Sorot Balik: Istana Azuchi

19 0 0
                                    

"hei bocah, kau sudah sadar?"

Aku berusaha mengangkat tubuhku dan sesuatu yang tajam serasa menyayat dadaku. Aku mengerang. Rasanya sakit saat menarik napas. Aku menjatuhkan badanku lagi dengan tidak berdaya.

"jangan bergerak. Kau terluka parah. Kau masih perlu banyak tidur" suara itu terdengar lagi. Aku berusaha menoleh melihat siapa yang berbicara. Rasanya sakit sekali bahkan hanya untuk menoleh.

"siapa anda? Ini di mana? Aku di mana?" kataku susah payah. Suara itu berasal dari seorang wanita tua yang mengenakan kimono cokelat dan tengah duduk di lantai sembari mengaduk teh.

"namaku Mizumi, dan ini adalah istana Azuchi, milik Nobunaga Oda. Kau dibawa ke sini oleh pasukan yang pulang dari perang 4 hari yang lalu." Katanya.

Aku menelan ludah. Nobunaga Oda katanya?

"tu...tunggu... anda bilang 4 hari? Maksudnya aku sudah tertidur selama 4 hari?" kataku tak percaya. Nenek bernama Mizumi itu meminum teh perlahan.

"ahh...tehnya sangat enak. Oh ya.. sekitar itu. Aku tidak terlalu menghitung berapa lama. Sudahlah, aku baru menyeduh teh. Apa kau mau minum?" kata Mizumi, Ia mengangkat cawannya ke padaku.

"arigatou, tapi aku tidak bisa bergerak...kurasa..." jawabku.

"hem, benar juga." Mizumi kembali meminum tehnya.

"aku...kenapa seorang Nobunaga Oda membawaku ke sini? Kenapa dia menolongku? Kenapa...Mizumi-san?" tanyaku. Mataku menatap langit-langit kamar yang berlukiskan bunga sakura.

"aah...kau banyak sekali bertanya. Aku ini hanya wanita tua. Lebih baik kau bertanya langsung pada Nobunaga-dono" kata Mizumi enteng, dia menyibukkan diri menyeduh teh lagi.

"apa...maksudnya aku harus bertanya langsung? Tidak.. aku bukan siapa-siapa...aku hanya seorang yang bukan apa-apa, dan aku tidak bisa, tidak pantas untuk bahkan sekedar berbicara dengan Nobunaga Oda!" aku merasa suaraku bergetar seiring tiap kata yang kuucapkan. Entah kenapa, membicarakan diriku sendiri membuatku emosional.

"lagi-lagi kau bicara terlalu banyak, bocah. Tidakkah kau pikir kau harusnya beristirahat?" kata Mizumi, Ia meletakkan beberapa cawan dan teko teh di atas nampan.

"tapi, Mizumi-san..." kataku, merasakan kebingungan yang benar-benar rumit. Banyak hal yang ingin kutanyakan pada wanita tua itu. Tapi, tiba-tiba kepalaku terasa berdenyut aneh. Aku mengerang lagi, memegang kepalaku.

"benar-benar bocah. Apa kau tidak bisa tenang dan tidur? Satu-satunya yang bisa kujawab adalah kamu terluka sangat parah ketika dibawa ke sini. Yah, sesuatu menghantam kepalamu dengan keras. Tidak tau benda apa yang mungkin membuatmu seperti itu" Mizumi menjelaskan.

"a...anda tau darimana?" tanyaku di sela rasa sakit yang kurasakan. Rasanya sekarang berdenyut di pelipis kiriku.

"aku yang merawatmu. Aku salah satu dokter di klan ini. Obat yang kuberikan padamu sedang bekerja dan mungkin memberi beberapa efek samping. Sekarang lebih baik kau coba untuk tidur lagi." Kata Mizumi-san. Ia beranjak sambil membawa nampan dan kemudian keluar dari ruangan tempatku berbaring.

Aku merasakan keringatku bertambah banyak. Punggungku sekarang juga terasa tidak nyaman. Aku ingin sekali bangun dan memberi angin pada punggungku tapi tanganku terasa tak bertenaga. Ah, mengapa bahkan saat aku telah diselamatkan, aku tetap seperti mati, tetap tak ada bedanya dengan mati? Aku akhirnya menangis.

Sengoku : Another StoryWhere stories live. Discover now