The Truth Untold -19

220 22 3
                                    


Berlin, Jerman

Pagi itu Sojung terbangun lebih dulu, ia megerjap sebentar lalu menoleh kearah Jimin yang masih tertidur pulas disamping nya. Gadis itu duduk sebentar kemudian mengikat rambutnya dan segera pergi ke kamar mandi, hari itu ia akan pergi menemani Jimin bertemu dengan klien berliannya di pusat kota Berlin. Ia memutar keran air di wastafel nya dan mencuci wajahnya terlebih dahulu, setelah selesai ia melanjutkan dengan menyikat gigi nya.
" Guten Morgen (Selamat Pagi) " Sojung terkejut saat mendengar seseorang berbicara dengan bahasa asing. Gadis itu mendelik dan menatap tajam kearah kaca, kemudian bernapas lega setelah melihat siapa yang berada dibelakang nya. Jimin tersenyum dan dengan wajah setengah mengantuk ia menatap cermin didepannya sambil merapikan rambutnya yang berantakan..
Tiba-tiba ia memeluk pinggang gadis itu dan diam disana, Sojung mengambil sikat gigi baru didepannya dan mengolesnya dengan pasta gigi lalu memberikannya pada pria itu.
Jimin mengambilnya dan mulai menyikat gigi nya sambil terpejam, menggosok nya dengan seksama dan kemudian mencuci mulutnya. Sojung mengambil handuk bersih setelah mulutnya bersih dari busa, ia juga sempat membantu Jimin mengeringkan daerah sekitar bibirnya dan menyuruhnya mencuci muka..
" Aigoo.. Dingin.. " keluh Jimin saat air dari keran itu membasuh wajahnya.
" Ini air hangat, mana mungkin dingin.. " sahut Sojung sambil memoles wajahnya dengan skincare.
Jimin tak menjawab, ia hanya terus tersenyum dan melanjutkan kegiatannya. " Bertemu Klien jam berapa? " tanya Sojung masih serius menepuk-nepuk kulit wajahnya.
" Siang jam 2, masih lama.. Kita bisa berkeliling kota dulu.. " jawab Jimin
Entah apa yang dipikirkannya, pagi itu gadis itu terlihat begitu menarik dimatanya, ia mengentikan gerakan tangan Sojung dan menatap nya sejenak.
" W.. Wae? Ada yang salah? " kata Sojung terbata-bata.
Gadis itu menangkap sinyal tak biasa dari mata pria itu. Entah apa yang sedang dipikirkan nya tapi, tatapan itu membuat Sojung tak nyaman..
" Saranghae... " bisik Jimin.
Kemudian pria itu mengangkat tubuh mungil dihadapannya dan menempatkannya duduk di dekat wastafel. Sojung terkejut, tak ada yang bisa dilakukannya lagi selain melongo seperti gadis bodoh..
" Jimin-ssi " bisik Sojung
" Biarkan aku melakukannya kali ini... " gumamnya.
Sojung tak percaya dengan apa yang didengarnya tadi, gadis itu sadar mereka sudah menikah tapi, ia sama sekali belun pernah bersentuhan lebih serius dari pada sebatas ciuman. Tangannya gemetar, ia tak bisa berpikir lagi..
Kemarin bahkan mereka sudah sepakat untuk pisah kamar. Ia tak tahu sekarang harus melakukannya atau tidak?
" Sojung ah? " suara Jimin membuyarkan lamunan nya.
" A.. Y.. Ye.. " jawab Sojung terbata-bata..
Jari-jari pria itu sudah bergerak menuju tali piyama yang dikenakan Sojung saat itu, jantung gadis itu berdetak begitu kencang hingga ia kesulitan bernapas, ia memejamkan matanya..
Pria itu sudah berhasil membuka ikatan piyama itu, Sojung merasakan kalau wajah Jimin sudah hampir mendekat ke wajahnya hingga ia merasakan nafas itu membelai lembut pipinya.
Sojung makin mengerutkan matanya, berusaha menutup matanya erat-erat hingga tubuhnya gemetar.
" Sojung ah.. Ayo sarapan... " Gadis itu membuka matanya lebar-lebar setelah mendengar bisikan suara pria itu.
Jimin tertawa puas setelah melihat ekspresi wajah gadis itu, ia tertawa hingga suaranya terdengar menggema di kamar mandi itu. Ia benar-benar senang sekarang setelah mengerjai Sojung..
" PARK JIMIN " seru Sojung gemas
Ia malu, wajahnya bahkan terlihat memerah karena darah sudah mengumpul di pembuluh darah wajahnya. Ia meninju pelan dada Jimin sambil menunduk malu..
" Hahahaha.. Melihat wajahmu seperti itu membuatku tak tega melakukan apapun " ledek nya.
" Geumanhae... " kata Sojung ikut tertawa
" Polos wajahmu membuatku berpikir panjang.. Aku, berjanji tak akan berbuat sesuatu diluar kendali ku " kata-kata itu berhasil membuat gadis itu merasa lega, entah kenapa tapi.. Kali itu ia merasa taidak begitu berguna untuk jadi seorang istri. Ia bahkan tak bisa berbuat selayaknya seorang istri untuk suaminya, itu yang membuatnya begitu takut.. Takut akan sampai berapa lama Sojung benar-benar bisa memberikan seluruh hati dan jiwa nya untuk pria yang sudah menikahinya itu.
" Mianhe, sayang.. " ucapan itu terdengar begitu tulus keluar dari bibir manis pria itu. Ia bahkan tak bisa berpaling menatap wajah Jimin walaupun hanya sedetik.
Sojung memeluknya..
" Aku yang seharusnya minta maaf.. " bisik Sojung menyesal
" Gwenchana.. Aku, hanya butuh kau ada disampingku.. Tidak lebih.. " ujar Jimin membalas pelukan gadis itu.
Sojung mendekap tubuh itu lebih keras, ia merasa begitu nyaman hingga bisa menyandarkan kepalanya dibahu nya yang kokoh itu.
Tiba-tiba pria itu melepaskan pelukannya, ia bergeser ke arah wastafel dan membasuh mulutnya dengan air lagi. Darah segar mengalir lagi dari sana..
" Jimin-ssi... " seru Sojung panik..
Ia berusaha turun dari tempat ia duduk dan menatap pria itu dengan tatapan khawatir. Jimin masih membasuh mulutnya berkali-kali hingga Sojung mendengar suara seperti orang muntah. Tangan pria itu sudah mengepal, tubuhnya bergetar hebat, dan kulit nya mendadak memucat.
Darah keluar makin banyak dari sana, tak ada yang bisa dilakukan Sojung. Melihat Jimin seperti itu membuatnya menangis tersedu-sedu hingga jatuh lemas ke lantai. Ia memegangi kain piyama yang dikenakan pria itu..
BRUGHH..
Jimin terjatuh, ia terkapar dilantai dengan suara keras. Kaki nya mengejang dan nafasnya terdengar tidak beraturan..
" J.. Jimin.. Jimin-ssi.. " panggil Sojung ketakutan, ia pergi menyangga kepala pria itu dipahanya ..
Darah masih mengalir, tapi itu dari hidungnya..
" S.. S.. Soj.. Sojung.. Mianhe, mianhe.. Mianhe.. " bisik Jimin berusaha berbicara
Sojung menangis kejar.
" Uljimarayo.. T.. Tolong ambil alat suntik dikoper .. " pinta Jimin
Sojung mengangguk dan meletakkan kepala pria itu perlahan, lalu bergegas membuka koper silver milik Jimin. Dengan tangan gemetar ia mulai mengacak isi koper itu dan menemukan sebuah kotak persegi berwarna hitam, ia membukanya..
" Ini?? " seru Sojung kearah Jimin
Pria itu mengangguk pelan.
Sojung membawa alat suntik yang sudah terisi cairan itu kepada Jimin..
" Bagaimana aku bisa menyuntikannya " bisik Sojung sambil menangis, tangan nya mulai lemas hingga jarum suntik itu jatuh beberapa kali.
" D.. Disini.. " Jimin meraba lengan kiri nya dan menunjukkan bagian mana yang harus disuntik dengan jarum itu.
Sojung menemukan pembuluh darah itu, tanpa ragu ia menempelkan benda tajam itu kekulit lengan pria itu hingga jarumnya terbenam kedalam kulit Jimin, gadis itu menekan semua cairan didalam tabung panjang itu dan langsung melepaskannya kembali. Jimin sudah tak bergerak tapi matanya masih terbuka, gadis itu melihat airmata mengalir dari sana..
Sojung mengusapnya dan perlahan mencium kening pria itu. Wajahnya sudah memucat dan nafasnya sudah mulai kembali normal, Sojung menyeka wajah dan tangannya dengan handuk basah agar tubuh pria itu bersih.
" Kita kerumah sakit ya.. Aku akan mencoba panggil ambulans.. " kata Sojung masih terisak..
Tiba-tiba tangan pria itu bergerak menghentikan Sojung, ia menggeleng..
" Hajima.. Aku akan segera pulih setelah beberapa menit.. " pinta Jimin
" Jimin-ssi " bisik Sojung terisak
" Gwenchana.. Maafkan aku karena membuatmu takut.. " ucapan itu sudah terdengar begitu jelas.
Sojung terisak makin keras, ia menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia bukan takut.. Hanya saja ia tak tahu apa yang harus ia perbuat tadi, sungguh memilukan melihat kondisi Jimin seperti itu. Membuat Sojung makin yakin, kehadirannya disamping pria itu memang sangat dibutuhkan.. Ia tak bisa membayangkan jika tadi tak ada orang yang menolongnya.
" Uljimarayo Sojung-ssi " kata Jimin dengan suara lemas
" A.. Aku, aku minta maaf karena aku hampir saja terlambat menolong mu.. " bisik Sojung masih menangis.
Jimin tersenyum kecil,
" Gwenchana, gwenchana, aku sudah merasa lebih baik sekarang. Itu bukan kesalahan mu, itu.. Kesalahan ku.. "  ujar Jimin, pria itu berusaha bangkit untuk duduk. Ia berusaha sekuat tenaga walaupun tangannya masih bergetar, ia tak menyangka akan mengalami hal itu lagi hanya karena ia lupa minum obat nya kemarin.
Perlahan Sojung mendekat, ia meraih tangan pria itu dan memeluk tubuhnya yang kekar. Jimin kaget, ia berusaha menjauh agar piyama gadis itu tidak kotor karena noda darah yang sudah membanjiri sebagian piyama putih itu.
" Sojung ah.. " Jimin bergeser dan menggeleng, ia tak ingin gadis itu mendekat.
" Jimin-ssi, berbagilah.. Jika rasa sakitnya begitu menyiksa mu. Aku.. Aku akan melakukan apapun agar kau bisa sembuh, agar kau bisa bertahan hidup.. " bisik Sojung.
Tak ada yang berbicara lagi setelah gadis itu bicara, yang pasti kali itu hati pria dihadapannya itu tersentuh, ia bingung sekaligus takjub setelah mengenal gadis itu selama ini. Terkadang ia merasa tak begitu pantas meminta gadis itu berada disamping nya dan melupakan cinta sejatinya, tapi ia tak sanggup, tak sanggup kalau gadis itu pergi dari sisi nya. Jari-jemari nya mulai bergetar, pria itu meneteskan airmata..
" Aku.. Melihat mu tersenyum saja sudah bisa mengobati rasa sakitnya. Maka dari itu, aku mohon.. Selama berada disamping ku, jangan menangis.. " pinta Jimin.
" Ba.. Bagaimana bisa.. Melihatmu seperti ini membuat hatiku makin terluka, aku gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa. Aku terkadang merasa tak pantas berada disamping mu, aku hanya gadis biasa yang tak punya keterampilan. Andai saja istrimu ini seorang gadis yang berpendidikan.. Pasti ia tak akan takut menelpon ambulans dan membawa mu pergi kerumah sakit. Sedangkan aku.. Aku bodoh, Tak bisa membantu apa-apa " gumam Sojung menyesal.
" Tidak seperti itu, kau hanya terlalu special.. Aku hanya butuh kau disampingku dan tersenyum, kau bilang tak punya keterampilan? Kau bilang kalau kau ini bodoh? Itu salah.. Kau bahkan jauh daripada gadis yang berpendidikan.. Kau, bisa membuatku melupakan segalanya hanya dengan melihatmu tersenyum. Kau begitu special, itu alasan pria itu begitu mencintai mu... " ucap Jimin dengan tulus, tangannya mulai bergerak menggapai kepala gadis itu. Ia mengelus lembut rambutnya lalu tersenyum, pria itu tak ingin membuat gadis itu menguras airmata karena melihatnya menderita, sangat tak adil baginya untuk merasakan semua ini.
" Aku begitu mencintaimu.. Sojung "
Kata-kata itu terdengar begitu manis di telinga gadis itu, ia mulai tersenyum dan mengangguk.
" Saat tersenyum wajahmu kelihatan begitu bercahaya, Aniya.. Cahaya apa itu.. Silau sekali.. Aku sampai tak bisa menatap wajahnya? Apa Anda turun dari kayangan? Apa Anda bidadari yang ada di dongeng itu? " seru Jimin bercanda
Sojung tertawa dan menepuk bahu pria itu pelan.
" Hentikan.. Kau terlalu berlebihan.. " balas Sojung sambil tersenyum lebar. Ia menghapus air mata nya dan tersenyum lagi.
" Aigooo... Airmata nya bahkan berubah jadi berlian.. " goda Jimin lagi
Entah darimana, tiba-tiba ia menunjukkan beberapa berlian dari telapak tangannya.
" Daebak! Kau bawa berlian dari mana? " tanya Sojung takjub
Jimin tertawa..
" Aku selalu menaruhnya di kantong khusus dan menyelipkannya di dalam saku celana.. " jawab nya polos
Sojung menggeleng tak percaya, pria itu bahkan lebih polos dari apa yang ia pikirkan.
" Kulitmu bisa terluka karena benda ini.. Lagipula, nanti berlian itu bisa jatuh dan berserakan ditoilet " ujar Sojung khawatir
" Tidak mungkin, aku sudah melakukan hal ini sejak aku SMA.. Aku suka mencuri beberapa berlian ibuku dan menjual nya ke toko emas untuk membeli game dan pesta pora.. " jawab Jimin dengan suara imut nya..
Sojung meringis dan tertawa pelan..
" Anak Nakal... " seru Sojung bercanda
" Kini aku sudah bisa mengganti nya, dan.. (menyelipkannya ketangan Sojung) hadiah karena kau sudah tersenyum.. Kalau kau bisa tersenyum lebih banyak aku akan memberikanmu lebih daripada jumlah itu.. " bisik Jimin
" Hah, kau ini.. Kau benar-benar seperti anak-anak ya. Lagipula ini berlebihan, aku pun bingung mau menggunakan nya untuk apa. Aku.. Tak butuh barang seperti ini. Aku hanya ingin melihatmu sembuh " tolak Sojung, ia mengembalikan berlian-berlian itu kepada Jimin. Tapi pria itu tak mau terima..
" Aniya.. Simpanlah, ini akan berguna untuk mu suatu hari nanti. Hanya saja, tolong.. Jangan jual cincin pernikahan kita meskipun aku mati suatu hari nanti. Aku sudah membuat itu sejak kau terbaring koma.. " pinta Jimin
Gadis itu menghela nafas panjang dan menatap mata sayu itu dengan tegas.
" Kau tidak akan mati Jimin-ssi, Aku akan terus berada disamping mu. Jadi, aku tak akan pernah menjual atau pun melepaskannya.. " jawab Sojung.
Jimin memberikan berlian itu lagi kepada gadis itu, ia tersenyum puas.
" Sekarang mandilah, aku akan siapkan air hangat untuk berendam.. " kata Sojung.
Ia berdiri dan menyiapkan air mandi untuk Jimin, pria itu bangkit berdiri lalu pergi menghampiri Sojung.
" Terima kasih, istriku.. " gumam Jimin
Sojung tersenyum, ia mengecup pipi pria itu, lalu pergi meninggalkan nya agar pria itu bisa mandi.

The Truth Untold ( Secrets )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang