kusut dengan sendirinya itu karena, fungsi dari panjang kawat dan jumlah agitasi kawat yang dikenakan. Karena pertemuan itulah mereka jadi melilit satu sama lain,"

"Earphone ini sama kayak kita ya?"

"Walaupun lo udah nyoba membuang perasaan yang lo punya buat gue, dan itu selalu nggak berhasil. Karena hati lo masih terjatuh tepat di tangan gue, sama kayak lo, Nyanya gue juga berharap tuhan bukan sekedar mempertemukan kita. Tapi, kita bisa bersatu suatu hari nanti. Semoga waktu mengizinkan gue untuk jatuh cinta sama lo."

Entah kenapa saat memperhatikan Kanya membenarkan kabel earphone yang kusut lelaki itu teringat dengan perkataannya dulu. Lalu, kemudian malah menimbulkan banyak tanya di kepalanya.

Apa earphone itu masih sama seperti mereka dulu?

Apa Kanya telah berhasil membuang perasaannya?

Apa mereka masih mempunyai harapan yang sama?

Mungkin iya Kanya masih mengingat kata-kata Biru, bedanya adalah gadis itu sudah tidak lagi mempunyai rasa yang sama. Dan, mereka juga tidak lagi memilikki harapan atau tujuan yang sama. Bedanya, kata-kata itu adalah hal yang tidak ingin di ingat Kanya selamanya.

"Udah mantan jangan lagi di lihat-lihat dosa!" Biru tersadar dari lamunannya berkat Vano yang ternyata telah menghabiskan sepiring French friesnya tanpa merasa bersalah.

"Enak ya, Van?"

"Apanya?" Vano bertanya dengan wajah malaikatnya.

"Kentang gue lo abisin enak ya?"

HILANG RASAWhere stories live. Discover now