1. Our Meet

6 1 0
                                    

Menjadi anak SMA adalah waktu yang paling ditunggu oleh para remaja. Katanya sih, saat menjadi anak SMA artinya gerbang kesenangan akan terbuka. Gerbang kesenangan yang bagaimana ya? Mungkin gerbang kesenangan untuk melihat kakak kelas tampan kali ya?

Tidak bisa dipungkiri saat pertama kali berstatus anak SMA dan memaki seragam putih abu-abu, aku merasa sangat bangga. Entah kenapa, aku merasa lebih percaya diri dan merasa sudah dewasa saat mengenakan seragam SMA. Well, menjadi anak SMA itu ribet, apalagi statusnya masih anak baru (adik kelas/junior). Aku yakin setiap anak SMA pasti merasakan bagaimana galaknya senior dan sok-nya mereka hehe...

OSPEK adalah hal yang sangat menyebalkan, karena semua senior sukanya teriak-teriak, gaktau deh tujuannya apa. Yang jelas menyebalkan sekali, mereka semua galak, walaupun ada yang baik, tetap aja mereka nyebelin.

Aku duduk di bangku nomor 3 deretan pojok (dekat pintu). Awalnya aku duduk sendiri, tapi akhirnya aku duduk sebangku dengan Jesi. Jesi baik kok, walaupun awalnya judes. Ohiya, di depan ku ada Ayu dan Risa. Mereka juga baik, cantik lagi. You knowlah, kalau cantik artinya apa? Inceran kakak kelas pastinya.

Salah satu kebiasaan ku adalah melihat sekeliling kelas, intinya seperti mengamati lah. Kalau tidka salah waktu itu sedang belajar Matematik dengan bapak guru tampan. Katanya sih gitu, tapi memang bapak guru yang satu itu masih sangat muda, dan cool gitu (seperti di film-film).

Suasana belajarnya ya gitu-gitu aja, namanya juga pelajaran Matematika, pasti bikin mumet dan membosankan, tetapi untung ada pemandangan bagus, adem nih hati kalo liat muka bapak guru wkwk.

Awalnya suasana tenang. Tetapi semua berubah saat pak guru meminta salah satu dari kami maju ke depan, dan mengerjakan soal. Wah, dangerous nih. Akhirnya, ada satu cowok yang mengacungkan tangan, dan dengan pedenya berjalan ke depan. Pede abis nih cowok. Tak berselang lama, ternyata terkuak fakta kalau nih cowok pecicilan abis dan sedikit humoris. Aku gak tau siapa namanya, tapi aku merasa tidak asing dengan wajahnya.

"Kamu dari SMP mana?" Tanya pak guru pada sang cowok.

"SMP Kurnia Pak." Jawabnya dengan santai

"Ohh, yasudah kamu boleh duduk kembali."

Aku yang penasaran akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Risa, karena Risa juga berasal dari SMP Kurnia.

"Ris, itu temen SMP lu ya?" Tanya ku pada Risa, sambil berbisik.

"Iya, tap gak pernah sekelas." Jawab Risa, sambil sedikit menoleh.

"Ohh, tapi gue kaya gak asing gitu sama mukanya. Dia dulu SD nya di SD Puri bukan?"

"Iya, dulu dia sekolah di SD Puri."

"Ohh, pantesan mukanya kaya gak asing gitu."

"Lu kenal?"

"Gue dulu sekolah di SD Harapan, kebetulan waktu itu SD gue di renov, numpanglah gue di SD Puri, dan kayanya dulu sering papasan deh sama dia, makanya gue kok kaya pernah liat gitu."

"Ohh, gue kira lu kenal dia."

"Em, dia namanya Ardit bukan?"

"Iya."

"Kalo gue jadi pacarnya dia lucu kali ya? Hihi..." Gumamku dalam hati, sambil tersenyum.

Bel pulang pun berbunyi. Huh lega sekali, akhirnya pelajaran menyebalkan sudah selesai. Saatnya pulangggggg.

***

Hari Kamis yang katanya manis, tapi faktanya sangat tidak manis. Bagaimana bisa manis, jika pelajaran Kimia dan Fisika di gabung pada hari kamis. Suntuk abis.

"Jes, mau tanya koperasi gak, ada seragam batik atau nggak?" Tanyaku pada Jesi.

"Eh iya tuh Ta, kita tanya yuk. Takutnya malah kehabisan lagi."

"Ayuk, mumpung istirahat, kita ke koperasi yuk."

Sesampainya di Koperasi.

"Permisi Bu." Ucap ku, sambil mengetuk pintu yang terbuka.

"Iya nak, silahkan masuk." Jawab guru itu dengan ramah.

"Gini, saya mau tanya, apa kita sudah bisa beli baju batik dan olahraga?" Tanya ku.

"Ohiya bisa, nama kalian siapa?"

"Saya Tata, dan ini teman saya Jesi. Kami dari kelas X IPA 1."

"Ohh gini aja ya. Berhubung kalian yang datang kesini, umumin ke temen-temennya seragam batik dan olahraga sudah bisa di beli. Nanti kalian berdua yang koordinir ya. Catat nama dan ukuran baju. Nanti uang dan namanya kalian setor ke ibu. Tolong ya, maaf jika ibu merepotkan."

"Iya tidak apa-apa bu."

Sesampainya di kelas.

"Temen-temen. Tadi gue abis dari koperasi nanyain seragam. Kata ibunya kalian kalau mau beli seragam batik dan olahraga bisa ke gue, karena gue disuruh koordinir kelas ini." Ucapku sedikit berteriak.

***

Saat yang paling ditunggu tiba. Apalagi kalau bukan jam pulang sekolah. Senengnya, abis ini bobo siang hihi...

"Arletta." Suara khas laki-laki memanggil ku dari arah belakang.

"Iya." Ucapku seraya menoleh.

"Lu Arletta kan?"

"Iya."

"Gue Ardit. Temen sekelas lu."

"Iya gue tau. Ada apa manggil gue?"

"Ini, gue mau kasih uang untuk beli seragam. Catet ya."

"Sebentar gue ambil buku sama pulpen dulu."

"Nama gue M. Ardit Pamungkas. Ukurannya XL ya."

"Oke, gue terima uangnya ya. Besok atau lusa bajunya gue kasih, sambil nunggu temen-temen soalnya."

"Iya gapapa, santai aja. Gue balik dulu ya. Bye."

Wah, gak nyangka, akhirnya dia yang duluan nyapa aku. Senangnya...

Begitulah perkanalan singkat yang sanga tidak terduga. Sadar tidak sadar, ternyata aku sudah menyukai dia sejak SD. Dulu gak pernah bisa kenalan, ternyata kita di pertemukan lagi saat SMA, sangat tidak menyangka.

***

Mohon kritik, saran, dan dukungannya ya temen-temen.

- N_Undetected -

Liebe Ist WegDonde viven las historias. Descúbrelo ahora