10. Penyesalan Tertunda

62 4 0
                                    

Seperti biasa, saat jam istirahat berlangsung. Murid-murid menghabiskan waktunya di kantin. Kecuali Rania.

Gadis itu tengah termenung, mengingat sekilas kejadian pagi tadi. Tentang Hisaki yang menyatakan cinta padanya. Bibir gadis itu meringis kecil.
Entah kenapa ia bisa merasakan rasa sakit di hatinya.

Rania tidak tau, ia tak paham dengan apa yang ia rasakan. Ia ingin sekali dekat dengan Adrian. Tapi kenapa ia malah menolak saat pemuda tersebut menyatakan cinta padanya?
Kenapa Rania malah memilih untuk mengabaikan perasaan Adrian?

"Dan kenapa sekarang aku malah nyesel?" Gumamnya lirih. Rania kembali menyoret pensil nya di buku gambar.
"Belum tentu juga kak Adrian bener-bener cinta sama aku." gumam gadis itu sendu. "Apalagi banyak yang suka sama dia." Kepala gadis itu tertunduk.

"Kalau dibanding mereka. Aku bukan gadis yang cocok buat kak Adrian."

*

Ketiga pemuda itu saling terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Hisaki menghela nafasnya berat. Setelahnya pemuda itu melukis senyum miris dibibir tipisnya.
"Lo tenang aja." Hisaki terdiam sejenak. Sebelum ia kembali melanjutkan. "Gua di tolak tadi."

Ben masih setia dengan kebungkamannya. Tatapan pemuda tersebut jatuh pada kedua sahabatnya.

Adrian menatap sinis. "Baguslah."

Jauh dilubuk hati Hisaki terasa tertusuk. pemuda itu merasakan perih. Andai ia bisa memutar waktu, andai ia tidak pindah ke Indonesia.
Andai saja...

iris biru gelapnya bergulir. "Aku akan kembali ke Jepang..."

Kalimat tersebut cukup untuk membuat Ben dan Adrian terkejut.

"Kenapa?!" Tanya mereka bersamaan.

Hisaki tak menjawab, pemuda itu lebih memilih beranjak pergi. Baru beberapa langkah, pemuda bersurai kecoklatan tersebut berbalik. Menatap kedua sahabatnya, baginya. Adrian dan Ben sahabat terbaik yang pernah hadir dalam hidupnya. Meski ia menyesal telah mempunyai perasaan yang sama terhadap Rania.

Namun Hisaki tak pernah sekalipun membenci Adrian.

"Karena sebentar lagi gue debut jadi artis." Ungkapnya dengan senyuman.
"Nanti pas gue ngadain konser, kalian harus dateng..!"

Adrian dan Ben saling berpandangan. Dahi Adrian berkerut mendengar pernyataan tersebut.
"Semoga lo sukses, dan cita-cita lo kecapaian."

"Kalo lo udah sukses, jangan sampe lo lupain kita." Ujar Ben setelah lama terdiam.

Hisaki melihat kedua sahabat mendekat. Sebelum mereka berdua merangkulnya.
"Maafkan kami." Ucap Adrian dan Ben.

Hisaki mengangguk, pemuda biru tersebut tersenyum tipis. Akhirnya ia bisa pergi dengan tenang.

*

Berita kembalinya Hisaki ke Negeri asalnya membuat para murid khususnya siswi kelas X kecewa. Pasalnya, mereka tidak bisa melihat Hisaki lagi berkeliaran diarea sekolah.
Banyak sekali yang menyayangkan hal ini.

"Si bang Hisaki terlalu populer sih.." ujar Naru setelah meminum jusnya.

Rania mendongak, menatap sahabatnya bingung. "Lo kenal Hisaki?" Tanyanya hati-hati.

"Yup! Gue kenal." Balas Naru. Mata gadis itu mengerjap, heran dengan pertanyaan sahabatnya.
"Bukannya dia cukup terkenal? Kok lo gak tau sih, Ran?"

Rania tertawa pelan, gadis itu mengibaskan tangan. "Jangan ngaco deh! Masa iya gue harus tau semua murid disini."

Baru saja Naru ingin membalas perkataan sahabatnya. Gadis itu mengurungkan niat, setelah melihat Adrian berjalan menuju meja yang mereka tempati.
"Ngapain lagi sih, Adrian kesini?" Tanyanya dalam hati.

Naru sudah tau, tentang pernyataan cinta Adrian pada sahabatnya.

"Ran..." panggilnya pelan. Adrian berharap Rania tak menghindarinya lagi.

Tubuh Rania menegang setelah mendengar suara Adrian. Tangan gadis itu terkepal, sebelum menoleh dengan gerakan kaku menatap Adrian.
"A-ada apa y-ya kak?" Tanyanya dengan nada getar, jelas sekali gadis itu tengah gugup saat ini.

"Gue mau ngomong sama lo." Balas Adrian pelan, sebelum salah paham. Pemuda tersebut buru-buru menambahkan.
"Tapi gak disini..."

Rania menatap bingung pada sahabatnya, sedang Naru pura-pura tak mengerti tatapan memelas dari sahabatnya.
Membuat Rania menghela nafas berat.
"Boleh.." jawabnya. Gadis itu berusaha tersenyum, agar ia terlihat normal.

"Thanks..." ujar Adrian. Setelahnya mereka berdua keluar dari cafetaria.

Naru menatap kepergian mereka dengan sendu. "Harusnya lo bersyukur Ran, kak Adrian bener-bener sayang sama lo." Gumamnya.

"Kalo gue sih.. gak bakal nolak."

*

Langkah mereka berdua terhenti di atap sekolah. Adrian berbalik menatap Rania.
"Gue cinta sama lo Ran.."

Pemuda itu tersenyum sedih, sebelum ia menarik Rania kedalam pelukannya.
"Gue gak perduli lagi sekarang!"
Adrian menarik nafas. Pemuda tersebut masih memeluk Rania dengan erat.

Rania sendiri hanya mematung didalam dekapan Adrian. Gadis itu terlihat bingung.

"MULAI SEKARANG!!! RANIA MICHELLA AMEERA MILIK ADRIAN ERYUDHA..!!" Teriak Adrian dengan suara keras.

Beberapa murid menghentikan aktifitasnya. Mencari sumber suara tersebut.

Rania terkejut, ia mendongakkan kepala namun..

Sebuah benda kenyal dan basah menempel dibibirnya.

"Lo milik gue." Desis Adrian setelah melepas ciuman sepihaknya.

Rania mengerjap, baru saja gadis itu akan membuka mulut untuk menyuarakan protesannya Adrian malah menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya.
"Tidak ada penolakan untuk sekarang ataupun nanti." Finalnya.

Mau tak mau, Rania mengangguk. Meski dengan berat hati.

Next...?

31okto2019

Cinta Untuk Rania [Completed]Where stories live. Discover now