06. he came

4.1K 769 70
                                    

ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, seperti biasa Sara harus menghabiskan waktu di kamar mandi selama hampir satu jam lamanya, memuntahkan semua sarapan yang bahkan baru beberapa suap masuk ke dalam mulutnya.

Menyiksa, tentu saja. Hanya saja, Sara tidak keberatan dengan itu. Entah itu morning sickness yang kata dokter tidak seperti wanita hamil lainnya, mengingat daya tahan tubuh Sara tidak bagus. Ataupun pening yang selalu menderanya di sela-sela waktu bekerja, Sara sudah terlalu biasa dengan segala jenis kesakitan. Seolah sakit raga maupun batinnya sudah menjadi makanan Sara setiap harinya.

Sara mendongak, menatap pantulan dirinya di cermin. Melihat dengan jelas bagaimana menyedihkan dirinya, rambut yang di kuncir asal, kantung mata hitam melingkar, juga sudut bibirnya yang masih memperlihatkan luka bekas tamparan ayah kemarin.

Dengan langkah gontai, Sara membawa kembali dirinya ke dapur. Sepertinya hari ini Sara tidak bisa makan bubur lagi, itu hanya akan berakhir sia-sia. Hanya buah-buahan yang membuat Sara tidak mual dan memuntahkan kembali makanan yang telah ia telan.

Sejauh ini Sara masih tidak ingin bertemu siapa pun, entah itu Jongin maupun kedua orang tuanya.

Terutama Oh Sehun.

Namun, kedua Netra Sara tidak dapat berbohong. Di sana, di dekat meja makan. Persepsi Sehun berdiri tegak dengan kedua tangan bersedekap, menatap lurus pada kedatangan Sara.

Tanpa sadar kedua tangan Sara memeluk perut, irisnya balas menatap lurus, tentu hal tersebut tidak lepas dari perhatian Sehun. Melihat hal itu, Sehun hanya mampu mendengus dingin. Wanita ini.

Sara tidak mengerti, jelas-jelas Sehun menghindarinya selama beberapa waktu terakhir. Menolaknya mati-matian, bahkan bersikap seolah tidak pernah mengenal Sara sama sekali.

Tetapi, kini lelaki itu datang sendiri ke persembunyian Sara, berdiri dengan harga diri penuh di dapurnya. Oh, jangan lupakan wajahnya yang penuh lebam seperti habis di hajar habis-habisan. Kemungkinan lelaki itu di pukuli beberapa pengunjung klub saat datang ke tempat terkutuk itu. Jelas Sara tahu betul bagaimana kelakukan bajingan Sehun, kehidupan lelaki itu jika bukan kantor jelas hanya seputaran para wanita dengan selangkangan kendor, dan klub malam.

Bukankah itu menjelaskan bagaimana bajingannya seorang Oh Sehun, dan Sara dengan tololnya terjatuh pada lelaki brengsek itu.

Masih dengan pandangan lurus, Sara membuka suara, "Kenapa kau kemari?" Sara akhirnya bertanya, menatap lamat-lamat bagaimana Sehun yang berdiri menjulang di dapurnya, membuat dapur menjadi terasa sempit karena eksistensi lelaki itu.

Tidak ada Kim Sara yang anggun dan ramah, tidak setelah hari di mana Sehun menolaknya mentah-mentah. Hari di mana untuk yang ke sekian kalinya Sara datang menemui Sehun, untuk memberitahu pasal kehamilannya. Berkali-kali juga Sara mendapatkan penolakan.

Trauma [M] - END -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang