RADEN WIJAYA TURUN TAHTA

1.2K 70 0
                                    

"kini aku sudah merasa cukup"

"sudah saatnya ku turun tahta"

"menepikan diri pada Sang Hyang Jagad"

Tahun demi tahun berlalu pemerintahan Raden Wijaya telah mengangkat Majapahit menjadi lebih baik, dan juga berkembang pesat. Namun kini Raden Wijaya memasuki usia senja, sudah waktunya bagi seorang raja mandeg pandhita. Hari demi hari dilalui Raden Wijaya dengan bermeditasi, bermenung dan mengolah batin. Sembari demikian, Raden Wijaya juga tak lupa memperhatikan tumbuh kembang Jayanagara. Sebagai seorang putra mahkota, haruslah siap kapan pun jika dibutuhkan. Karena Raden Wijaya menyadari bahwa kini sudah tak lagi mampu mengurus duniawi.

Raden Wijaya pun mulai mengurangi keterlibatannya dalam kerajaan dan menyerahkan sepenuhnya roda pemerintahan pada para penasehat dan panglima perangnya. Namun ada hal lain yang tak kalah menggembirakan, bahwa Permaisuri sedang mengandung seorang bayi perempuan. Sebuah anugrah yang tak terperi bagi seorang raja jika memiliki bayi perempuan. Dalam politik sebuah kerajaan, kehadiran seorang perempuan merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu. Karena akan mempermudah perjalanan politik dan perluasan wilayah antar kerajaan melalui sistem perkawinan.

Jayanagara pun dirasa sudah cukup cakap jika sewaktu-waktu Raden Wijaya hendak turun tahta. Sebagai putra mahkota dan sekaligus anak lelaki sulung, sudah pasti Jayanagara akan meneruskan kepemimpinan Raden Wijaya. 

Hingga pada suatu sore di Kedaton, Raden Wijaya memanggil Jayanagara "anakku Jayanagara, kemarilah." Jayanagara yang sedang belajar ilmu kanuragan menjawab "sendhiko dawuh Rama, ada gerangan apa memanggilku?" Raden Wijaya tersenyum lalu berkata "kemarilah, Rama hendak mengajakmu berkeliling sebentar saja." 

Tak berapa lama, Jayanagara pun segera berganti pakaian lalu menyusul Raden Wijaya. Mereka berdua berkeliling ibukota kerajaan sambil berbincang, mengamati setiap aktivitas masyarakat. Kemudian sampailah mereka di sebuah kedai kecil dan beristirahatlah mereka disana. Raden Wijaya pun bertanya pada Jayanagara "anakku, jika nanti Rama turun tahta dan mandeg pandhita, teruskanlah membangun Majapahit ini dan buktikanlah pada leluhur bahwa keturunan Wangsa Rajasa pun mampu menegakkan surya kencana bagi seluruh wilayah Majapahit."

Jayanagara menjawab "sendhiko dawuh Rama, saya siap jika memang sudah menjadi pilihan Rama untuk mandeg pandihta kapan pun." Meskipun baru menginjak usia dua puluh tahun, namun Raden Wijaya percaya bahwa anaknya dapat mengemban tanggung jawab yang besar. Teringatlah Raden Wijaya akan masa mudanya ketika harus mengemban beragam tugas berat dan tanggung jawab besar. Pastilah kelak Jayanagara pun mampu mengatasi hal tersebut.

Percakapan itu pun terhenti seketika, tatkala kerumunan masyarakat datang hendak bertemu dengan Jayanagara. Raden Wijaya melihat hal ini sebagai sebuah hal yang bagus, karna Jayanagara pun disukai oleh rakyat Majapahit. Tak ada keraguan lagi bagi Raden Wijaya untuk segera mengangkatnya menjadi raja Majapahit.

Memasuki sore hari, Raden Wijaya dan Jayanagara pun melanjutkan perjalanan menuju barak pasukan Majapahit. Bertemu dengan para pasukan, dan juga berbincang hangat. Seluruh pasukan menerima keputusan Raden Wijaya dan tetap bersumpah setia pada Jayanagara dan Majapahit sebagai tumpah darah mereka.

"tak ada lagi yang ku risaukan"

"semuanya nampak begitu apa adanya"

"biarlah takdir dan waktu yang kan menjawab"

"kan ku persiapkan segalanya nanti"

Kemudian Raden Wijaya dan Jayanagara kembali pulang, dan menyudahi hari itu dengan beragam hal baru. Jayanagara merasa bangga sekali dengan kepercayaan penuh dari Ramanya. Karenanya Jayanagara bertekad untuk terus mengasah segala keterampilan dan juga pengetahuannya. Agar kelak tak menjadi kecewa bagi seluruh rakyat Majapahit.

"dengan senang hati aku berjanji"

"tak kan mengecewakanmu Rama"

"dan bagi Majapahit"

"tanah tumpah darahku"

Hari itu adalah hari terkakhir bagi Raden Wijaya sebagai seorang Raja Majapahit. Karena di keesokan harinya, Raden Wijaya tlah mempersiapkana segala hal bagi Jayanagara dan juga upacara khusus bagi dirinya. Seorang ksatria pandhita telah mengakhiri masanya, dan memilih untuk menepikan diri. Mengabdikan diri pada Sang Hyang Jagad Girinata demi tercapainya astabrata. Karenanya sudah pasti dalam setiap perkara akan selalu ada jawabannya, dan kini saatnya Raden Wijaya memberikan tampuk kepemimpinan Majapahit pada Jayanagara. 

"Dewata Agung, kini purna sudah pengabdian hamba pada dunia dan Majapahit"

"kini waktunya bagi hamba memenuhi takdir astabrata"

"sebagai bagian dari kebutuhan skala dan niskala"

"keseimbangan alam dan semesta"

***

MAJAPAHITOnde histórias criam vida. Descubra agora