Jabatan

6 0 0
                                    

Kekasihku..

Perkenankanlah diriku untuk bercerita kepadamu.

Ini soal kuliahku...

Jadi, saat ini aku masih setengah hati dalam menjalani kuliah selama ini. Hatiku selalu berontak dan selalu deg-degan ketika memasuki jam mata kuliah. Aku selalu bertanya-tanya "Mengapa aku bisa sampai seperti ini?". Memang berat bukan, jika kita melakukan segala sesuatunya dengan setengah hati. Serasa mau tak mau. Dibilang mau juga tidak, dibilang tidak tetapi mau.

Saat awal-awal masuk kuliah aku sering menonton video-video dari para idolaku, dan kebanyakan dari mereka pun juga tak sampai menyelesaikan kuliahnya. Emha Ainun Najib yang dahulu kuliah di UGM saja tidak mendapatkan feel untuk berkuliah, ia lebih suka menimba ilmu tanpa harus menempuh jalur formal. Aku sangat kagum padanya. Kegigihannya dalam mencari ilmu, segala sesuatunya ia coba demi mendapatkan suatu pengalaman yang diinginkannya. Aku begitu mengaguminya dari segi apapun, baik itu politiknya dan keilmuannya. Aku yakin dia lebih pandai dari politikus-politikus yang ada di Jakarta dan lebih tinggi keilmuannya daripada ustaz-ustaz atau ulama-ulama yang selama ini muncul di TV dan media sosial.

Selanjutnya adalah Sudjiwo Tejo, seorang seniman yang kerap kali menggabungkan dunia pewayangan dengan dunia perpolitikan yang sedang terjadi di Indonesia. Aku pernah membaca beberapa buku yang dikarangnya. Aku juga terinspirasi menulis tentang cinta dari beliau. Aku pernah menonton di youtube tentang dirinya, bahwasannya beliau dulunya seorang mahasiswa ITB double degree, yang salah satu jurusannya adalah matematika. Namun ketika H-1 akan sidang, beliau malah pergi ke Jakarta dan meninggalkan skripsi yang selama ini telah di garap. Sungguh risiko yang amat luar biasa dan sulit diterima oleh pikiranku.

Terakhir aku baru mengetahuinya belum lama ini. Aku tahu bahwasannya Gur Dur itu tidak menamatkan kuliahnya. Tapi aku masih perlu menyelidikinya terlebih dahulu. Kalau pun itu benar, aku bertambah kagum kepadanya. Beliau memang seorang tokoh yang amat luar biasa menginspirasi banyak orang.

Persamaan dari ketiganya adalah mereka kuliah tidak sampai lulus akan tetapi ilmu yang didapatkannya melebihi dari orang-orang yang lulus kuliah. Kalau begini kan aku jadi sempat punya pikiran untuk berhenti kuliah dan mencari ilmu langsung terjun ke lapangan. Akan tetapi aku memiliki kendala lain, yaitu aku kesulitan untuk bersosialisasi, aku tidak mudah untuk cepat beradaptasi, dan kalau pun aku berhenti kuliah paling aku hanya membantu ayahku di bengkel.

Aku sering mikir kalau ada tugas dan banyak masalah "Ini kenapa begini, kenapa aku mau sampe kaya gini, buat apa aku susah-susah seperti ini, dan untuk siapa aku melakukan ini?"

"Kekasih, saat ini dalam kuliahku, aku mengikuti apa kata Cak Nun, beliau berkata 'Kuliah itu untuk membahagiakan orang tua, semakin cepat lulus maka orang tua akan semakin bahagia'".

Aku juga sudah muak mendengar tentang perpolitikan yang ada di jurusanku. Hal tersebut membuat stigmaku terhadap politik semakin buruk. Seakan-akan segala sesuatu yang dicampuri dengan urusan politik itu tidak akan baik. Aku membutuhkan suatu hal yang tulus, murni, suci, tanpa di campuri dengan kepentingan-kepentingan kotor. Aku tidak suka itu.

Sampai sekarang aku juga tak tahu mengapa mereka begitu menyukai sebuah jabatan. Apa yang mereka ingin dapatkan dari sebuah jabatan itu. Sehingga mereka seperti orang yang sangat berambisi mendapatkan jabatan tersebut. Sisi positifnya adalah mereka menjadi pribadi yang lebih organisatoris, mereka akan melakukan apa pun yang dapat mendongkrak elektabilitas mereka, mereka dikenal olah banyak orang, dan mereka memiliki relasi-relasi dengan banyak orang. Namun ada sisi negatif yang aku kurang sukai, yaitu cara mereka mendapatkan jabatan itu yang kurang sportif alias tidak murni atau tidak melalui persaingan yang sehat, tujuan mereka ketika telah mendapatkan jabatan tersebut seperti korupsi atau ingin dikenal dosen atau ingin mendapat beasiswa dan lain-lain.

"Aku kagum tekad mereka yang ingin mendapatkan jabatan itu, namun aku tidak menyukai cara dan tujuan mereka mendapatkan jabatan itu. Bagiku mendapatkan sebuah jabatan merupakan hal yang berat. Karena urusan jabatan itu bukan tentang bagaimana diri kita melaksanakan amanah yang diemban, melainkan harus memikirkan kepentingan orang lain dan yang aku sulit kalahkan adalah mengalahkan egoku untuk mengalahkan ego orang lain."

Baiklah kekasih, sesungguhya aku tidak ingin membahas itu terlalu panjang karena bisa naik darah nanti. Meskipun aku tidak memiliki ambisi sebesar mereka itu tidak apa-apa bagiku, toh yang dikejar juga jabatan di dunia. Ambil saja sisi positif dari semua itu. Mereka yang sudah mendapatkan jabatan semoga bisa membawa arah yang lebih baik dan semoga menjadi amanah. Aku hanya bisa mendoakan bagi orang-orang yang ingin mendapatkan jabatan, yang sedang menduduki jabatan, dan yang sudah turun dari jabatannya.

"Ambisiku dalam mendapatkan sebuah jabatan memang tidak sebesar mereka, namun aku bisa menjamin bahwa ambisiku dalam mendapatkanmu lebih besar dari semua laki-laki, bahkan oleh laki-laki yang ingin mendapatkan jabatan tertinggi di dunia ini, yaitu presiden. Aku sangat ambisius dalam mendapatkan hatimu!"

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Feb 19, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

KEKASIH YANG AKU ADA-ADAKANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora