Blue Velvet

3.7K 259 48
                                    

"Apa kau makan obatmu secara teratur?" Tanya Tay.

Off mengangguk sambil menatap ke luar jendela.

"Peng, kau tahu kanker otakmu sudah menyebar. Aku sarankan kau untuk segera memberi tahu Gun tentang itu, sehingga kamu bisa mendapatkan perawatan yang intensif." Tay berkata untuk yang kesekian kalinya pada Off.

Off sudah 4 tahun terakhir menderita kanker otak stadium akhir yang diprediksi dapat membunuhnya. Tay Tawan adalah dokter pribadi sekaligus sahabatnya sejak kecil, Tay pernah mengatakan bahwa Off tidak akan mati jika ia segera dirawat tapi tentu saja pria itu tidak pernah mendengarkan perkataannya.

"Aku tidak bisa. Gun bukan orang yang mandiri ... dia harus memiliki seseorang di sampingnya untuk menjaganya. Dia bahkan tidak bisa makan sendirian, seseorang harus menemaninya." Kata Off.

Off dan Gun bertemu di sekolah menengah akhir. Sebelumnya, mereka tidak saling kenal sampai Gun menyelamatkan Off dari hukuman guru. Off meminta Gun untuk tinggal bersama di rumahnya dan mereka menjadi teman serumah sekaligus sahabat.

Mereka memiliki banyak kesamaan. Mereka suka kopi, mereka suka musik, mereka suka makanan manis, mereka benci sekolah dan mereka yatim piatu.

Tidak ada yang berubah dalam hubungan mereka, mereka masih bersahabat tetapi Off mencintai Gun. Dia tidak tahu sejak kapan perasaannya berubah untuk Gun. Apakah setelah Gun mencium pipinya? atau ketika mereka tidur di satu tempat tidur? atau karena waktu yang mereka habiskan bersama? Dia tidak tahu. Yang Off tahu hanyalah, dia jatuh cinta pada Gun Atthaphan.

Selama 10 tahun hidup bersama, Gun selalu membawa teman prianya ke rumah mereka dan memperkenalkan mereka kepada Off. Off tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat pria lain memegang tangan Gun dan menciumnya, karena Off terlalu takut. Dia takut Gun akan meninggalkannya setelah dia mengakui perasaannya kepada Gun.

Bagaimanapun juga, Off akan segera mati. Dia memiliki penyakit yang sama dengan ayahnya, kanker otak. Tidak ada waktu baginya untuk bisa bersama Gun. Itu semua sia-sia baginya.

Gun seperti bulan dan semua bintang cantik di langit malam. Dia matahari yang terbit di pagi hari dan matahari terbenam yang menghiasi pantai. Gun adalah segalanya untuk Off sementara Off hanyalah seorang pria sekarat yang tak ada habisnya mencintainya.

"Lalu?? Kau hanya akan menutup mulut, berpura-pura kamu baik-baik saja dan kemudian mati dengan tenang?"

"Hmm ... itu yang akan aku lakukan."

Dia akan mati, itulah yang dia pikirkan setiap pagi setelah bangun tidur dan yang terakhir dia pikirkan sebelum tidur. Sampai saat itu tiba, dia hanya ingin berada disisi Gun. Merawatnya dan mencintainya secara diam-diam.

***

Off pulang dan menemukan Gun duduk di depan komputer. Dia masih memakai piyama yang ia pakai semalam. Off tersenyum dan berjalan ke Gun lalu melepas headset-nya.

"Kamu masih belum mengganti piyamamu?" Tanya Off, sekarang dia duduk di sebelah Gun. Off bisa melihat air mata Gun yang siap jatuh dari matanya.

"Off ... aku pikir aku akan gila." Gun meletakkan kepalanya di atas meja.

Off mengelus kepalanya dan berkata, "Ada apa?"

Unsaid LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin