Jam menunjukkan pukul setengah enam. Matahari masih malu-malu muncul. Ditambah gerimis di pagi ini menyebabkan langit bertambah gelap.
Keadaan di halte itu cukup sepi. Hanya ada beberapa orang di sana. Termasuk Mark. Bagi pelajar, jam setengah enam itu masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah. Apalagi di suasana seperti pagi ini, membuat orang semakin malas. Tetapi tidak untuk Mark, dia sudah biasa pergi ke sekolah sepagi ini.
Semua orang di halte itu kelihatan sibuk dengan dunianya sendiri. Mark kelihatan bosan. Menurutnya, menunggu bersama orang yang tidak ia kenali membuat semakin lama saja.
Pemuda alis camar itu duduk diam. Dan memilih memandangi gerimis yang semakin deras saja. Mark mengernyitkan dahinya saat mendengar suara nyanyian, walaupun lirih.
Ia menoleh ke orang di sebelahnya. Suara nya lirih, mungkin hanya Mark yang bisa mendengarnya. Orang itu menggunakan jaket hitam yang menurut Mark kebesaran, dengan tudung yang menutupi kepala.
Mark terdiam mendengar suaranya. Ia terpesona. Lagu yang bagus.
"Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Itsuka no yume no sora no yō ni
Haretara kin no suzu ageyo
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Watashi no negai wo kiita nara
Amai o-sake wo tanto nomasho
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Sorete mo kumotte naitetara...Tetapi Mark juga merinding.
....Sonata no kubi wo chon to kiru zo."
Mark bukan orang Jepang, ataupun bisa berbahasa Jepang. Tetapi, ia tahu arti lagu itu. Mungkin jika dilihat, lagunya tidak aneh. Tetapi, jika dilihat pada lirik akhir, Mark merinding.
"Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru
Jangan membuat esok hari yang cerah
Seperti langit dalam mimpi suatu waktu
Jika cerah aku akan memberimu sebuah bel emas
Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru
Jangan membuat esok hari yang cerah
Jika Anda membuat keinginan saya menjadi kenyataan
Kami akan minum banyak anggur beras manis
Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru
Jangan membuat esok hari yang cerah
Tetapi jika awan menangis (hujan)
Lalu aku akan memotong kepala."Mark diam. Tidak peduli dengan lagu itu. Ia kembali memandangi gerimis, dengan alunan musik internal dari seseorang disampingnya, yang terdengar menyeramkan.
Setelah beberapa menit, akhirnya bus datang. Mark segera berdiri tergesa-gesa dan langsung masuk bus. Ia sudah lelah menunggu.
Di dalam bus terlihat sepi, walaupun ada banyak penumpang. Mark mendudukkan dirinya di sebuah kursi. Dan bus mulai melaju.
"Eh?" ucapnya kaget ketika ada yang menepuk bahunya. Mark terkejut, yang menepuknya itu si Teru-Teru Bozu. "Ada apa?"
Si Teru-Teru Bozu itu memberikan sebuah novel misteri kepadanya. Mark terlihat bingung, sedetik kemudian ia tersenyum dan mengambil novel itu. "Terima kasih....?"
Si Teru-Teru Bozu itu berdiri menghadap depan, terlihat cuek. "Donghyuck, biasa dipanggil Hyuck."
"Oh, thanks ya Hyuck! Salam kenal, gue Mark," ucap Mark. Donghyuck menatap depan sambil mengangguk singkat.
Jarak rumah Mark dengan sekolah tergolong cukup jauh. Butuh waktu sedikit lama untuk sampai. Itulah salah satu alasan Mark berangkat pagi.
Bus berhenti di halte depan sekolah persis. Banyak pelajar berseragam sama dengan Mark yang turun.
YOU ARE READING
Teru-Teru Bozu | MarkHyuck
FanfictionSuara nyanyian seseorang di halte pagi itu membuat Mark terpesona, sekaligus merinding.