7. Hari Yang Indah

157 13 1
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

“Selamat pagi, bu?!”

“Pagi! Siapa yah?”

“Aku Hanbin. Temennya Jiwon!” Hanbin mengumbar senyum, “Jiwon nya ada bu?” tanya Hanbin yang ditangannya terdapat rangkaian bunga indah.

“Silakan masuk!” ramah ibu Jiwon mempersilahkan.

“Terimakasih bu”

Hanbin masuk kedalam rumah Jiwon untuk pertama kalinya. Bolamata Hanbin menelisik seisi rumah yang memang tak ada pembatas tembok disetiap ruangannya, terkecuali kamar dan dapur.

“Dia masih belum bangun” aku ibu Jiwon.

“Sepertinya aku mengganggu yah bu?” Hanbin merasa tak enak hati.

“Tidaklah.. Ibu akan coba bangunkan dia!”

Hanbin melarangnya, “Tidak usah bu. Biar aku menunggu sampai dia bangun saja!”

“Nanti kau akan menyesal telah menunggu dia”

”Memang kenapa begitu bu?”

“Dia itu kalau tidak dibangunkan sangat sulit bangun diwaktu liburan seperti ini. Apa lagi semalam dia tidak dapat tidur, karena tak sabar menanti hari ini tiba!”

Hanbin tersenyum mendengar pengakuan ibu Jiwon tentang anak gadis nya itu.

“Biarkan saja bu. Aku bisa menunggu dia sampai bagun. Sepertinya ibu sedang sibuk? Aku akan membatu ibu merangkai bunga ini.” tawar Hanbin ketika ibu Jiwon membawa vas bunga.

“Dia semalam minta dibuatkan bekal untuk makan bersamamu”

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

“Dia semalam minta dibuatkan bekal untuk makan bersamamu”

“Kenapa dia harus merepotkanmu bu? Kita kan bisa beli diluar nanti”

“Dia bilang kau suka masakan ibu!”

“Itu memang benar. Aku suka masakan ibu, tapi tidak untuk merepotkan!”

“Ibu tidak merasa repot, malah senang karena teman Jiwon suka masakan ibu” bangganya.

“Terimakasih sebelumnya bu!”

“Sama-sama. Maklum ibu suka masak karena ibu buka catering”

“Waah.. Pantas saja masakan ibu sangat luar biasa!” puji Hanbin.

“Biar pun bukan punya ibu tapi cukuplah untuk menghidupi Jiwon sampai kuliah nanti.”

Hanbin berdecak kagum dengan kegigihan ibu Jiwon untuk sang anak. Lain dengan ibunya, pikir Hanbin.

“Boleh minta nomor telepon ibu?”

“Oh boleh!”

“Siapa tahu kalau mamah ada acara keluarga Hanbin telepon ibu”

“Dengan senang hati. Silakan beristirahat dan anggap rumah sediri yah! Ibu akan melanjutkan masak dulu.”

“Boleh aku bantu bu?” tawar Hanbin yang telah menyelsaikan tugasnya.

TENTANG DIAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz