ㅤㅤONE

4.7K 368 40
                                    

Terik matahari kian memanas menyengat kulit para pelajar yang duduk di lapangan menunggu pria tua di depan mereka-dengan mic ditangannya-berhenti berbicara.

Kepala sekolah SMA Bhaktimulya.

Ada sebagian yang ingin segara masuk ke kelas, ada yang ingin berlama-lama di lapangan agar meng-skip pelajaran pertama, ada juga yang bersikap tak peduli, yang penting mereka bisa bermain dengan ponsel mereka.

Anak zaman sekarang.

"Jam berapa?" Tanya gadis dengan rambut diikat ponytail kepada temannya yang berambut hitam pendek.

"Jam 7.05, panas banget huhuuu, mau pura-pura pingsan ajalah ya, biar PMR ngasih gue minum" candaan temannya itu hanya dibalas dengan tawaan tak ikhlas dari gadis ber-ponytail.

"Kebiasaan, ketawa tuh yang ikhlas dong, Bel"

Orang yang dipanggil 'Bel' tak menghiraukannya, ia fokus memainkan batu-batu yang ada di tanah, menyusunnya hingga membentuk suatu pilar-pilar kecil.

"Nah ini nih, kalo disandingkan dengan teman kalian yang membawa piala, beda jauh ya? Kesannya seperti langit dan bumi, hahaha" ucap sang Kepala Sekolah di depan.

Bellinda atau yang akrab dipanggil Bella hanya memutarkan bola matanya mendengar pernyataan dari kelala sekolahnya.

'miris'

Begitulah yang ada di kepalanya.

Menurutnya, mempermalukan mereka yang melanggar aturan sama saja penindasan, meskipun itu memang hukuman karena aturan yang tak mereka ikuti, tetapi Bella tetap menolak keras yang namanya penindasan dan senioritas.

"Nah ini lagi nih, selalu kalian ini kena,"

Bella mendongakkan kepalanya dan menatap kedepan, sedikit memicingkan matanya dikarenakan Myopi yang dideritanya.

Dan kebetulan ia tak membawa kacamatanya.

",maju kalian semua!" Perintah sang Kepala Sekolah.

"Kamu lagi, mentang-mentang udah kelas 11, aturan sekolah dilanggar gitu aja?"

"Maaf pak, dari kelas 10 juga udh kita langgar ini peraturannya" sahut seseorang dengan wajah berseri, menimbulkan gelak tawa dari murid-murid yang mendengarnya.

"Ngelawan kamu hah?!"

"Maaf pak, biasanya juga kan gini" kata seseorang paling ujung dengan muka sangarnya dan dagu yang lancip.

"Kamu gaada pembelaan apa? Dari tadi diem terus" tanya sang Kepala Sekolah terhadap pria berambut ikal dengan nametag 'Bagja'.

Yang ditanya pun tersenyum menyungging.

"Pembelaan apalagi sih, Pak? Semua juga disini udah tau kali hahaha"

Bapak Kepala Sekolah tersebut bingung.

"Maksud kamu?"

"Kasih hukumannya sekarang ajalah, Pak, kasian yang lain kepanasan, apalagi yang ciwi-ciwi," kata Dika selaku murid yang paling genit.

Bella menghela nafas, lagi-lagi Bagja kena hukuman.

Karena ia yang duduk paling depan barisan, maka ia dengan muda tertangkap oleh netra Bagja yang sedang melirik kesana kemari.

Dapat Bagja lihat ekspresi kecewa dari Bella, tetapi Bagja tak peduli, toh Bella siapa dia? Bella saja yang terlalu repot-repot mengurus kehidupan Bagja.

🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑


"Keluarkan buku bos kalian ya, buka tentang bab Kritik Karya Seni Musik" ucap sang guru lembut.

 ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant