8. Pertunjukan

79 7 0
                                    

Hisaki mendecak kesal. Baru saja ia ingin menelpon Adrian. Tapi kini pemuda yang sedari tadi ia cari tersebut tengah naik keatas panggung.

Semua murid menatap Adrian, mereka penasaran dengan penampilan dari pangeran es batu.

Adrian menatap datar kearah mereka, ia berdehem pelan. Jujur saja ia gugup. Menarik nafas dalam-dalam, Adrian memainkan gitarnya sambil duduk di bangku.

(It's Okey - BTOB)

"Yeah yeah~ wo oh~ uh yeah oh~"

Adrian menatap Rania, bibirnya tersenyum tipis. Ia pun melanjutkan permainan gitarnya.

"Eokkaga mugeomnayo~"

Suara Adrian menggema di aula.

"Mugeum jimeul naeryeonokiga Cham swipjin anchyo~"

Kini para siswi menatapnya takjub. Baru kali ini mereka mendengar suara Adrian. Sang pangeran es.

"Nugunga malhaetjyo~ nae kkumi meolgeman neukkyeoljil ttaen~ Jamsi swida gaseyo~"

Adrian memejamkan matanya menikmati lagu dan suaranya sendiri.
"Maeil gateun ilsange himdeungayo~ Geugeon~ nugureul wihan geojyo.."

"Gyeolguk tto sseureojil tende~"

Adrian menghela nafas.
"Himdeureo honjara neukkyeoljil ttae~"

" I norael deureobwayo..."

"Gidaehae jeulgyeo deutdeon geu mellodi... (Woo woo)."

"Radioe heulleonaol geu moksori... Woah oh.."

"Naega hal su inneun geon... Norae gasappunijyo.. himdeureodo..."

"Gwaenchanha... Gwaenchanha... Gwaenchanha... Jaldoel geoyeyo.. i believe in you~"

Permainan Adrian selesai, semuanya bertepuk tangan. Ada juga yang berteriak memanggil namanya.
Tapi Adrian hanya tersenyum tipis, kemudian ia turun dari panggung.
Pertunjukan dirinya sudah selesai, ia harus kembali ke kelas.

Hisaki menghampirinya, menyenggol lengan Adrian ketika Rania melihat kearah mereka.
"Bro, liat. Dia sampe terpana liat Lo nyanyi." Ucapnya sambil tersenyum, menggoda Adrian.

Adrian melirik ke arah yang ditunjuk Hisaki.
Tapi sayangnya Rania sudah pergi dari tempatnya.

"Gak mungkin.." gumam Adrian lirih. Ia dengan cepat mengejar langkah Rania.

"Ran tunggu!" Teriaknya saat Rania semakin menjauh.
Adrian tak kehilangan akalnya. Ia dengan cepat mencegat Rania. Memojokkan gadis itu ke dinding.

Nafas Adrian memburu, setelah pemuda itu sudah mulai tenang. Adrian membelai lembut pipi Rania, menatap mata gadis itu dalam.
"Ran.. sumpah gua cinta sama Lo." Bisiknya.

Rania menatap Adrian terkejut, kemudian menggeleng kan kepalanya lemah. "Gak kak." Ucapnya pelan.
"Gak mungkin kak Adrian cinta sama aku. Apalagi kita hampir gak pernah ngobrol dan dekat."

"Tapi gua serius." Sela Adrian.

Rania mendorong pelan dada pemuda tersebut. Gadis itu tersenyum. "Itu cuma rasa yang singkat. Gak mungkin bertahan lama." Setelahnya Rania meninggalkan Adrian yang mematung sendirian di koridor sekolah.

"Lo gak tau, seberapa dalamnya perasaan gua ke lo Ran. Lo gak tau. Karena gua sendiri gak bisa nahan perasaan gua ini." Adrian menahan sesak di dada. Baru kali ini ia mendapat penolakan. Disepanjang hidupnya.

"Gua akan terus ngejar Lo, pasti." Tekadnya sambil tersenyum miring.

*

Setelah meninggalkan Adrian sendiri, Rania kembali menuju kelasnya. Dan melakukan hal yang ia suka seperti biasanya, menggambar.
Rania menatap karyanya. Tepat seperti kejadian tadi. Dimana seorang pemuda memojokkan seorang gadis didinding.

"Aku cuma gak mau di kecewain nantinya." Gumam gadis itu lirih.

*

Sedari tadi Hisaki memandang ke mana arah Adrian pergi. Pemuda itu meremas boneka beruang mini yang selama ini ingin sekali ia berikan pada orang yang ia sayang.
"Heh.." Hisaki terkekeh kecil. Mencoba menghibur dirinya sendiri. "Kenapa kita suka sama orang yang sama sih." Gumamnya sambil berbalik. Kembali ke kelas dan berniat mengambil tasnya. Sepertinya hari ini ia akan membolos saja.

Ben yang tidak sengaja berada di sana, tak sengaja mendengar penuturan Hisaki.
Jujur, Ben bingung. Siapa yang harus ia bantu?
Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi.

"Kenapa posisi gue disini gak nguntungin banget sih."

Next chapter....

29.april.2019

Yo hallo gaes.. masih inget sama cerita ini? Saya lanjutkan. Tapi slow update ya~

Cinta Untuk Rania [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora