one.

345 54 28
                                    

biar ngefeel, baca buku ini ada baiknya menggunakan background/them(?) hitam. jangan lupa juga setiap mulmed yang ditaro jangan lupa di play, wajib itu mah.

teroooos, bacanya pelan2

_____

i ; "Everything that you do's hurting me"

_____

BRAK!



"FELIX!"

Felix terperanjat, buru-buru ia menutup novel yang sedang dibaca dan keluar dari kamarnya.

Senyum Felix mengembang melihat siapa sosok yang sedang berdiri di depan pintu, "Ric, tumben jam segini udah-"

"Beresin rumah ya, nanti malem Jeno mau mampir kesini sama pacarnya." Eric melempar tasnya asal lalu melempar dirinya sendiri ke atas sofa, "Mau makan dong, Lix."

"Maaf, Ric. Bahan-bahan habis, belum sempet belanja lagi. Cuma ada indomie, dan kamu nggak mau makan mie 'kan?" Felix mendudukan dirinya disamping Eric.

Tangan Felix tergerak untuk mengelus rambut kekasihnya yang basah karna keringat juga sedikit berminyak, "Kamu capek banget ya?"

Eric berdecak lalu menatap Felix malas, "Nih," ia menyodorkan selembar uang berwarna merah kepada Felix. "Beli sesuatu buat dimasak. Kornet, nugget, apa kek gitu buat dimakan. Malu nanti sepupu gue dateng nggak ada makanan."

"Iya, Ric. Sekalian beli sikat gigi baru ya, soalnya punya kamu-" belum selesai Felix berbicara, Eric sudah melengos memasuki kamarnya.

Felix hanya bisa menghela nafas sambil menatap pintu kamarnya dengan Eric, berulang kali dirinya meyakinkan kalau Eric mungkin sedang kelelahan.








Segitu capeknya ya Eric?

_____

"Nanaaaa," Felix berlari kecil dari dapur menuju ruang tv saat melihat tamu yang ditunggu sudah datang.

"Felll~ Kangen banget ih!" Jaemin-atau lebih sering Felix panggil Nana- memeluk Felix yang masih menggunakan apronnya.

"Huhuhu, iya Fel juga kangen Nana- hai, Jen!" Felix menyapa Jeno yang sedang berdiri dibelakang Jaemin.

"Hai, Lix. Eric mana?"

"Di kamar, kayaknya tadi tidur. Sebentar aku bangunin dulu. Kalian duduk dulu aja, kalau laper ke dapur aja." ucap Felix sebelum meninggalkan Jeno dan Jaemin untuk membangunkan kekasihnya itu.

















"Er-" Felix menutup mulutnya rapat-rapat ketika mendengar suara Eric yang sepertinya sedang menerima telfon dari dalam kamar.

"Enggak kok, by. Hehehe."

"I'm fine, habis ini aku mau makan kok-"

"Iyaaa, janji nggak makan aneh-aneh."

"Nanti lagi ya, bye~"

Felix menatap pintu kamarnya tidak percaya.

Ia benar-benar rindu suara ceria Eric seperti tadi.

Suara itu, suara yang dulunya selalu Felix dengar hampir setiap hari.




Yang tadi telfonan sama Eric siapa?































Felix menggeleng disaat pikiran negatifnya bermunculan.

Enggak, Eric nggak kayak gitu.






















Tok! Tok-

"Kenapa?" Saat pintu dibuka Eric menatap Felix datar, sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Jeno sama Jaemin udah dateng- oh iya, kamu tadi telfonan sama siapa? Kayaknya happy banget suaranya." Felix tersenyum sambil menatap kedua mata Eric, berharap laki-laki itu mau menceritakan sesuatu seperti dulu.

Ia berharap Eric bercerita dengan sendirinya kepada Felix, tanpa Felix yang meminta.

Namun yang Felix harapkan tidak terjadi, Eric tidak merespon apa pun. Laki-laki itu hanya memalingkan wajahnya dan berlalu meninggalkan Felix yang masih berdiri di depan pintu kamarnya dengan pikiran yang bercabang kemana-mana.





Eric lagi capek, Lix.





Felix selalu merasakan sakit di dadanya setiap kali Eric memperlakukannya dengan dingin dan berbeda dari yang dulu, tetapi rasa sakit itu tertutupi oleh besarnya rasa cinta Felix kepada Eric.

Semua perlakuan Eric selalu menyakiti hati Felix.

Tapi Felix sudah terlalu cinta.

Hingga tidak sadar bahwa sudah hampir satu tahun hubungannya seperti ini dengan Eric.

_____

bahasanya aneh ga sih?
kritik sara ayoo!
vomment juga ya ><

stay | felix, ericTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang