Chapter 34 : On Vacation

4.1K 220 14
                                    

REGHA

Ujian berlalu tanpa begitu banyak insiden. Meski aku sudah berusaha semampuku, aku sedikit ragu akan hasil ujianku kali ini. Semoga aja hasilnya tidak begitu mengecewakan.  Atau setidaknya, tidak membuat IP-ku turun. Begitu banyak hal, selain ujian yang menyita perhatianku semester ini. Keluargaku, Mas Rizky dan juga Zaki. Semester ini benar-benar semester yang mengejutkan dan penuh dengan berbagai peristiwa yang banyak mempengaruhiku.

Keluargaku banyak mendapat ujian beberapa waktu terakhir. Rusaknya rumah dan sawah kami karena badai waktu itu. Hingga kecelakaan yang menimpa Abah dan Agus.

Ada juga Mas Rizky dan pengakuannya yang mengejutkanku. Tentu saja aku tak bisa membalasnya. Terkadang aku merasa kalau aku telah memperlakukannya dengan tidak adil. Pertemuan terakhir kami kemarin, kukira akan berlangsung canggung dan tak menyenangkan. Karena ulah Zaki dan karena aku mengembalikan uang yang dulu pernah ia berikan padaku. Yang mengejutkan, Mas Rizky bersikap tenang seperti biasanya. Tak ada riak yang kupikir akan muncul. Mas Rizky semula ingin menolak, karena dia memberikan uang itu padaku. Bukan meminjamkannya. Tapi aku memaksa. Mas Rizky akhirnya mau menerima. Kami kemudian mengobrol seperti biasanya. Tapi jelas, masing-masing dari kami seakan kompak dalam satu hal. Kami berdua mencoba untuk tidak menyebutkan nama Zaki dalam pembicaraan kami. Meski mau tidak mau, sesekali namanya tersebut juga. Dan walau aku tak bisa menyukai Mas Rizky seperti yang dia inginkan, perasaan kagumku padanya tak pernah berkurang.

Lalu kedekatan Zaki dan berkembangnya perasaanku padanya. Hal yang bukan hanya mengagetkanku, tapi juga mengubah cara pandangku padanya. Oke, baiklah! Kuakui pendapatku sebelumnya memang salah. Dulu bagiku, Zaki hanya seorang megalomaniak sinting yang Bossy dan suka seenaknya. Pandanganku memang tidak obyektif. Lebih terpengaruh oleh kekesalanku padanya. Tapi kini............. aku melihatnya dengan mata yang berbeda.

Aku bisa melihat daya tarik yang dia miliki. Fisik sudah jelas di atas rata-rata. Semua orang bisa langsung setuju akan hal itu. Tubuhnya yang tinggi menjulang, terbentuk dengan kesempurnaan seorang pemuda yang terawat baik, dan didukung oleh darahnya yang campuran. Rona kulitnya yang berbeda dan jauh lebih terang dari kami yang pribadi, membuatnya terlihat mencolok dan lain. Bentuk hidungnya yang lebih mancung, bibirya yang jauh lebih tipis dan merah, juga bentuk rahangnya. Bekas cukuran yang membingkai wajah dan atas bibirnya seperti ikut menguatkan bahwa dia hasil dari kawin silang. Belum lagi fakta bahwa dia mapan dalam ekonomi. Pakaian yang melekat di tubuhnya juga bukan berasal dari toko pinggir jalan. Semua aksesoris dari sepatu, ikat pinggang hingga jam tangan yang dia pakai meneriakkan kata mahal bagi yang melihatnya. Dan sialnya, hal itu didukung oleh pembawaannya yang jelas menunjukkan bahwa dia memiliki kelas. Postur tubuhnya, cara dia berjalan dan bahkan bagaimana dia diam ataupun tertawa!!!

Sigh...........

Sialan!!!! Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Sekarang, aku tak bisa melihatnya tanpa debaran jantung yang menggila. Dengan melihatnya dari jauh saja, jantungku seakan-akan melakukan gerakan salto yang membuatku kesulitan untuk bernafas. Berada di dekatnya malah semakin parah. Tubuhku bisa panas dingin dan berkeringat. Terakhir kali kami berada begitu dekat adalah saat kembali dari panti waktu itu. Aku hampir-hampir tak bisa menjawab semua pertanyaan yang dia ajukan. Dia harus selalu mengulangi pertanyaannya, minimal 2 kali sebelum membuatku mengerti. Yang membuatku bersyukur adalah pada akhirnya dia membiarkanku sendiri dan menggumamkan kalimat yang intinya aku sebaiknya beristirahat untuk memulihkan diri.

Zaki memberiku libur minggu berikutnya dengan alasan bahwa aku harus konsen untuk ujianku. Dan malam minggu itu, aku kembali bertemu dengan Mas Rizky. Kami memutuskan untuk makan-makan di warung jawa timur. Mencari tempat yang di pojokan dan agak sepi.

"Gimana Abah dan Agus, Gha?" tanya Mas Rizky waktu itu. Aku lalu menjelaskan dengan singkat. Mas Rizky hanya diam mendengarkan. Sebenarnya aku sedikit agak heran, karena Mas Rizky terlihat lebih pendiam dari biasanya. Terkesan agak menjaga jarak. Sesekali bahkan aku melihat matanya menerawang jauh.

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Where stories live. Discover now