CHAPTER 1

91 6 2
                                    

Pelangi yang membentang langit biru dan cahaya matahari yang bersinar mebias melaluinya membuatku seolah-olah merasa aku hidup dalam dunia fiksi yang ku idam-idamkan, aku yang berjalan dibawah keindahan itu merasa sangat lega dan bersyukur aku diberi sehari lagi untuk menikmati fenomena kecil ini.

Membawa kertas gulungan sketsa dan serangkaian alat gambar menelusuri jembatan terbuka yang menghubungkan Kampus dan Dorm ku, aku berjalan cepat dengan perasaan geli sekaligus excited memikirkan hasil yang akan kudapatkan ketika bertemu dengan dosen pengampuku nanti. Sambil melirik jam pada Smartphone ku, aku mempercepat langkah kaki ku mengingat waktu yang kujanjikan dengan dosen tinggal beberapa menit lagi. Namun, nasib tak berjalan seindah langit hari ini, aku bertabrakan dengan seorang pria tinggi yang sedang bertelepon dan tampaknya sangat tergesa-gesa, sudah menabrak orang namun sama sekali tidak ada tanda-tanda ingin meminta maaf. Aku tidak sempat melihat fitur mukanya dengan jelas, namun tampak adaya raut khawatir terpampang dimukanya. Tidak ingin merusak mood ku pada hari ini, ku pungut sketsa ku yang jatuh berceceran dan segera bergegas ke Kampus.

Aku tiba didepan pintu kayu klasik berwana coklat muda dengan menghela nafas panjang, sudah berkali-kali aku keluar dari pintu ini merasakan kekecewaan dan rasa ingin putus asa, namun sekali dan sekali lagi willingness dan stubborness-ku membuatku bangun dari setiap kejatuhan yang ku alami. Sembari berdoa kepada yang diatas, aku meletakkan telapak tanganku pada knop pintu kayu yang terasa dingin itu dan membukanya dengan perlahan.

.

.

.

"Kali ini hasil karyamu cukup memuaskan Ms.Evelyn, akhirnya saya melihat ada unsur ekspresi yang tertuang pada desain ini. Anda tinggal menyelesaikan sisanya untuk disubmit di kompetisi tahun ini. Please dont let me down again, you know your ability, Evelyn"

omg.

OH LORD, THANKS GOD, FINALLY!!!

Setelah aku menunjukkan desain ku pada beliau, setelah berkali-kali aku merasakan kegagalan, akhirnya ia menerimanya! Kali ini aku bener-bener bisa menikmati amanah dari quote 'Hardwork never betrays' . Oh iya, aku adalah seorang mahasiswi fakultas Design Products & Textiles di Royal College of Art di London. No, im not a London's local, aku lahir dan besar di Jakarta, Mama dan Papaku mengirimkan aku kesini karena mereka ingin aku mengejar mimpiku sendiri, berkerja dengan apa yang kusuka, Tata Busana.

Keluar dari pintu yang sama namun dengan perasaan yang berbeda, aku merasa sangat kewalahan dengan perasaan senang ini, sungguh terasa tidak nyata. Aku langsung menghubungi sahabatku untuk mengabari hal ini, dia merupakan salah satu orang yang selalu setia mendukungku dalam project ini.

"Hello Leah? Guess what?" aku sangat tidak sabar untuk mengungkapkan perasaan bahagia ini ke Leah, sahabatku. Dia merupakan anak rantau sama seperti ku, namun bedanya ia berasal dari Taiwan.

"Hey Lyn, what spice you up early in the morning?" dia terdengar masih ngantuk dan setengah tertidur.

"Leah, listen. MY DESIGN WAS ACCEPTED BY MRS.KABAYASHI!!!!" aku hampir berteriak dengan kencang didepan cafetaria Kampus.

"WHAT? shi zhen de ma*? HEY IM HAPPY FOR YOU! FINALLY AFTER SHEDDING BLOOD & TEARS" Leah terlalu shock sehingga ia keceplosan dengan bahasa ibunya, untungnya aku juga memahami bahasa Mandarin sehingga aku tidak kebingungan.

"Definitely yes, lets go for a brunch Ley**, its my Treat!"

"Alright, wait for me! lets go to the new Cafe near the bookstore we visited last time"

"Sure ley, see you there."

Kami memutuskan untuk bertemu disebuah cafe baru dekat toko buku yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Aku dan Leah tidak berada di fakultas yang sama, kami berdua saling kenal dari Event college freshmen dua tahun silam. Leah merupakan teman yang sangat easygoing, sehingga aku merasa sangat-sangat nyaman berada disekitar Leah. Sejujurnya aku bukan merupakan orang yang mudah bersosialisasi dengan orang baru, itu juga merupakan salah satu alasan orangtuaku mengirimkan aku untuk studi ke luar negeri, agar aku dapat menjadi sosok mandiri, bertemu lebih banyak orang-orang baru juga mendesak kepribadianku agar tidak menjadi Ansos suatu hari nanti.

Aku berjalan dari pintu utama kampus menuju halte terdekat, terasa daun-daun pepohonan mulai bergoyang lihai tertiup angin, aku dengan cepat melangkah ke halte khawatir akan hujan mendadak.

Menunggu Bus yang belum juga sampai, rasa jenuh menyelimutiku di cuaca dingin ini. Aku mengeluarkan Handphone ku dan menscroll home instagram, well ini sudah merupakan suatu kebiasaan youngster zaman now ketika merasa bosan. Saat tampak nama username temanku memposting sesuatu yang baru di instagramnya, aku lagi-lagi merasa sangat iri, ya tidak dalam artian buruk sih. Kami sama-sama berusia 21 tahun, namun ia telah menjadi sosok influencer yang terkenal dan telah membawakan banyak pengaruh baik bagi followers-followersnya, juga telah mampu menyokong kebutuhan hidupnya sendiri, sedangkan untuk biaya hidupku sendiri saja sebagian besar masih di bantu oleh Orangtuaku. Selama di London, aku hanya fokus dengan studi ku, sesekali aku hanya partime menjadi assistant desainer disini untuk menambah pengalaman, bayaran untuk assistant kecil sepertiku sangatlah minim.

Seperti yang kuduga, waktu saat bertaut dengan instagram akan berjalan cepat tanpa kita sadari. Bus yang kutunggu-tunggu telah tiba, akupun segera bergegas masuk kedalam Bus, untungnya di dalam Bus terdapat Heater yang dapat menghangatkan penumpang disaat cuaca dingin ini.

--- TBC ---

shi zhen de ma* : Benarkah?

Ley** : Nama panggilan Leah.

---

A/N : SERENDIPITY akan ditulis dengan tidak terlalu panjang perchapternya, sekitar 850-1200 kata.

Halo semuanya!! 

Ini adalah cerita pertama yang saya Publish di Wattpad! Mohon dukungan semuanya <3

Jangan lupa Vote cerita ini jika kamu suka dan follow saya ya! :D 

Silahkan tinggalkan pesan dan akan saya follow balik ~


SERENDIPITYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora