First Kiss

3.7K 388 68
                                    

PS: jika saya membuat kesalahan, jangan ragu untuk mengatakannya.  Ma kasih udah tetap bersama saya di cerita ini.

-------

Selama satu setengah tahun Beam mencoba menjauh dari forth. Dia memilih menghabiskan waktu di sekolah. Mengerjakan tugasnya di laboratorium komputer sekolah dan tidak dirumah Forth. Atau menghabiskan waktunya belajar di perpustakaan. Ia juga berhenti mengirimi Forth pesan setiap malam.

Dia berpikir semua hal tersebut akan membuat Forth menjauh darinya. Tapi tidak. Jika dia pulang malam, Forth akan menunggunya. Jika Beam mengerjakan tugasnya di laboratorium komputer sekolah, Forth akan bermain game dikomputer sebelah Beam. Jika Beam pergi ke perpustakaan, tempat yang dibenci Forth, Forth tetap akan mengikuti Beam. Dia akan bermain Game di handphonenya sambil duduk diam disebelah Beam. Jika Beam tidak mengirimkan pesan seperti janjinya maka Forth yang akan menelponnya setiap malam. Jika Beam tidak mengangkat telponnya, Forth akan mendatangi Beam hanya untuk mengucapkan selamat malam padanya. Jadi Beam belajar untuk mengangkat telpon Forth. Dia tidak ingin membangunkan seisi rumah hanya karena Forth ingin mengucapkan selamat malam padanya.

Petugas perpustakaan sudah terbiasa melihat Forth dan Beam setiap hari. Semenjak ada Forth dan Beam, perpustakaan selalu penuh. Walau kebanyakan para siswi datang berkumpul hanya untuk melihat Forth dan Beam. Mereka seperti superstar sekolah ini. Forth sendiri tidak peduli pada puluhan pasang mata yang menatapnya. Terkadang dia tidak melakukan apapun selain bermain game di handphonenya. Dia juga tidak peduli bahkan ketika Beam menolak bicara padanya. Penjaga perpustakaan merasa simpati padanya dan mengizinkan Forth membawa makanan. Hanya Forth.

"Sruuuupppp" Forth menyedot sisa capuccino dari gelasnya.

/Plak/

Beam memukul kepala Forth kuat. Forth meringis.

"Apa kamu tidak punya malu. Tidak ada yang membawa makan ke perpustakaan selain kamu" ujar Beam kesal. Forth mendesah dan menatap Beam.

"Bahkan bibi penjaga perpustakaan bersikap begitu baik padaku. Tidak bisakah kamu juga bersikap sedikit manis padaku" ujar Forth sambil cemberut. Beam menatap Forth sesaat sebelum berdecak dan kembali membaca bukunya

"Aku tidak memintamu mengikutiku" ujar Beam dingin "Jadi diamlah. banyak orang kemari untuk belajar" tambahnya ketus

Forth sudah terbiasa dengan sikap dingin Beam. Selama satu setengah tahun Beam bersikap dingin padanya. Terkadang memperlakukannya seakan dia tidak ada. Hari ini dia sedikit beruntung. Beam mau berbicara padanya didalam perpustakaan.

"Gezz...kamu tidak harus belajar. Para guru bahkan akan membiarkanmu lulus tanpa kamu ujian sekalipun"

Beam hanya memutar bola matanya tanpa merespon ucapan Forth. Forth bersander pada kursinya dan meletakkan kakinya di kursi didepannya.

"Apa Wali Kelas sudah memanggilmu?" tanya Forth tiba-tiba

Beam masih tidak mengatakan apapun. Tapi bukan Forth namanya jika dia menyerah begitu saja.

"Dia memanggilku siang tadi dan bertanya soal apa yang ingin aku lakukan setelah lulus SMA" perkataan Forth soal masa depan membuat Beam berhenti membaca bukunya. Tapi dia masih tidak memalingkan wajahnya pada Forth.

"Kamu tahu apa jawabanku?" tanya Forth.

Beam mengigit bibir bawahnya. Dia penasaran tapi dia berusaha agar Forth tidak melihat reaksinya.

Forth melirik Beam tapi Beam tidak mengatakan apapun. Dia masih menatap bukunya lekat. Forth mendesah. Dia terdiam untuk beberapa saat. Beam terus menanti. Tidak ada satupun yang bicara diantara mereka. Rasanya Beam ingin menarik kerah Forth dan memaksanya bicara. Tapi dia memilih diam.

Mine, Now and ForeverWhere stories live. Discover now